46
mewadahi kebutuhan penghuni. 2. Desain rumah, luasan rumah, dan luas persil yang ada, tidak dapat
mendukung aktifitas kehidupan penghuni akibat kebutuhan identitas diri, perubahan gaya hidup, pemakaian teknologi baru, umur bahan bangunan
yang mengharuskan penggantian. 3. Kualitas pelaksanaan pembangunan akibat penerapan peraturan yang tidak
efisien dan tidak efektif serta persyaratan bangunan yang tidak spesifik. Ketiga faktor pendorong ini turut juga memberi kontribusi bagi peningkatan
pembuangan gas CO
2
di udara.
2.6. Model Sistem Interrelasi Pada Perumahan Sederhana Perkotaan
Pelaksanaan pembangunan perumahan sederhana oleh Perum Perumnas dan kemudian dilanjutkan dengan usaha penghuni menyesuaikan rumahnya agar
mampu mengakomodasi kebutuhan aktifitas sehari-hari, keseluruhannya menghasilkan emisi CO
2
ke atmosfir Chendy dan Sudjono, 2007. Para pemangku kepentingan perumahan sederhana perkotaan umumnya mengabaikan
adanya korelasi antara naiknya timbulan emisi CO
2
dengan berbagai proses penyelenggaraan perumahan sederhana Puslitbangkim,2005. Perubahan
peruntukan lahan perkotaan mulai dari proses pra-konstruksi, konstruksi, sampai dengan tahapan penggunaan rumah dan selanjutnya demosili seluruh proses ini
menggunakan energi dalam proses yang ada, dan mengeluarkan emisi CO
2
ke udara seperti tampak pada diagram 2.1.
Universitas Sumatera Utara
47
Pra- Konstruksi
Konstruksi
Penggunaan
Demolisi
Rekontruksi
Energi CO2
Bahan Bangunan
Restorasi, Renovasi,
CO2 CO2
CO2 CO2
Energi Energi
Energi Energi
Diagram 2.1 Sumber emisi dalam penyelenggaraan perumahan
Sumber : Seo dan Hwang 2001
Umumnya beberapa tahun setelah dihuni, penghuni melakukan beberapa
perubahan seperti; perubahan ruang, perubahan fungsi ruang, ataupun perubahan
elemen bangunan misalnya atap, lantai, pintu, dan jendela. Selain itu, ruang terbuka dari persil yang ada sering juga beralih fungsi untuk tujuan perluasan
rumah. Berbagai masalah kompleks muncul terutama berkaitan dengan timbulan emisi CO
2
yang dihasilkan sejalan dengan dinamika penyelenggaraan perumahan sederhana. Permasalahan ini dapat ditinjau sebagai suatu sistem interaksi yang
kompleks dari berbagai komponen yang ada antara lain seperti penghuni rumah, pengelola perumahaan, masyarakat sekitar perumahan, perancangan rumah
sederhana sehat, pendapatan, pendidikan, bahan bangunan, atribut rumah, rencana tapak bangunan, lalu lintas di kawasan perumahan, ruang terbuka hijau, badan air,
energi penunjang aktifitas rumah tangga, transportasi lokal, Dinas Tata Kota dan Bangun-Bangunan, Kebijakan Pengelolaan Perumahan.
Universitas Sumatera Utara
48
Selanjutnya, masing-masing komponen ini berperan dan saling melengkapi menciptakan keseimbangan secara optimal dan berkelanjutan pada perumahan
sederhana. Apabila salah satu komponen berubah, maka secara langsung atau tidak langsung kompenen lain juga berubah. Dengan menggunakan Model Sistem
Interrelasi maka dapat digambarkan bagaimana komponen-komponen desain perumahan membentuk sistem yang dikenali saling mempengaruhi dalam
pengendalian timbulan emisi CO
2
dalam sistem perumahan sederhana. Selanjutnya, melalui model interelasi ini diperoleh suatu pemahaman system wide
focus atau holistic tentang suatu situasi sosial yang kompleks, dan bagaimana
suatu komponen saling berkaitan dengan komponen lain, membentuk hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat atau sebagai suatu pengaruh dan
penyebab dalam suatu sistem yang ada
.
Analisis timbulan emisi CO
2
dilakukan dengan system thinking yaitu suatu teknik berpikir yang dilakukan untuk
menjelaskan bagaimana sesuatu berinteraksi dengan sesuatu yang lainnya. Sistem ini digunakan sebagai dasar dalam pembuatan model system interrelasi SIM.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode analisis dan sintesis, dengan pendekatan system thinking. System thinking adalah metoda
berpikir yang digunakan untuk menggambarkan serta menjelaskan bagaimana berbagai komponen dari sistem penyelenggaraan perumahan sederhana di
Perumahan Griya Martubung I Medan, berinteraksi dan saling tergantung antara satu dengan lainnya dalam menghasilkan emisi CO
2
. Lebih jauh juga dijelaskan bagaimana interaksi tersebut dapat mengurangi penggunaan sumber daya yang
tidak dapat diperbaharui, dan juga mampu memenuhi target-target pertumbuhan ekonomi serta dapat memenuhi kebutuhan sosial dalam ekosistem perumahan
sederhana perkotaan. Hal yang dimaksud dengan ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan
hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup
UU no.32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sedangkan lingkungan adalah keseluruhan aspek eksternal yang bersifat
biologis dan fisika yang secara langsung dapat mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organisme Pringgoseputro dan
Srigandono, 1990. Hussey dan Hussey 1997 merekomendasikan 4 empat tipe penelitian:
eksploratif, deskriptif, analitis, dan prediktif. Tipe penelitian ini adalah deskriptif-
Universitas Sumatera Utara