Gambaran Nilai farmakologi dan Nilai IPK dengan pengetahuan

73 kemampuan khusus keduanya. Namun, itu tidak berarti berbeda dalam tingkat kecerdasan. Jika perempuan memiliki corpus callosum jembatan saraf penghubung belahan otak lebih tebal daripada laki-laki, tidak lantas berarti lebih cerdas daripada laki-laki. Pengetahuan yang dimiliki perawat berperan penting dalam kinerjanya, jika seorang perawat memiliki pengetahuan yang luas ia akan mahir dan mudah dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga apapun yang dikerjakannya akan menghasilkan kinerja yang baik. Robbins, 1998 dalam Isesreni dan Warni 2009.

2. Gambaran Nilai farmakologi dan Nilai IPK dengan pengetahuan

responden Hasil penelitian menunjukkan nilai C pada mata kuliah farmakologi mendapatkan hasil pengetahuan kurang 60.0, dan untuk nilai IPK responden dengan hasil memuaskan 2.00-2.74 mendapatkan hasil pengetahuan kurang 66.7. Jadi nilai farmakologi dan nilai IPK mempengaruhi terhadap pengetahuan, semakin baik nilai farmakologi dan nilai IPK maka pengetahuan juga semakin baik. Hasil penelitian pengetahuan menunjukkan bahwa pengetahuan responden pengetahuan baik 9 orang 26.5, pengetahuan cukup sebanyak 13 orang 38.2 dan pengetahuan kurang sebanyak 12 orang 35.3. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Sari 2009 tentang Gambaran pengetahuan perawat tentang prinsip 10 benar dalam 74 pemberian obat, tingkat pengetahuan perawat 56 responden tingkat pengetahuan cukup baik dan 44 tingkat pengetahuan rendah. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Kusmarjathi 2009 hasil penelitian mengetahui pengetahuan tentang prinsip pemberian obat yaitu sebanyak 62.5 pengetahuan baik, pengetahuan sedang 27.5 pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang sebanyak 5. King 2004 menyatakan setelah melewati tiga 3 tahun belajar ilmu farmakologi, mahasiswa perawat kurang percaya diri dalam memberikan informasi mengenai obat terhadap pasien. Pernyataan ini juga sesuai dengan Honey dan Lim 2007 yang menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi mahasiswa profesi keperawatan adalah kurangnya percaya diri dalam melakukan pemberian obat dan kesulitan mahasiswa dalam menggunakan pengetahuan farmakologi. Pengetahuan farmakologi dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan yang aman Jordan et al 1999, pernyataan ini juga sesuai dengan pernyataan Trnobranski 1993, bahwa selain ilmu biologi, ilmu farmakologi juga menjadi kontributor utama dari pengetahuan keperawatan. Demikian juga dengan pernyataan King 2004 bahwa peningkatan pemahaman mengenai farmakologi dapat meningkatkan rasa percaya diri perawat dalam melaksanakan pemberian obat, pendidikan pasien. Selain itu juga menurut Manias dan Bullock 2002 menyatakan bahwa perawat yang memiliki basis pengetahuan yang kuat dalam farmakologi akan lebih siap untuk memenuhi peran perawat dalam pengelolaan terapi obat. 75

3. Gambaran jenis kelamin dengan perilaku responden dalam