38
C. Kondisi Ekonomi dan Keagamaan Siswa-siswi SMAMuhammadiyah 3
Karena banyaknya jumlah Siswa-siswi SMU Muhammadiyah 3, dan keragaman yang ada pada mereka, maka peneliti menggunakan metode
pengambilan sampel purposif purposial sampling yaitu sampel dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Responden ditentukan
sebanyak 10, dari masing-masing kelas IPA dan IPS sedang 5 responden dari dari kelas I, sedangkan dan kelas II dengan latar belakang ekonomi dan sosial yang
berbeda-beda. Usia subjek yang dipilih rata-rata 15-19 tahun, dengan pertimbangan pada usia tersebut subjek adalah individu yang digolongkan sebagai
remaja dan belum mempunyai kematangan berfikir atau belum dewasa.
Tabel 3 Profil Siswa-siswi SMA Muhammadiyah 3 Berdasarkan Jumlah
Jenis Kelamin
Nomor
Jenis Kelamin
Jumlah Prosentase
1. Laki-laki
276 55
2. Perempuan 224
45
Jumlah 500 100
Jumlah siswa-siswi di SMU Muhammadiyah 3 mencapai kurang lebih 276 siswa dan 224 siswi
8
, dengan kualitas pengetahuan keagamaan yang berbeda-beda. hal ini turut dipengaruhi oleh basis pengetahuan agama yang
mereka bawa dari keluarga, sebagaimana yang penulis temukan di lapangan;
8
Data Siswa-Siswi SMU Muhammadiyah 3 tahun 2007.
39 bahwa karakter dari masing-masing keluarga yang dipengaruhi oleh status sosial,
ekonomi dan budaya yang berbeda-beda pula. Sebagian dari responden yang penulis temui menyatakan mereka tidak banyak mendapat didikan agama dari
orang tua mereka, hal ini disebabkan keberadaan para orang tua yang tidak mempunyai waktu untuk melakukan hal itu, status sosial ekonomi keluarga dari
responden yang penulis temukan memang tergolong sebagai keluarga yang menempati kelas atas, rata-rata orang tua responden yang penulis temui
merupakan pejabat, pengusaha atau kalangan pegawai yang memiliki jabatan cukup menguntungkan, tetapi justru karena posisi tersebut sebagian besar orang
tua atau wali dari siswa-siswi di SMA Muhammadiyah 3 tidak dapat mencurahkan waktunya untuk mendidik mereka secara langsung. Kemudian
pergaulan kota metropolis seperti Jakarta ini yang memberi andil besar pada menipisnya keberagamaan mereka, dimana pada kondisi kota metropolis seperti
Jakarta yang moderen sekaligus menjadi sebuah kota industri dengan masyarakat urbannya yang demikian komplek sehingga teori modernisasi teraktualkan dimana
ketika terjadi modernisasi agama tidak lagi melembaga dan hanya sebatas pada kehidupan individu belaka.
9
Disamping itu sekolah asal mereka dengan basis pendidikan agama yang relatif sedikit dan hanya ditujukan untuk memenuhi
kurikulum belaka. Walaupun ada sebagian dari mereka yang berasal dari SMP Muhammadiyah 9 yang masih berada dalam satu lingkungan dalam komplek
sekolah tersebut.
9
Robert W. Hefner, Islam Pasar Keadilan, Penerjemah Amirudin dan Asyhabudin, Yogyakarta: LkiS, 2000, h.11.
40 Untuk dapat masuk ke SMU Muhammadiyah 3 para orang tua murid harus
mengeluarkan biaya yang relatif mahal, wajar saja jika hanya siswa-siswi dari kalangan berada saja yang mampu bersekolah di tempat itu, hal itu juga sejalan
dengan pengamatan penulis yang melakukan observasi pada jam pulang sekolah, dimana sebagian besar dari siswa dijemput dengan mobil pribadi. SMA
Muhammadiyah 3 juga mengambil siswa-siswi berpretasi dari panti asuhan yang masih berada di bawah naungan yayasan Muhammadiyah.
10
namun keberadaan siswa-siswi yang berasal dari panti asuhan bukan gambaran dari generalisasi
keadaan ekonomi keseluruhan siswa, sebab jumlah siswa yang berasal dari panti asuhan amat sedilit dan bisa dikatakan bukan jumlah dominan, bahkan jumlahnya
tidak mencapai puluhan. Penulis tidak menemukan data kuantitatif mengenai perbandingan dan
jumlah anak yatim yang berada di SMA Muhammadiyah 3, baik data mengenai ekonomi maupun data yang lain.
10
Wawancara dengan Bapak Kusmayadi, Guru Olahraga SMA Muhammadiyah 3, tanggal 29 Maret 2007 di lapangan olahraga.
41
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Analisis data yang disajikan dalam penelitian ini yaitu mengenai pengaruh pemahaman agama terhadap moralitas siswa-siswi SMA Muhammadiyah 3.
Sebelum mengetahi pengaruh pemahaman agama terhadap moralitas siswa-siswi SMA Muhammadiyah 3. maka dilakukan dahulu pengukuran tingkat religiusitas
siswa-siswi SMA Muhammadiyah 3 dan tingkat perilaku yang berkaitan dengan moral, setelah itu dicari hubungan pengaruhnya.
Untuk mengukur tingkat pemahaman siswa-siswi SMA Muhammadiyah 3 dapat dilihat dari lima dimensi keberagamaan, yaitu: dimensi ideologik, dimensi
ritualistic, deminsi experiensial, deminsi intelektual, dan demensi konsekuensial, dengan melihat kelima dimensi tersebut akan didapatkan penilaian pada siswa-
siswi SMA Muhammadiyah 3 apakah masih tinggi atau tidak pemahaman mereka, sebab melalui keberagamaan itu sendiri lebih bersifat personal, yaitu melihat
aspek-aspek yang berada di dalam hati nurani, lebih mengarah pada nilai-nilai keagamaan yang diyakini oleh individu, kemudian diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk mengukur moralitas siswa-siswi SMA Muhammadiyah 3 bisa dilihat dalam bentuk simpati, berderma, menolog,
kerjasama dan altruisme.
42
A. Tingkat Pemahaman Agama Siswa-siswi SMA Muhammadiyah 3 1.