Gambaran Jenis Kelamin dengan Pengetahuan responden

70 BAB VI PEMBAHASAN Pada bab pembahasan akan diuraikan makna hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi keperawatan dalam melakukan pemberian obat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembahasan ini hal yang dilakukan adalah membandingkan antara hasil penelitian dengan konsep teoritis dan penelitian sebelumnya terkait. Pada bab pembahasan juga akan dijelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.

A. Analisi Univariat

1. Gambaran Jenis Kelamin dengan Pengetahuan responden

Gambaran Demografi jenis kelamin dari 34 sampel yang diambil dari penelitian ini adalah responden laki-laki sebanyak 7 orang 20,6, dan responden perempuan sebanyak 27 orang 79.4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengetahuan baik antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh yaitu laki-laki 14.3 dan perempuan 29.6 Jenis kelamin responden sesuai dengan penelitian Sari 2009, untuk data demografi perawat yang ada di ruang rawat inap terdiri dari jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 111 orang 88.8 dan laki-laki sebanyak 14 orang 11.2, penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Marwoto, Kusnanto dan Handono 2007 responden yang tersebar di lima ruang rawat inap menunjukkan bahwa SDM Perawat didominasi oleh jenis kelamin perempuan 67 sedangkan laki-laki 33. Hal ini terjadi karena 71 lazimnya profesi keperawatan lebih banyak diminati kaum perempuan, mengingat profesi keperawatan lebih dekat dengan masalah-masalah mother instink, meskipun diera globalisasi atau alasan lain misalnya kesetaraan gender atau juga karena faktor kebutuhan di ruang UGD, OK dan lain-lain atau mungkin juga karena perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maka jumlah perawat laki-laki juga mulai dipertimbangkan dan diperhitungkan. Marwoto A, Kusnanto H, Handono D 2007. Terdapat banyak perbedaan anatomis dan biokimiawi antara wanita dan pria, hasil penelitian terhadap Sembilan otak yang diotopsi ditemukan bahwa otak wanita rata-rata memiliki 11 persen lebih banyak sel di area korteks yang berkaitan dengan proses informasi autif, bahkan semua wanita memiliki sel-sel ini lebih banyak dibandingkan pria. Witelson, Glazer, Kigar, 1994. Penelitian dengan menggunakan pemindaian otak telah menemukan bahwa ada sebuah bagian korteks frontal wanita yang lebih besar daripada pria Gur dkk,2002 dan bahwa wanita memiliki lebih banyak lipatan kortikal di lobus frontal dan lobus parietal Luders dkk, 2004. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh struktur otak yang dimiliki, perbedaan dalam struktur otak, pada wanita bagian otak yang berhubungan dengan bahasa, penilaian dan daya ingat lebih padat susunannya, dengan jumlah neuron 18 lebih banyak Browning, 2005. Menurut Pasiak 2008 menyatakan struktur otak perempuan dan laki-laki itu berbeda, perbedaan itu tidak menghasilkan perbedaan dalam tingkat kecerdasan level of intelligence, kecuali bagaimana mereka mengatur kecerdasan itu sendiri. Struktur otak terlihat perbedaan pada : 72 korpus kolosum, hipotalamus, lobus parietal bawah, dan kehilangan sel- sel saraf pada hipokampus dan lobus parietal. Implikasi perbedaan struktur itu terjadi pada cara dan gaya melakukan sesuatu. Laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan dalam beberapa yaitu: emosi, tingkah laku seksual, proses berbahasa, kemampuan spasial, dan problem-problem matematis. Perbedaan otak baik struktur maupun cara kerja tidak menunjukkan tingkat kecerdasan. Beberapa komponen otak memang lebih besar pada perempuan, seperti corpus callosum bagian belakangnya bernama splenium memang lebih tebal dan banyak serabut sarafnya, atau pusat pengaturan bahasa yang lebih tersebar pada dua belahan otak, tidak berhubungan langsung dengan tingkat kecerdasan. Termasuk juga lobus parietal bawah bertanggung jawab untuk pengenalan ruang tiga dimensi yang lebih besar pada laki-laki. Dalam kecerdasan linguistic-verbal, misalnya perempuan lebih unggul. Sementara dalam kecerdasan visuo- spasial, lelaki lebih unggul. Sandra Witelson dalam penelitiannya 1982, 1985 pada 9 otak laki-laki dan 5 otak perempuan, menemukan bahwa otak perempuan itu, secara keseluruhan, lebih kecil daripada otak laki-laki. Ia menyebut korpus kalosum jembatan saraf antara dua belahan otak, terutama bagian isthmus, dan splenium di belakang sebagai komponen yang cenderung lebih besar pada perempuan. Bagian-bagian ini bertanggung jawab dalam hubungan antarbelahan otak yang menjamin ketepatan dan kecepatan pertukaran informasi antarbelahan otak. Ukuran dan bentuk otak yang berbda, secara otomatis, membedakan perempuan dan laki-laki dalam cara dan gaya berpikir, termasuk kemampuan- 73 kemampuan khusus keduanya. Namun, itu tidak berarti berbeda dalam tingkat kecerdasan. Jika perempuan memiliki corpus callosum jembatan saraf penghubung belahan otak lebih tebal daripada laki-laki, tidak lantas berarti lebih cerdas daripada laki-laki. Pengetahuan yang dimiliki perawat berperan penting dalam kinerjanya, jika seorang perawat memiliki pengetahuan yang luas ia akan mahir dan mudah dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga apapun yang dikerjakannya akan menghasilkan kinerja yang baik. Robbins, 1998 dalam Isesreni dan Warni 2009.

2. Gambaran Nilai farmakologi dan Nilai IPK dengan pengetahuan