dirinya. Pada akhirnya penyelesaian tersebut, senantiasa harus memperhatikanselalu berdasarkan kepada peraturan yang berlaku, memperhatikan keseimbangan
kepentingan – kepentingan para pihak, menegakkan keadilan hukumnya serta penyelesaian ini diusahakan harus tuntas. Rusmadi Murad, S.H, Penyelesaian
Sengketa Hukum Atas Tanah, 1991
2.4.3. Nilai atau Besaran Ganti Rugi
Adapun dasar penentuan nilai atau besaran ganti rugi telah ditetapkan dasar penetapannya, menurut Keppres No. 55 Tahun 1993 yaitu sama-sama berdasarkan
musyawarah yang artinya antara pihak pemegang hak atas tanah dengan pihak yang memerlukan tanah untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya nilai
ganti kerugian. Adapun dasar dan cara perhitungan ganti kerugian dalam pelepasan atau penyerahan hak atas tanah ditetapkan atas dasar:
a. Harga Tanah; b. Nilai Jual Bangunan;
c. Nilai Jual Tanaman yang ada diatasnya; Perhitungan ganti kerugian tersebut sepenuhnya harus memenuhi rasa
keadilan dalam mewujudkan azas, bahwa dengan penyerahan tanah kepunyaannya tidak akan membuat keadaan sosial dan ekonomi pemegang hak atas tanah menjadi
mundur. Sesuai dengan kenyataan dan rasa keadilan bahwa ganti kerugian bukan hanya meliputi hal diatas tapi juga meliputi hal-hal yang bersifat non materiil atau
immateriil dan dilakukan dengan kriteria yang sudah ditentukan. Oloan Sitorus, dkk, Pelepasan atau Penyerahan Hak Sebagai Cara Pengadaan Tanah, 1995
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008 USU Repository © 2008
2.4.4. Sistem Pembayaran Ganti Rugi
Ganti kerugian dalam pelepasan dan penyerahan hak merupakan penggantian atas nilai tanah dan atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat
pelepasan atau penyerahan hak atas tanah atau jika hendak diperjelas dapat dikatakan bahwa ganti kerugian adalah imbalan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah
sebagai pengganti dari nilai tanah termasuk yang ada diatasnya. Sebagai imbalan, maka prinsip pemberian ganti kerugian harus seimbang dengan nilai tanah yang
jumlah idealnya harus sama dengan nilai tanah. Salah satu prinsip yang menjadi tolak ukur keseimbangan itu adalah bahwa ganti kerugian yang diberikan harus merupakan
imbalan yang layak atau tidak menjadikan pemegang hak atas tanah mengalami kemunduran sosial atas tingkat ekonominya sehingga tidak menjadikan rakyat yang
melepaskan tanahnya lebih miskin. Oloan Sitorus, dkk, Pelepasan atau Penyerahan Hak Sebagai Cara Pengadaan Tanah, 1995
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008 USU Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan pada studi ini adalah deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenoma yang diselidiki Nazir, 1985.
Menurut Nazir 1985 dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya.
Oleh karena itu, penelitian deskriptif ini juga dinamakan studi kasus. Pada penelitian Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus
Fly Over Amplas ini akan dideskripsikan berbagai tipologi permasalahan pada pembangunan jalan Fly Over Amplas dan faktor penyebab munculnya permasalahan
pengadaan tanah tersebut.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah jalan Fly Over Amplas, kecamatan Medan Amplas, kota Medan, propinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 4
empat bulan dimulai bulan Pebruari 2008 sampai dengan Mei 2008.
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008 USU Repository © 2008