Prosedur Pengadaan Tanah Pengadaan Tanah

s. Pertamanan; t. Pantai sosial; u. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.

2.3.2. Prosedur Pengadaan Tanah

Instansi pemerintah yang memerlukan tanah membentuk kepanitiaan, jika untuk daerah kabupatenkota, panitia dibentuk oleh bupatiwalikota, untuk daerah provinsi panitia dibentuk oleh Gubernur dan jika pengadaan tanah tersebut terletak di wilayah kabupatenkota atau lebih, kepanitiannya dibentuk oleh Gubernur. Kemudian jika pengadaan tanahnya terletak di dua wilayah provinsi atau lebih, kepanitian pengadaan tanahnya dibentuk oleh Menteri Dalam Negeri Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005. Kepanitian pengadaan tanah baik yang dibentuk oleh BupatiWalikota, Gubernur maupun Menteri Dalam Negeri mempunyai tugas: a. mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda – benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang haknya akan dilepas atau diserahkan; b. mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan, dan dokumen yang mendukungnya; c. menaksir dan mengusulkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan; d. memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang terkena rencana pembangunan danatau pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008 USU Repository © 2008 tujuan pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi publik baik melalui tatap muka, media cetak maupun media elektronik agar dapat diketahui oleh seluruh masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan atau pemegang hak atas tanah. Selanjutnya panitia melakukan musyawarah secara langsung kepada pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah, dan jika di dalam musyawarah telah mencapai kesepakatan, maka panitia mengeluarkan keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan selanjutnya panitia menyaksikan pelaksanaan pemberian ganti rugi kepada pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman, serta benda-benda lain yang ada di atas tanah, serta membuat berita acara pelepasan dan penyerahan hak atas tanah tersebut. Jika pemegang hak atas tanah tidak menerima keputusan panitia pengadaan tanah, pemegang hak dapat mengajukan keberatan kepada bupatiwalikota, gubernur atau menteri dalam negeri disertai dengan penjelasan, sebab-sebab dan alasan- alasannya. Bupatiwalikota, gubernur, atau menteri dalam negeri mengupayakan penyelesaian mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dengan mempertimbangkan pendapat dan keinginan dari pemegang hak atas tanah atau kuasanya. Kemudian, setelah mendengar dan mempelajari pendapat dan keinginan keinginan dari pemegang hak atas tanah serta pertimbangan panitia pengadaan tanah, Bupatiwalikota, gubernur, atau menteri dalam negeri sesuai kewenangannya mengeluarkan keputusan yang dapat mengukuhkan atau mengubah keputusan panitia pengadaan tanah mengenai bentuk danatau besarnya ganti rugi yang akan diberikan. Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008 USU Repository © 2008 Apabila upaya penyelesaian yang ditempuh bupatiwalikota, gubernur, atau menteri dalam negeri tetap tidak diterima oleh pemegang hak atas tanah dan lokasi pembangunan yang bersangkutan tidak dapat dipindahkan, maka bupatiwalikota, gubernur, atau menteri dalam negeri sesuai kewenangan mengajukan usul penyelesaian dengan cara pencabutan hak atas tanah berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada di Atasnya. Keputusan pencabutan hak tersebut di atas diusulkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional setelah ditandatangani oleh menteri dari instansi yang memerlukan tanah dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan berdasarkan usulan tersebut maka Presiden mengeluarkan Keputusan pencabutan hak atas tanah berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Mukti, 2006.

2.3.3. Pemberian Ganti Rugi