25 10
81 69
3 20
40 60
80 100
Dalam Rumah Halaman
rumah Loronggang
dep an rumah Di lap angan
sekitar rumah Dan lain-lain
kampung yang sama, mereka biasanya dilibatkan bekerja dalam usaha tersebut diatas.
Gambar 5.12: Rumah Berfungsi Sebagai Tempat Home Industri Pembuatan Sepatu Dan Sandal
Sumber: Hasil Penelitian, 2009
5.10 Karakteristik Responden Menurut Lokasi Tempat Bermain Anak
Dari hasil quesioner diperoleh jawaban bahwa tempat lokasi bermain anak banyak memanfaatkan loronggang yang ada didepan rumah 81 , di
dalam rumah 25 , halaman rumah 10 , lapangan sekitar rumah 69 dan lainnya 3 gambar 5.13.
Gambar 5.13: Karakteristik Responden Menurut Tempat Bermain Anak Sumber: Hasil Penelitian, 2009
Dari hasil observasi diperoleh bahwa ruang terbuka yang berfungsi sebagai tempat bermain anak pada lokasi penelitian ini, berupa lapangan yang khusus
tidak ada. Anak-anak hanya memanfaatkan ruang luar berupa jalan atau halaman
100 82
97 29
75 52
20 40
60 80
100
T empat sirkulasi
T empat sosialisasi
T empat bermain anak
T empat olahraga
T empat lokasi
pestahajatan T empat
menjemur
depan yang menyatu dengan jalan atau lahan kosong lapangan yang ada sekitar rumah. Pada gambar dibawah ini, terlihat anak-anak dengan asiknya sedang
bermain bersama rekan-rekanya pada salah satu loronggang yang ada di lingkungan IV gambar 5. 14.
Gambar 5.14: Anak-Anak Sedang Bermain Sumber: Hasil Penelitian, 2009
5.11 Karakteristik Responden Menurut Fungsi Ruang TerbukaLuar
Dari jawaban responden diperoleh bahwa ruang luar yang ada berfungsi sebagai tempat sirkulasi 100 , tempat bermain anak 97 , tempat
bersosialisasi 87 , tempat lokasi pesta perkawinanhajatan, menjemur pakaian 52 , sarana untuk berolah raga 29 , tempat lokasi pestahajatan 75 dan
tempat menjemur pakaian 52 . Gambar 5.15.
Gambar 5.15: Karakteristik Responden Menurut Fungsi Ruang Luar Sumber: Hasil Penelitian, 2009
Di lokasi penelitian inipun dalam kehidupan kesehariannya masyarakat Minangkabau memanfaatkan ruang terbukaluar yang ada seperti halaman yang
menyatu dengan jalan atau jalan gang sendiri, sebagai wadah bersosialisasi. Gambar 5.16
Gambar 5.16: Jalan Gang Sebagai Tempat Bersosialisasi Sumber: Hasil Penelitian, 2009
Selain tempat bersosialisasi ruang luar ini juga difungsikan sebagai tempat bermain anak, bahkan untuk tempat berjualan dan menjemur pakaian. Hal ini
merupakan perwujudan kehidupan mereka sebelumnya sewaktu berada di kampung halamannya, walaupun dengan kondisi yang berbeda karena
terbatasnya ruang luar yang ada. Ruang luar yang ada berupa ruang luar koridor
jalangang dan ruang luar bidang seperti halaman rumah, lahan kosong di depan masjid dan lahan kosong yang belum terbangun.
Kenyataan diatas seperti diutarakan Roger Scruton in Huat 1992 dalam Kartikawening bahwa adapun ruang publik dalam hal ini ruang luar adalah ruang
merupakan rancangan, sekalipun dalam skala yang sangat minim, dapat diakses semua orang dan mempunyai interaksi yang tak direncanakan. Sesuai dengan hasil
quisioner bahwa fungsi ruang adalah selain tempat bersirkulasi juga sebagai tempat interaksi yang tidak direncanakan. Artinya bahwa tidak ada lokasi tertentu
99
21 34
91 3
20 40
60 80
100
Pengajianwirid Arisan
Olahraga Gotong royong
Dan lain-lain
yang dikondisikan sebagai tempat interaksi sosial warga, maka warga memanfaatkan jalangang sebagai tempat berinteraksi.
Karena keterbatasan ruang terbukaluar yang ada, masyarakat juga memanfaatkan ruang luar dalam hal ini jalangang untuk tempat
menyelenggarakan hajatan seperti pesta perkawinan, sunatan dan lainnya.
Gambar 5.17: Pemanfaatan Ruang Luar Koridor Jalan Sebagai Tempat Pesta Perkawinan
Sumber: Hasil Penelitian, 2009
5.12 Karakteristik Responden Menurut Kegiatan Sosial Budaya Dari quesioner yang disebarkan, diperoleh jawaban responden
menyangkut kegiatan sosial yang dilakukan di sekitar lingkungannya meliputi pengajianwirid 99 , gotong royong 91 , arisan 21 , olah raga 34
dan lainnya 3 gambar 5.18.
Gambar 5.18: Karakteristik Responden Menurut Kegiatan Sosial Budaya Sumber: Hasil Penelitian, 2009
Bagi masyarakat Minangkabau yang bermukim di lokasi penelitian ini mereka masih teguh memegang dan menerapkan budaya mereka. Wujud
penerapan budaya dapat disaksikan apabila salah satu warga misalnya melaksanakan suatu hajatan, mereka dengan suka rela bergotong royong turut
membantu dalam hajatan tersebut. Bahkan bantuan bukan hanya sebatas tenaga tetapi, tidak jarang juga dalam bentuk materi.
Gambar 5.19: Persiapan Dalam Pelaksanaan Hajatan Perkawinan
Sumber: Hasil Penelitian, 2009
Demikian juga budaya saling mengangkat dan sistem kekerabatan yakni kesediaan mereka menerima keluarga atau kerabat yang datang dari kampung
untuk tinggal bersama mereka, merupakan wujud penerapan budaya. Bukan hanya sebatas menampung malahan mencarikan pekerjaan untuk mereka yang baru
datang atau mengajak bekerja bersama mereka, bagi yang ada usaha sendiri. Perwujudan budaya yang lain seperti pengajianwirid, penceramah yang
diambil biasanya berasal dari suku yang sama dan sebagai bahasa pengantar juga menggunakan bahasa daerah mereka.
Dalam mewujudkan budaya dalam kehidupan sosial di masyarakat, tentu membutuhkan ruang sebagai wadah untuk penerapannya. Di lokasi penelitian
penerapannya mengalami hambatan disebabkan kondisi lingkungan permukiman
tidak seperti di tempat asal, dimana lahan-lahan yang ada masih relatif renggang, sedangkan permukiman mereka saat ini padat dan minim ruang terbuka. Rapoport
1990 dalam Citrayati 2008 mengemukakan, terbentuknya lingkungan pemukiman dimungkinkan karena adanya proses pembentukan hunian sebagai
wadah fungsional yang dilandasi olah pola aktivitas manusia serta pengaruh setting atau rona lingkungan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik sosial
budaya yang secara langsung mempengaruhi pola kegiatan dan proses pewadahannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya ruang-ruang yang terbentuk adalah merupakan wujud sarana sebagai wadah dalam menerapkan
budaya dalam berkehidupan sosial seperti kenyataan yang ada di lokasi penelitian. Oleh karena itu permukiman ialah merupakan cermin dari pengaruh aspek sosial
budaya masyarakatnya, faktor sejarah kepenghunian, konsep lokasi, etika dan religius pemukimnya Nuryanti dalam Mulyati, 1995
5.13 Karakteristik Responden Menurut Tempat Interaksi Sosial