Pengaruh Pemahaman terhadap Dimensi Experiensial pada Moralitas

78 Pendapat di atas dibenarkan oleh “MA”. Menurutnya, shalat adalah tiang agama. Keimanan seseorang dilihat pada frekuensinya dalam meng “amal”kan shalat. Dalam shalat manusia menucikan dirinya menjadi bersih dan memohon dijauhkan dari perbuatan-perbuatan tidak baik, sehingga setipa individu selalu berusaha menjadi individu yang baik, salah satunya dengan melakukan perbuatan- perbuatan terpuji. 9

3. Pengaruh Pemahaman terhadap Dimensi Experiensial pada Moralitas

Keberadaan SMA Muhammadiyah 3 setidaknya memberikan angin segar bagi kalangan orang tua yang khawatir dengan perkembangan moral anaknya, sekolah itu berusaha menanamkan nilai-nilai agama sebagai landasan dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Mungkin hal itu perlahan kian dirasakan, melihat efek positif yang ditimbulkannya. Kendati mengikuti bermacam komunitas remaja dalam bergaul, beberapa siswa SMA Muhammadiyah 3 tidak serta merta melakukan segala penyimpangan negatif, walaupun mereka mengaku menerima semua informasi yang masuk, tetapi dalam beberapa hal yang krusial atau essensi mereka tetap mencoba mentaati dan berpegang teguh pada ajaran Islam. Hal; itu senada dengan yang diungkapkan oleh ‘A’: “Kalao guwe ama temen-temen guwe sih nggak munafik ya.., untuk dibilang jadi anak baik ya.. nggak baikn banget, tapi untuk nglakuin hal-hal yang jelek banget nggak pernah, paling iseng-iseng, ya…kaya bolos tapi nggak sering banget paling kadang-kadang doang, atau ya…ngerjain temen, paling yang gitu-gitu aja lah…” 10 9 Wawancara dengan MA, siswa kelas III IPA, pada tanggal 23 April 2007. 10 Wawancara dengan A tanggal 19 Maret 2007. 79 Seperti yang telah ditulis pada bab sebelumnya bahwa dimensi Experiensial adalah menunujuk pada tingkat seseorang merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman keberagamaan. Berdasarkan hasil penelitian baik berupa angket ataupun wawancara mendalam, diketahui bahwa tingkat religiusitas siswa SMA Muhammadiyah 3 dilihat dari dimensi Experiensial cukup tinggi, sedangkan hubungannya terhadap moral, dimensi Experiensial siswa SMA Muhammadiyah 3 sangat mempengaruhi mereka untuk berperilaku terpuji. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh ahli fenomenologi termuka Van Deer Leeuw, bahwa pengalaman seseorang dengan yang suci akan melahirkan suatu sikap dan seperangkat praktek. 11 “AG” siswi SMA Muhammadiyah 3 mengatakan bahwa perasaan takutnya kepada Allah sangat mempengaruhi dia untuk berperilaku baik. Contohnya, pada saat temannya membutuhkan pertolongan, maka dia akan berusaha menolong semampunya, karena apabila ia tidak menolong, ia takut Allah akan memberikan musibah yang lebih besar kepadanya. 12 Sedangkan “E” mengakui bahwa ada perasaaan damai dalam dirinya apabila dapat membantu sesama yang membutuhkan, sehingga persaan itu memotivasikannya untuk selalu membantu semampunya.

4. Pengaruh Pemahaman terhadap Dimensi Intelektual pada Moralitas Remaja