kategori-kategori, prinsip, problema dan tema pokok disiplin ilmu-ilmu Barat dalam puncaknya.
2. Survei disiplin ilmu. Semua disiplin ilmu harus disurvei dan harus ditulis dalam bentuk bagan mengenai asal-usul dan perkembangan beserta
pertumbuhan metodologisnya. Perluasan cakrawala wawasannya dan tak lupa membangun pemikiran yang diberikan oleh para tokoh utamanya.
Langkah ini bertujuan menetapkan pemahaman muslin akan disiplin ilmu yang dikembangkan di dunia Barat.
3. Penguasaan khazanah islam : khazanah Islam harus dikuasai dengan cara yang sama. Tetapi disini , apa yang diperlukan adalah antologi-antologi
mengenai warisan pemikir muslim yang berkaitan dengan disiplin ilmu. 4. Penguasaan khazanah ilmiah islam tahap analisa. Jika antologi-antologi
telah disiapkan, khazanah pemikir Islam harus dianalisa dari perspektif masalah-masalah masa kini.
5. Penentuan relevansi islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu. Relevansi dapat ditetapkan dengan mengajukan tiga persoalan. Pertama,
apa yang telah disumbangkan oleh Islam, mulai dari Al-Qur’an hingga pemikir-pemikir kaum modernis, dalam keseluruhan masalah yang telah
dicakup dalam disiplin-disiplin modern. Kedua, seberapa besar sumbangan itu jika dibandingkan dengan hasil-hasil yang telah diperoleh oleh disiplin
modern tersebut. Ketiga, apabila ada bidang-bidang masalah yang sedikit diperhatikan atau sama sekali tidak diperhatikan oleh khazanah Islam, ke
arah mana kaum muslim harus mengusahakan untuk mengisi kekurangan itu, juga memformulasikan masalah-masalah dan memperluas visi disiplin
tersebut. 6. Penilaian kritis terhadap disiplin ilmu modern. Jika relevansi Islam telah
disusun, maka ia harus di nilai dan dianalisa dari titik pijak Islam. 7. Penilaian kritis terhadap khazanah islam. Sumbangan khazanah Islam
untuk setiap bidang kegiatan manusia harus dianalisa dan relevansi kontemporernya harus dirumuskan.
8. Survey permasalahan yang dihadapi ummat islam. Suatu studi sistematis harus dibuat tentang masalah politik, sosial, ekonomi, intelektual, kultural,
moral dan spiritual dari kaum muslim. 9. Survei permasalahan yang dihadapi ummat manusia. Suatu studi yang
sama, akan tetapi lebih memfokuskan pada seluruh umat manusia, harus dilaksanakan.
10. Analisa kreatif dan sintesa. Pada tahap ini sarjana muslim harus sudah siap melakukan sintesa antara khazanah-khazanah Islam dan disiplin modern,
serta menjembatani jurang kemandegan berabad-abad. Dari sini khazanah pemikir Islam harus disambungkan dengan prestasi-prestasi modern dan
harus menggerakkan tapal batas ilmu pengetahuan ke horison yang lebih luas dari yang sudah dicapai disiplin-disiplin modern.
11. Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka islam. ketika keseimbangan antara khazanah Islam dengan disiplin modern telah
dicapai, maka buku-buku teks daras universitas harus ditulis untuk menuangkan kembali disiplin-disiplin modern dalam cetakan Islam.
12. Penyebarluasaan ilmu-ilmu yang telah diislamiskan. Langkah terakhir untuk mempercepat islamisasi pengetahuan adalah dengan mengadakan
konferensi-konferensi dan seminar untuk melibatkan berbagai ahli di bidang-bidang ilmu yang sesuai dalam merancang pemcahan masalah-
masalah yang menguasai pengkotakan antardisiplin. Para ahli harus diberi kesempatan bertemu dengan para staf pengajar. Selanjutnya pertemuan-
pertemuan tersebut harus menjajaki persoalan metoda yang diperlukan.
16
D. Pengembangan Kurikulum Islam Perspektif Ismail Ra’ji Al-Faruqi
Konsep kurikulum Islam yang diinginkan Al-Faruqi adalah kurikulum yang mengembangkan sistem tradisional Islam dan sistem modern Barat
dengan menyesuaikan dengan visi Islam. Al-Faruqi bertujuan untuk memadukan kedua sistem Islam dan sistem Barat dan menghilangkan
kekurangan yang dimiliki kedua sistem.
16
Ismail Raji Al-Faruqi, op. cit., h. 99-116.
Sistem pendidikan Islam yang cenderung bersifat relegius, tidak memadainya buku-buku pegangan yang telah usang dan guru-guru yang tak
berpengalaman di dalam sistem yang tradisional dan sistem pendidikan Barat yang cenderung bersifat sekuler yang memisahkan wahyu dengan akal dalam
pencarian ilmu pengetahuan dan peniruan metode-metode dan ideal-ideal Barat sekular di dalam sistem yang sekular.
17
Tujuan kurikulum Islam Al-Faruqi adalah menciptakan sarjana muslim yang dapat menguasai dan memiliki pemahaman dalam ilmu-ilmu Barat dan
ilmu-ilmu Islam dalam upaya menanamkan pemahaman yang sesungguhnya dari kedua ilmu-ilmu tersebut. Sebagaimana yang dikatakan Al-Faruqi sebagai
berikut. Seorang profesor yang meraih gelar doktor di sebuah universitas Eropa. Dia mendapatkan pendidikan di Barat dan lulus dengan angka sedang.
Karena di masa sebelumnya ia tidak mendapatkan motivasi Islam sehingga ia tidak menuntut ilmu demi Allah Ta’ala semata-mata, tetapi demi kepentingan
materialistis, egoistis atau paling tinggilah untuk tujuan nasional. Ia tidak mendapatkan semua pengetahuan yang dapat diperolehnya di Barat bahkan
tidak lebih unggul dari guru-guru Barat.
18
Maka penguasaan dari kedua ilmu- ilmu Barat dan Ilmu-ilmu Islam diperlukan dalam upaya penanaman wawasan
Islam yang menyeluruh. Tujuan islamisasi yang digagas Al-Faruqi adalah menghapus dikotomi
sistem pendidikan Islam dan sistem pendidikan Barat dan menghapus kelemahan metodologi dalam sistem pendidikan Islam dan Barat. Sistem
pendidikan Islam yang digunakan merupakan jiplakan dari sistem pendidikan Barat tetapi hanya sebuah karikaturnya saja. Sebagaimana pendidikan Islam,
pendidikan Barat sangat bergantung kepada sebuah wawasan pandangan Barat dan wawasan Islam sangat berbeda dengan wawasan Barat. Itulah sebabnya
mengapa hampir dua abad dengan sistem pendidikan sekular Barat, kaum
17
Ibid., h. 23.
18
Ibid., h. 16.
Muslimin tidak menghasilkan sesuatu pun juga baik sekolah, universitas maupun cendekiawan sebanding dengan kreativitas atau kehebatan Barat.
19
Materi-materi dan metodologi-metodologi yang kini diajarkan di Dunia Islam adalah jiplakan dari materi-materi dan metodologi-metodologi Barat,
namun tak mengandung wawasan yang semula dan kini menghidupkannya di negeri Barat. Tanpa wawasan tersebut maka materi-materi dan metodologi-
metodologi tersebut hanyalah instrumen-instrumen yang bersahaja. Tanpa disadari, materi-materi dan metodologi-metodologi yang hampa ini terus
memberi pengaruh jelek yang mendeislamisasikan siswa.
20
Maka dengan itu, Al-Faruqi menawarkan pengintegrasian antara ilmu-ilmu Islam dan ilmu-ilmu Barat dan menanamkan wawasan Islam di setiap ilmu-
ilmu yang diintegrasikan.
21
Al-Faruqi berpendapat untuk memecahkan masalah pendidikan. Sistem pendidikan diubah dan kesalahan-kesalahannya diperbaiki dengan sistem yang
baru. Dualisme sistem pendidikan Islam dan sekuler harus dihapuskan. Sistem pendidikan tersebut diintegralkan dan sistem tersebut harus sesuai dengan
semangat Islam. Perpaduan kedua sistem ini haruslah merupakan kesempatan yang tepat untuk menghilangkan keburukan masing-masing sistem. Dengan
perpaduan ini pengetahuan Islam akan bisa dijelaskan dalam gaya sekular, maksudnya pengetahuan Islam akan menjadi pengetahuan tentang sesuatu
yang langsung berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari di dunia ini, sementara pengetahuan modern akan bisa kita bawa dan masukkan ke dalam
kerangka sistem Islam.
22
Dalam upaya menghilangkan dualisme sistem pendidikan Islam dan sistem pendidikan Barat dengan menuangkan kembali disiplin-disiplin di bawah
kerangka Islam dengan membuat teori-teori, metode, prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan tunduk kepada:
1. Keesaan Allah Keesaan Allah adalah prinsip pertama dari agama Islam dan setiap
sesuatu yang Islamiah. Dialah sang Pencipta, dengan perintah-Nya
19
Ibid., h. 15.
20
Ibid., h. 17
21
Budi, op., cit, h.175
22
Al-Faruqi, op., cit, h. 25.
segala sesuatu dan peristiwa telah terjadi. Dia adalah sumber kebaikan dan keindahan. Di dalam dunia yang seperti ini, tak ada sesuatu pun
yang terjadi secara kebetulan, tak ada sesuatu pun yang sia-sia atau tak berarti.
Allah adalah cause yang pertama dan terakhir dalam agama Islam. Allah Yang Maha Penciptakan segala yang ada di bumi dan di langit.
Semua berjalan sesuai dengan ketentuan-Nya. Allah merupakan sumber pertama dan terakhir kebenaran dalam ilmu pengetahuan,
maka itu ilmu pengetahuan harus sesuai dengan tujuan Allah. 2. Kesatuan alam semesta
Alam semesta merupakan ciptaan Allah Yang Maha Tunggal. Alam semesta diciptakan sesuai dengan susunan dan pola Allah. Alam
semesta diciptakan Allah untuk manusia manfaatkan dan pergunakan sesuai dengan kebutuhannya. Manusia di beri kebebasan untuk
mengeksplorasi sumber daya alam SDA yang Allah ciptakan. Manusia diharapkan menemukan pola-pola alam semesta yang
diciptakan oleh Allah supaya menemukan hubungan-hubungan dan pengetahuan yang dapat diambilkan dari alam semesta. Kewajiban
manusia bukan untuk menciptakan pola-pola Allah melainkan untuk menjaga pola-pola Allah dari kerusakan dan mengembangkannya.
23
Alam semesta yang diciptakan Allah merupakan ladangnya ilmu untuk manusia manfaatkan. Dalam pemanfaatannya manusia harus menaati
norma-norma moral dan etika karena pada saat ini manusia banyak melakukan kesalahan dalam penggunaan dan pemanfaatan alam yang
berlebihan dan tidak memperhatikan lingkungan. 3. Kesatuan kebenaran dan kesatuan pengetahuan
Prinsip kesatuan kebenaran dan kesatuan pengetahuan adalah sebuah epistemologi yang memadukan wahyu dengan akal dan
realitas. Wahyu yang diturunkan Allah tentulah benar dan tidak ada kekeliruan didalamnya karena wahyu diturunkan Allah Yang Maha
23
Ibid., h. 64