PEMBERIAN OBAT TINJAUAN PUSTAKA

19

D. PEMBERIAN OBAT

1. Definisi Obat Menurut PerMenKes 917MenkesPerx1993, obat jadi adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia . 2. Nama dan Bentuk Obat a. Nama Obat 1 Nama kimia memberi gambaran pasti komposisi obat. Salah satu contoh nama kimia adalah asam asetilasetat yang biasa dikenal sebagai aspirin. 2 Nama generik diberikan oleh pabrik yang pertama kali meproduksi obat tersebut sebelum mendapat izin dari FDA dalam hal ini dilindungi hukum. 3 Nama resmi adalah nama obat yang terdaftar dalam publikasi resmi, misalnya dalam United States Pharmacopeia USP. 20 4 Nama dagang, nama merek atau nama pabrik adalah nama yang digunakan pabrik dalam memasarkan obat. Sebuah obat generik dapat memasarkan sebuah obat generik memiliki nama yang berbeda. Nama dagang memiliki simbol ® disebelah kanan atas nama obat, yang mengindikasikan bahwa obat terdaftar. b. Bentuk Obat 1 Pulvis Serbuk Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. 2 Tablet Compressi merupakan sedian padat berbentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan tanpa bahan tambahan. 3 Pilulae PIL Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. 4 Kapsulae Kapsul Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. 5 Solutiones Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, 6 Suspensi Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. 7 Unguenta Salep Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir 21 8 Suppositoria Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. 9 Guttae Obat Tetes Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. 10 Injectiones Injeksi Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan 3. Sifat dan Kerja Obat Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut dengan proses farmakokinetika Raden Sanjoyo, 2005. a. Absorpsi Absorpsi adalah cara molekul obat masuk kedalam darah. Faktor- faktor yang mempengaruhi absorpsi obat antara lain rute pemberian obat, daya larut obat, dan kondisi di tempat absorpsi. Setiap rute pemberian obat memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat, bergantung pada struktur fisik jaringan. Kulit relatif tidak dapat ditembus zat kimia, sehingga sehingga absorpsi menjadi lambat, selain 22 itu obat yang diberikan lewat oral juga lambat dikarenakan harus melewati sistem percenaan. Membran mukosa dan saluran napas mempercepat absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi pada mukosa dan permukaan kapiler-alveolar. potter dan perry 1999. b. Distribusi Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke selruh tubuh melalui sirkulasi darah. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya didalam tubuh : 1 distribusi yang terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. 2 distribusi mencakup jaringan yang perfusi jaringannya mencakup tidak sebaik organ di fase pertama misalnya, otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel dan terditribusi ke dalam otak, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus membran sel sehingga distribusinya terbatas terutama di cairan ekstrasel. Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. Raden Sanjoyo, 2005. c. Metabolisme Proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal. 23 d. Ekskresi Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. Liur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu. Rambut pun dapat digunakan untuk menemukan logam toksik, misalnya arsen, pada kedokteran forensik. 4. Efek dan Reaksi Obat Menurut Potter dan perry 1999 efek dan reaksi obat dapat dibagi menjadi 5 : a. Efek Terapeutik Efek terapeutik merupakan respons fisiologis obat yang diharapkan atau diperkirakan timbul. Contoh, aspirin berfungsi sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi, dan menurunkan agregasi gumpalan trombosit. b. Efek samping Sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder yang tidak diinginkan. Contoh, penggunaan kodein fosfat dapat membuat 24 seorang klien mengalami konstipasi, dan penggunaan teofilin dapat membuat klien sakit kepala dan pusing. c. Efek Toksik Efek toksik terjadi setelah klien meminum obat berdosis tinggi dalam jangka waktu lama, setelah lama menggunakan obat yang ditujukan untuk aplikasi eksternal, atau setelah suatu obat berakumulasi didalam darah akibat kerusakan metabolisme atau ekskresi. Satu dosis obat dapat menimbulkan efek toksik pada beberapa klien. Jumlah obat yang yang berlebihan didalam tubuh dapat menimbulkan efek yang mematikan, bergantung pada kerja obat. Contoh, morfin, sebuah analgesik narkotik, meredakan nyeri dengan menekan susunan saraf pusat. Bagaimanapun, kadar toksik morfin menyebabkan depresi pernapasan yang berat dan kematian. d. Reaksi Idiosinkratik Obat dapat menyebabkan timbulnya efek yang tidak diperkirakan, misalnya reaksi idiosinkratik, yang meliputi klien bereaksi berlebihan, tidak bereaksi, atau bereaksi tidak normal terhadap obat. Contoh, seorang anak yang menerima antihistamin contohnya, Benadryl menjadi sangat gelisah atau sangat gembira, bukan mengantuk. e. Reaksi Alergi Reaksi alergi adalah respon lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat. Dari seluruh reaksi obat, 5 sampai 10 merupakan reaksi alergi. Kekebalan tubuh seseorang dapat tersentralisasi terhadap 25 dosis awal obat,. Apabila obat diberikan secara berulang kepada klien, ia akan menglami respon alergis terhadap obat atau zat kimia bekerja sebagai antigen, memicu pelepasan antibodi. Alergi obat dapat bersifat ringan atau berat. Gejala alergi bervariasi, bergantung pada individu dan obat. Contoh, antibiotik dapat menimbulkan banyak reaksi alergi. Tabel 2.1 Reaksi Alergi REAKSI ALERGI RINGAN GEJALA DESKRIPSI Urtikaria Erupsi kulit yang bentuknya tidak beraturan, meninggi, ukuran dan bentuk bervariasi; erupsi memiliki batas berwarna merah dan bagian tengahnya berwarna pucat. Ruam Vesikel kecil yang meninggi yang biasanya berwarna merah; seringkali tersebar diseluruh tubuh Pruritus Gatal-gatal pada kulit, kebanyakan timbul bersama ruam. Rinitis Inflamasi lapisan membrane mukosa hidung menimbulkan bengkak dan pengeluaran rabas encer dan berair. Sumber: Potter Perry 2007 Reaksi yang berat atau reaksi anafilaksis ditandai oleh konstriksi pengecilan otot bronkiolus, edema faring dan laring, mengi berat, dan sesak napas. Klien juga dapat mengalami hipotensi berat, sehingga 26 membutuhkan resusitasi darurat. Klien yang memiliki riwayat alergi terhadap obat tertentu harus menghindari penggunaan berulang obat tersebut, dan setelah sadar, klien harus mengenakan gelang atau kalung identifikasi, sehingga perawat dan dokter dapat mengetahui klien tersebut alergi terhadap obat tertentu. 5. Perhitungan Obat a. Sistem Perhitungan Obat Ketepatan perhitungan obat bergantung pada kemampuan perawat menghitung dosis obat dengan akurat dan mengukur obat dengan benar. Kesalahan akibat kecerobohan dalam menempatkan angka desimal atau menambah sebuah nol pada dosis obat akan mengakibatkan kesalahan yang fatal. Perawat bertanggung jawab mengecek dosis obat sebelum memberikannya serta memberitahu klien tentang dosis yang diprogramkan. 1 Sistem Metrik Sistem Metrik merupakan system desimal, sistem metrik merupakan sistem perhitungan yang secara logis paling teratur. Unit metrik dengan mudah dapat dikonversi dihitung melalui perkalian dan pembagian sederhana. Satiap satuan dasar perhitungan disusun ke dalam unit-unit 10. Mengalikan atau membagi dengan 10 membentuk unit-unit sekunder. Pada perkalian, angka desimal berpindah kekanan. Pada pembagian, angka desimal berpindah kekiri. 27 Satuan dasar perhitungan pada sistem metrik antara lain meter panjang, liter volume, dan gram berat. Pada perhitungan obat, perawat terutama menggunakan satuan volume dan berat. Pada sistem metrik, huruf besar dan kecil digunakan untuk menandai satuan-satuan utama. Contoh: gram = g atau Gm; liter = l atau L. Huruf kecil merupakan singkatan untuk subbagian satuan utama. Contoh: milligram=mg, mililiter = ml. 2 Ukuran Rumah Tangga Ukuran rumah tangga meliputi tetesan, sendok teh, sendok makan, dan cangkir cups untuk volume dan ounce serta pound untuk berat. Kerugian ukuran rumah tangga adalah ketidakarutannya. Peralatan rumah tangga misalnya sendok teh dan cangkir, ukurannya seringkali bervariasi. Keuntungan penggunaan ukuran rumah tangga adalah aspek kenyamanan dan mudah dikenali. Apabila keakuratan tidak terlalu diperlukan, penggunaan ukuran rumah tangga aman digunakan. Contoh: obat yang dijual bebas, misalnya laksatif, antasida, dan obat batuk sirup, dapat diukur dengan aman menggunakan ukuran rumah tangga. Tabel 2.2 Ekivalensi Ukuran EKIVALENSI UKURAN Metrik Rumah Tangga 1 ml 15 tetes tts 4-5 ml 1 sendok teh sdt 28 16 ml 1 sendok makan sdm 30 ml 2 sendok makan sdm 240 ml 1 cangkir c 480 ml kira-kira 500 ml 1 pint pt 960 ml kira-kira 1 L 1 quart qt 3840 ml kira-kira 5 L 1 galon gal Sumber : Potter Perry 1999 3 Larutan Pada praktik klinis perawat menggunakan larutan yang konsentrasinya berbeda-beda untuk injeksi, irigasi, dan infus. Perawat harus mengerti istilah yang menggambarkan konsentrasi larutan. Suatu larutan adalah suatu massa zat padat yang larut dalam suatu volume cairan lain yang diketahui. Apabila sebuah zat padat di larutankan dalam cairan, satuan konsentrasinya adalah satuan berat per satuan volume missal. gml, gL, mgml. Suatu konsentrasi juga dapat diekspresikan sebagai persentase. Misal, larutan 10 adalah 10 g zat padat yang dilarutkan dalam 100 ml larutan. Suatu perbandingan juga menunjukkan konsentrasi. Larutan 1:1000 adalah larutan yang mengandung 1 g zat padat dalam 1000 ml cairan atau 1 ml cairan dalam 1000 ml cairan lain. b. Mengonversi Satuan Ukuran Seorang farmasi tidak selalu membagikan obat dalam satuan ukuran yang diprogramkan. Perusahaan obat menyalurkan obat dengan ekuivalensi standar tertentu dalam bentuk kemasan dan botol. Contoh, 29 dokter memprogramkan 250 mg obat yang tersedia hanya dalam gram. Perawat bertanggung jawab mengubah satuan volume dan berat ke dalam dosis yang diinginkan. Perawat harus mengetahui ekuivalensi standard dalam semua sistem perhitungan utama. Pemberian obat bukan satu-satunya fungsi konversi yang dilakukan perawat. Konversi digunakan dalam banyak aktivitas keperawatan. 1 Konversi dalam satu sistem Pada sistem metrik, perawat secara sederhana membagi dan mengali. Untuk mengubah milligram menjadi gram, perawat membagi dengan 1000, menggeser koma pada angka decimal tiga kali ke kiri contoh, 1000 mg = 1 g dan 350 mg = 0,35 g. Untuk mengubah liter menjadi mililiter perawat mengalikannya dengan 1000 atau menggeser koma pada angka decimal tiga kali ke kiri, 1 L = 1000 ml dan 0,25 L = 250 ml. 2 Konversi Antar-Sistem Perawat harus menentukan dosis akurat sebuah obat dengan mengubah berat atau volume dari satu sistem perhitungan ke dalam sistem perhitungan lain. Biasanya,satuan metrik dan apothecary harus diubah ke dalam ukuran rumah tangga yang ekuivalen untuk digunakan dirumah. Ketika harus melakukan kalkulasi obat yang sebenarnya, perawat sangat dianjurkan menggunakan satuan dalam sistem perhitungan yang sama 30 Sebelum membuat konversi, perawat membandingkan sistem perhitungan yang tersedia dengan sistem yang diinstruksikan. Contoh, dokter mengintruksikan “Morfin 16 gram IM”. Obat hanya tersedia dalam milligram. Untuk mengubah gram kedalam milligram, perawat harus mengetahui ekuivalensi 1 mg= 160 gr atau 60 mg=1 gr, sehingga dengan mengubah 16 gr ke dalam milligram , perawat memiliki ukuran yang dibutuhkan untuk membuat kalkulasi dosis akhir. Perawat membagi dengan 6: 60 mg : 6 = 16 gr 10 mg = 16 gr Setelah menghitung bahwa instruksi dokter untuk “16 gr morfin” sama dengan 10 mg morfin, perawat dapat menyiapkan obat dengan akurat berdasarkan dosis yang tersedia. 3 Kalkulasi Dosis Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi dosis. Rumus yang dapat digunakan ketika perawat mempersiapkan obat dalam bentuk padat atau cair: � � � = ℎ � Menghitung dosis obat seorang anak memerlukan perhatian khusus. Seorang tidak mampu memetabolisasi banyak obat semudah orang dewasa, karena tubuh anak yang lebih kecil, dosis 31 obat yang diberikan juga harus lebih rendah. Metode perhitungan pediatrik yang paling akurat didasarkan pada area permukaan tubuh. Area permukaan tubuh diperkirakan berdasarkan berat tubuh. Nomogram standar, atau grafik menggambarkan area permukaan tubuh berdasarkan berat badan dan usia rata-rata. Rumus tersebut merupakan rasio area permukaan tubuh anak dibandingkan dengan area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa 1,7 meter persegi atau 1,7 m 2 . � = ℎ 1,7 2 6. Peran Perawat dalam Pemberian Obat a. Peran perawat Peran dan tanggung jawab perawat dalam pemberian obat mengalami perubahan seiring dengan perubahan keperawatan dan sistem pelayanan kesehatan dalam menanggapi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan tuntutan teknologi Asperheim, Eisenhauer, 1974, dalam Priharjo 1994 Pada dasarnya, perawat mempunyai beberapa jenis peran bila dilihat dari batas kewenangannya. 1 peran independen merupakan peran dimana perawat secara legal dapat melakukan tindakan secara mandiri terhadap diagnose keperawatan tertentu. 2 peran dipenden merupakan peran dimana perawat tergantung pada profesi lain dalam melakukan tindakan terhadap masalah kesehatan. 3 peran interdipenden kolaborasi merupakan peran dimana perawat 32 melakukan tindakan terhadap masalah kesehatan yang memerlukan penanganan bersama. b. Peran dalam mendukung keefektivitasan obat Perawat harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek terapeutik obat, perawat harus mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi efek obat dan harus melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat. Berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam mengevaluasi keefektifitasn obat yang diberikan pada pasien. Namun laporan langsung yang disampaikan oleh pasien dapat digunakan pada berbagai keadaan, sehingga perawat penting untuk bertanya langsung kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang diberikan. c. Peran perawat dalam mengobservasi efek samping dan alergi obat Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat. Perawat harus memberitahu pasien yang memakai atau minum obat di rumah mengenai tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus dilaporkan pada dokter atau perawat. Perawat perlu tanggap terhadap kemungkinan terjadinya sensitivitas solang cross sensitivity terhadap berbagai obat atau makanan yang berbeda. 33 d. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat Cara menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat sangat bervariasi antara satu rumah sakit dengan rumah sakit yang lain. Perawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar karena penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek obat. Saat mempersiapkan obat, perawat harus memeriksa tanda kadaluwarsa obat, cara penggunaan dan pemberiannya. Perawat juga harus menguasai dasar-dasar perhitungan obat misalnya dalam menyiapkan pemberian dosis insulin, injeksi, pembuatan larutan dan lain-lain. e. Peran perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang obat Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas. Hal ini termasuk pendidikan yang berkaitan dengan obat. Perawat dapat memberikan penyuluhan tentang manfaat obat secara umum, sedangkan informasi yang lebih terperinci bukan merupakan tanggung perawat tetapi tanggung jawab dokter. 7. Pemberian obat berdasarkan “6 prinsip benar” Pemberian obat harus menggunakan prinsip benar agar pemberian obat tersebut aman. menurut Ni Ketut Kusmarjathi 2009 menggunakan 6 prinsip benar dalam pemberian obat. 34 a. Benar pasien Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien yang benar. Mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format, atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan namanya. b. Benar waktu Obat-obatan harus diberikan pada waktu yang tepat untuk memastikan level kadar serum terapeutik. Pemberian pada waktu yang salah juga dapat dikategorikan kesalahan dalam pemberian obat. Bullock, Manias dan Galbraith 2007 menyatakan bahwa jika obat diintruksikan harus diberikan pada interval waktu tertentu, pemberian obat oleh perawat tidak boleh lebih dari 30 menit, jika pemberian lebih 30 menit dari waktu yang ditentukan maka biovailabilitas kemampuan kecepatan obat untuk menyerap ke dalam sirkulasi sitemik dari obay mungkin terpengaruh. c. Benar obat Obat pada saat pertama kali diprogramkan, perawat harus di cek ulang antara format pencatatan dengan intruksi yang ditulis dokter. Perawat melakukan tiga kali cek ulang saat melihat label obat dengan laporan pencatatan yaitu, 1 sebelum memindahkan obat dari wadah obat dari laci atau lemari tempat penyimpanan. 2 pada saat sejumlah obat yang di intruksikan atau diprogramkan dipindahkan dari 35 wadahnya. 3 sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpanan. Perawat hanya memberikan obat yang dipersiapkannya. Jika terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat. d. Benar cara atau rute Perawat hanya diperbolehkan untuk memberikan obat pada rute yang telah diresepkan atau diintruksikan, perawat harus memahami perbedaan antara rute seperti tingkat penyerapan, sehingga apabila rute yang diintruksikan tidak sesuai dengan cara yang direkomendasikan, perawat dapat mengingatkan dokter, selain itu apabila terdapat intruksi obat yang tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat mengonsultasikannya kepada dokter. Rute yang digunakan dalam pemberian obat : 1 Oral Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut. Keuntungannya relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat; tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas; obat yang inaktifterurai oleh cairan lambung atau usus tidak bermanfaat penisilin G, insulin; obat absorpsi tidak teratur. Tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah, 36 serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah, koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui oral tidak dapat dipakai. 2 Sublingual Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusat sakit. Misal pada kasus pasien jantung. Keuntungan cara ini efek obat cepat serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari. 3 Inhalasi Penggunaannya dengan cara disemprot ke mulut. Misal obat asma. Keuntungannya yaitu absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikan langsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu, diperlukan alat dan metoda khusus, sukar mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru –sekresi saluran nafas, toksisitas pada jantung. Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorpsi sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membran mukosa pada perjalanan pernafasan. 37 4 Rektal Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya mempercepat kerja obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oral sulittidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai di lambung, terjadi efek lintas pertama. Contoh, asetosal, parasetamol, indometasin, teofilin, barbiturat. 5 Pervaginam Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina, langsung ke pusat sasar. Misal untuk keputihan atau jamur. 6 Parentral Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat dimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Misal suntikan atau insulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran. Keuntungannya yaitu dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulit menelanpasien yang tidak kooperatif; dapat untuk obat yang mengiritasi lambung; dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati; bekerja cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu kurang aman, tidak disukai pasien, berbahaya suntikan – infeksi. Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara parentral, termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atau emulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalam bentuk kering. Bila mau dipakai baru ditambah 38 aqua steril untuk memperoleh larutan atau suspensi injeksi. Beberapa cara pemberian obat dengan parenteral : a Subkutan SC. Injeksi ke dalam jaringan tepat dibawah lapisan dermis kulit. b Intradermal ID. Injeksi ke dalam dermis tepat dibawah epidermis. c Intramuskular IM. Injeksi ke dalam otot tubuh. d Intravena IV. Injeksi ke dalam vena. 7 Topikallokal Obat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep. e. Benar dosis Sebelum memberikan obat terkait dengan dosis yang diberikan maka perawat harus melakukan perhitungan, selain itu juga perawat harus berhati-hati dalam membaca rencana obat. Sebuah titik decimal yang salah dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pada dosis obat. Sebagai perawat bertanggung jawab untuk memastikan keamanan klien. f. Benar dokumentasi Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan. Pendokumentasian meliputi nama obat, dosis, rute, waktu, dan tanggal inisial dan tanda tangan perawat. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobatan 39 atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena berpikir obat itu belum diberikan Sari 2009; Kee and Hayes, 2000; Joyce 1996. Dokumentasi yang detail sangat dibutuhkan, apabila ternyata perawat tidak memberikan obat tersebut pada waktu yang telah diintruksikan, harus tercantum alasan mengapa perawat tidak memberikan obat tersebut, selain itu apabila terdapat perubahan dalam rute pemberian obat maka harus dicatat atau didokumentasikan.

E. PENELITIAN TERKAIT