Kebudayaan Minangkabau TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kebudayaan Minangkabau

Menurut Rapoport 1969 dalam Nuraini 2004 bahwa kebudayaan adalah merupakan suatu kompleks gagasan dan pikiran manusia bersifat tidak teraga. Kebudayaan akan terwujud melalui pandangan hidup, tata nilai, gaya hidup dan aktivitas yang bersifat konkrit. Aktivitas ini secara langsung akan mempengaruhi wadah, yakni lingkungan yang diantaranya adalah ruang-ruang di dalam permukiman. Dengan demikian sebagai wujud fisik, kebudayaan merupakan hasil kompleks gagasan yang tercermin dalam pola aktivitas masyarakatnya. Hal ini seperti apa yang dinyatakan Rapoport 1969 dalam Nuraini 2004 bahwa budaya merupakan faktor utama dalam proses terjadinya bentuk, sedang faktor lain seperti iklim, letak dan kondisi geografis, politik serta ekonomi merupakan faktor kedua. Sementara Koentjaraningrat 1979 dalam Asri 2004 mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan melalui proses belajar. Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor dan sebagainya. Hal ini terjadi karena kebudayaan tersebut 7 diselimuti nilai-nilai moral, dimana sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap manusia. Berdasrkan beberapa pengertian dari kebudayaan yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan dari hakekat kebudayaan tersebut yaitu: 1. Kebudayaan tersebut hanya dimiliki oleh masyarakat manusia. 2. Kebudayaan tidak diturunkan secara biologis, melainkan diperoleh melalui proses belajar. 3. Kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Koentjaraningrat 1979, mencoba mendefinisikan wujud dari kebudayaan, dimana wujud dari kebudayaan dapat dibagi dalam 3 bentuk yaitu: 1. Wujud budaya sebagai hasil kumpulan pendapat, gagasan, nilai-nilai, norma- norma, peraturan, prinsip. 2. Wujud kebudayaan sebagai hasil kumpulan kegiatan dan kelakuan yang berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan hadir dalam berbagai benda hasil karya manusia yang sering disebut dengan kebudayaan materi. Yang kesemuanya itu merupakan wujud dari rasa, kemampuan berpikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan pada manusia serta kehendak untuk hidup sempurna, mulia dan bahagia yang menimbulkan kehidupan beragama dan berkesusilaan. Masing-masing wujud budaya saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Kebudayaaan ideal yang mengatur pola aktivitas manusia akhirnya akan menghasilkan kebudayaan fisik dan demikian juga sebaliknya kebudayaan fisik akan membentuk lingkungan tertentu yang akan mempengaruhi pola aktivitas manusia dan cara berpikirnya Koentjaraningrat, 1990 dalam Nuraini, 2004. Demikian halnya dengan kebudayaan Minangkabau, ianya berkaitan dengan alam pikiran, adat istiadat, perilaku dan kebiasaan masyarakatnya. Demikian juga dengan ciptaan hasil kebudayaan fisiknya. Hasil kebudayaan fisik Minangkabau merupakan perwujudan perilaku, pemikiran masyarakat Minangkabau. Ada beberapa macam wujud budaya Minangkabau antara lain: 1. Adat istiadat masyarakat Minangkabau. 2. Kekeluargaan dan kekerabatan. 3. Kesastraan. 4. Kebiasaan dalam membina rumah serta cara permukiman masyarakat Minangkabau. Wujud budaya berupa sistem kekeluargaan dan kekerabatan, dimana masyarakat Minangkabau menganut sistem kekeluargaan berdasarkan garis keturunan dari ibu matrilineal. Menurut Ali Akbar Navis 1984 dalam Asri 2004, budaya seperti ini akibat kebiasaan yang terjadi apabila lelaki meninggalkan isterinya dan pergi dalam waktu yang lama migrasi. Hal ini menyebabkan kaum perempuan dan garis keturunan garis ibu yang mengatur hidup dan menguasai harta perserikatan mereka. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial salah satu cirinya adalah berinteraksi antar sesama. Masyarakat adalah merupakan salah satu contoh bentuk interaksi yang terjadi dalam kehidupan manusia. Menurut Koentjaraningrat 1971, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi dalam suatu sistem adat istiadat tertentu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Ciri-ciri masyarakat sendiri adalah: 1. Kesatuan antar individu gabungan dari beberapa individu. 2. Menempati suatu wilayah tertentu. 3. Terdapat sistem yang berlaku dan telah disepakati bersama. 4. Terdapat interaksi antar sesama. Masyarakat Minangkabau sangat menonjol dalam hal asas kegotong royongannya. Hampir semua hal dalam kehidupannya selalu di lakukan dengan bergotong royong, baik dalam usaha agraris, karya seni dan kerajinan, membangunan rumah rumah adat dan permukimannya. Hal ini dapat dilihat bagaimana masyarakat Minangkabau yang berada di perantauan, mereka akan menerapkan kebiasaan budaya ”saling mengangkat” dalam arti orang yang telah lama tinggal dan secara ekonomi mulai mapan, mereka bersedia menampung dan membiayai keluarga yang datang merantau untuk mencari kehidupan baru yang lebih baik. Atau mereka akan berusaha mengajak keluarga mereka dari kampung halamannya agar dapat mengikuti jejak mereka dalam berbagai usaha dengan bantuan biaya mereka sampai keluarga yang baru datang tersebut dapat hidup mandiri. Kebiasaan saling mengangkat berakar dalam 2 dua hal yaitu: 1. Persepsi atau pandangan yang dibentuk oleh adat, khususnya menyangkut persepsi tentang keluarga sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah- pisahkan yang para anggotanya mempunyai kewajiban untuk saling membantu, bahkan tidak hanya dalam lingkungan keluarga besar, namun meluas sampai pada ikatan-ikatan sesuku, sekampung halaman, atau sesama orang Minangkabau. 2. Kebiasaan saling mengangkat berakar juga pada sistem matrilineal orang- orang Minangkabau. Pada sistem tersebut saudara laki-laki dari ibu mamak berkewajiban untuk bertanggaung jawab terhadap nasib dan masa depan anak- anak dari saudara perempuannya atau kemenakannya.

2.2 Komunitas