e. Jadi, dapat disimpulkan dalam pengembangan metode pendidikan Islam yang sebagaimana yang dipaparkan Abdul Munir Mulkan bertujuan
bagaimana menciptakan manusia yang memiliki kepribadian yang berakhlak mulia sebagai al-insan al-kamil.
33
Metode pendidikan Islam secara formal adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Syaibany, yaitu
1. Metode pengambilan kesimpulan Induktif Metode ini bertujuan untuk membimbing pelajar untuk mengetahui
fakta-fakta dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan atau induksi.
2. Metode perbandingan Qiyasiah Metode ini dimulai dari penjelasan yang bersifat umum kepada yang
khusus, dari keseluruhan kepada bagian-bagian kecil. Metode
perbandingan saling berkaitan dan melengkapi bagi metode induktif, oleh sebab itu guru-guru dianjurkan untuk menggabungkan antara keduannya
untuk dapat membuktikan kebenaran. 3. Metode kuliah
Metode kuliah adalah metode yang menyatakan bahwa mengajarkan pelajaran dan kuliahnya dengan cara mencatat perkara-perkara yang
penting yang ingin dibincangkan. 4. Metode dialog dan perbincangan
Metode dialog adalah metode yang berdasarkan pada dialog, percakapan melalui tanya jawab untuk mengetahui suatu kebenaran dalam
fakta-fakta. 5. Metode halaqah
Metode halaqah merupakan metode pertama kali dalam Islam dalam menyampaikan dakwah atau pendidikan. Metode yang dilaksanakan
dengan cara para murid mengelilingi guru dalam setengah bulatan untuk mendengarkan ilmu yang disampaikan guru.
6. Metode riwayat
33
Nizar, op. cit., h. 72.
Metode ini dianggap salah satu metode dasar yang digunakan oleh pendidikan Islam. Metode ini digunakan untuk mengajarkan pelajaran
Hadits, bahasa dan sastra Arab serta ilmu-ilmu Islam dan segi-segi pemikiran Islam yang paling banyak menggunakan riwayat.
7. Metode mendengar Periwayatan ilmu pada abad pertama dakwah Islamiyah bergantung
penuh pada pendengaran sahaja. Sebab tulisan dan bacaan belum tersebar luas dalam masyarakat Islam pada waktu itu dan tulisan Arab pada masa
itu masih banyak kekurangan yang menyebabkan membaca dan menulis itu sukar. Penyebaran ilmu pada masa itu lebih bersifat pendengaran.
8. Metode membaca Metode ini merupakan alat yang digunakan dalam mengajarkan dan
meriwayatkan karya ilmiah yang bukan karya guru sendiri. Menurut metode ini murid membacakan apa yang dihafalnya kepada gurunya atau
orang lain membacanya sedang dia mendengarkan. 9. Metode imla
Metode imla adalah metode menulis materi yang dibacakan oleh guru dengan cara mengatur setiap kata-kata yang diucapkannya sedangkan
murid-murid mencatat setiap kata yang didengarnya. 10. Metode hafalan
Metode hafalan merupakan metode yang digunakan pada masa awal Islam dalam menyebarkan dakwah. Pada masa awal Islam orang-orang
sangat menghargai daya ingatan seseorang untuk menghafal. Metode hafalan ini merupakan faktor yang membantu tersebarnya bacaan-bacaan
Al-Qur’an dikarenakan pada masa itu tulisan masih sangat kurang. metode ini digunakan untuk menghafal bacaan-bacaan Al-Qur’an, Hadits dan Ilmu
Bahasa yang sangat membutuhkan daya ingatan yang kuat. 11. Metode pemahaman
Metode pemahaman adalah metode dengan cara menjelaskan, menganalisa, dan memahami suatu bacaan. Sesungguhnya metode
pengajaran dalam Islam menaruh perhatian kepada pemahaman mata
pelajaran sebagaimana ia menaruh perhatian pada hafalan dan tidak melalaikan kepahaman.
12. Metode lawatan untuk menuntut pariwisata Pendidik-pendidik Islam menaruh perhatian besar terhadap lawatan
dan perkunjungan ilmiah dan dianggapnya metode yang paling bermanfaat dalam menuntut ilmu, memperoleh pengetahuan, meriwayatkan hadits dan
sejarah. Metode ini juga sebagai jalan pembuktian kebenaran pada suatu ilmu pengetahuan dalam upaya menguji keorisinalan suatu ilmu..
34
Dari beberapa pendapat para pakar pendidikan dapat disimpulkan bahwa “metode pembelajaran adalah sebuah cara menyampaikan materi
pelajaran yang dilakukan seorang guru kepada peserta didik”. Metode pembelajaran Islam adalah metode yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullah dalam menyampaikan materi pelajaran. Dalam penggunaan metode diperlukan kesesuaian dengan materi dan
perkembangan peserta didik.
E. Evaluasi Pendidikan Islam
Rangkaian akhir dalam komponen kerja sistem pendidikan yang terpenting adalah pengevaluasian. Pengevaluasian merupakan pengujian atas
tingkat keberhasilan pada suatu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal pendidikan Islam evaluasi berarti merupakan langkah terakhir dalam suatu
rangkaian kerja yang berkaitan dengan berhasil atau gagalkah suatu pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan Islam. Dalam hal ini
dapat dilihat dengan output yang dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan Islam. Jika output tersebut sesuai dengan tujuan program dapat dikatakan
bahwa pendidikan tersebut berhasil ataupun sebaliknya. Ada tiga istilah yang digunakan dan perlu disepakati pemakaiannya,
sebelum disampaikan uraiannya lebih jauh tentang evaluasi program, yaitu
34
Syaibany, op.cit., h. 561-582.
“evaluasi” evaluation, “pengukuran” measurement dan “penilaian” assessment.
35
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan
sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang yang ada hubungannya dengan pendidikan.
36
Evaluation is a process which determines the extent to which objectives have been achieved. Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi,
dimana suatu tujuan telah dapat tercapai. Defenisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur
derajat, dimana suatu tujuan dapat dicapai. Sebenarnya evaluasi juga merupakan
proses memahami,
memberi arti,
mendapatkan, mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.
37
Sebagaimana pendapat Suchman yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah
dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Dan definisi lain yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders yang
dikutip oleh Suharsimi Arikunto, mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu untuk mencapai tujuan yang
sudah ditentukan.
38
Dalam arti sempit, evaluasi dapat dikatakan suatu usaha untuk menguji keberhasilan pendidik dalam rangka mengetahui sejauh mana perkembangan
peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan. Dalam arti luas, evaluasi dapat dikatakan suatu usaha menguji tingkat keberhasilan suatu
sistem pendidikan yang berisikan komponen-komponen pendukung dalam pendidikan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
35
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009, cet.2. h. 1.
36
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1993, h. 1.
37
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2011, cet.5. h. 1.
38
Jabar, op. cit., h. 2.
Secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam. Pertama, dari segi pendidik, evaluasi berguna untuk mengetahui tingkat
keberhasilan seorang pendidik dalam menjalankan tugas, Kedua, dari segi peserta didik, evaluasi berguna untuk mengetahui perubahan tingkah lakunya
dari hasil pendidikan. Ketiga, dari segi ahli pemikir pendidikan Islam, evaluasi berguna untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan teori-teori
pendidikan yang ada dalam upaya meningkatkan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Keempat, dari segi pemerintah, evaluasi berguna
untuk menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat.
39
Kesemua kegunaan evaluasi pendidikan Islam dimaksudkan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sebuah sistem pendidikan dari
berbagai aspek kurikulum, pendidik, materi dan metode dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan pendidikan Islam di masa yang akan datang.
Adapun tujuan evaluasi menurut ajaran Islam, berdasarkan pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur’an antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
40
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai
macam problema kehidupan yang dialaminya. 2.
Untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah SAW terhadap umatnya.
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup hidup keislaman
atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah.
Untuk mengetahui sejauh mana kuatnya iman seseorang, Allah SWT terkadang mengevaluasinya melalui berbagai cobaan yang besar. Allah
berfirman:
“Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka akan dibiarkan saja
mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji dievaluasi lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum
39
Nizar, op. cit., h. 78.
40
Abuddin Nata, op. cit., h. 189.
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. Q.S. al-Ankabut,
29:2-3. Pada ayat tersebut dengan jelas dinyatakan bahwa Allah SWT akan
menguji kualitas keimanan seseorang dengan berbagai evaluasi atau cobaan. Dengan demikian dapat diketahui siapa saja yang benar-benar mantab
imannya dan siapa saja yang imannya palsu. Konsep evaluasi dalam pendidikan Islam bersifat menyeluruh, baik
dalam hubungan manusia dengan Allah SWT sebagai pencipta, hubungan manusia dengan manusia yang lainnya, hubungan manusia dengan alam
sekitarnya dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Paradigma pendidikan islam mengintegralkan semua ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik, sehingga terciptalah manusia yang paripurna yang dapat mengaktualisasikan
keimanan, keilmuan
dan amal
shalihnya.
41
Dari beberapa pendapat para pakar dapat disimpulkan, evaluasi adalah pengoreksian, pengawasan dan perefleksian terhadap komponen-komponen
kurikulum dalam upaya mengetahui keberhasilan kurikulum. Evaluasi dalam pendidikan Islam adalah mengevaluasi tingkat keberhasilan peserta didik
dalam ketaatan dan kepatuhan terhadap ajaran Islam.
F. Pendidikan Perspektif Muhammad Al-Naquib Al-Attas.
1. Pengertian Pendidikan Definisi Pendidikan, menurut Al-Attas berasal dari kata ta’dib yang
berartikan penyemaian dan penanaman adab dalam diri seseorang. Al- Qur’an menegaskan bahwa contoh ideal bagi orang yang beradab adalah
Nabi Muhammad Saw, yang oleh kebanyakkan disebut dengan sebagai Manusia Sempurna atau Manusia Universal al-insan al-kulliyy. Oleh
karena itu, sistem pendidikan harus merefleksikan manusia sempurna.
42
Pada Konferensi Dunia Pertama mengenai Pendidikan Islam yang diselenggarakan di Mekkah, pada April 1971. Al-Attas mengajukan agar
41
Samsul Nizar, op. cit., h. 83
42
Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas, Bandung: Mizan Media Utama, 1998. h. 174.