2.4 Permukiman Etnis Minangkabau di Tempat Asal
Menyangkut rumah sebagai tempat bernaung bagi masyarakat Minangkabau, pengaruh budaya dan adat istiadat sebagai perwujudannya
memberikan kontribusi terhadap pola pembagian dan pembentukan ruang, baik ruang dalam maupun ruang luar. Rumah gadang adalah rumah tradisional yang
merupakan hasil kebudayaan dari suku Minangkabau. Keberadaan rumah adat dalam hal ini rumah gadang adalah perkembangan lebih lanjut dari rumah biasa
menjadi rumah khas seperti rumah raja, rumah ibadat dan sebagainya. Perkembangan langsung itu sebagai akibat dari pada kepandaian keahlian
membuat rumah biasa ke rumah khas Djauhari Suminta,1975 dalam Asri, 2004. Rumah Gadang bukan hanya merupakan suatu bangunan besar, panjang
dan tinggi menjulang, tetapi adalah sebuah bangunan rumah adat yang bagian luar dan dalamnya mengandung arti dan makna tersendiri yang secara keseluruhan
merupakan cerminan dari sistem kekerabatan matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau itu sendiri.
Pada ruang luar rumah gadang dalam hal ini halaman, ada satu elemen pengikat yakni rangkiang dan pandam kuburan. Rangkiang berfungsi sebagai
menyimpan hasil panen padi. Adanya rangkiang ini memberikan identitas bagi pemilik rumah gadang. Ada beraneka ragam bentuk dan ukuran rangkiang.
Masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda, seperti rangkiang untuk menyimpan padi yang dipergunakan sehari-hari, rangkiang guna menyimpan padi
untuk perhelatan dan rangkiang yang berguna menyimpan padi untuk dijual.
Sementara pandam kuburan di ruang luar rumah gadang merupakan pernyataan klaim atas tanah yang mereka miliki.
Selain rangkiang dan pandam kuburan, pada bagian luar rumah gadang ada juga yang disebut ruang komunal yakni ruang yang keberadaannya diantara jarak
rumah yang saling berhadapan atau halaman depan. Dari pengelompokan rumah gadang yang saling berhadapan, jarak antara bangunanlah yang menciptakan
ruang komunal. Bila dilihat dari fungsinya ruang komunal berfungsi sebagai ruang
berinteraksi sosial dari masing-masing penghuni rumah gadang tersebut. Ruang ini juga dimanfaatkan sebagai ruang tempat bermain anak, menjemur padi, bahkan
berjualan makanan kecil. Ruang ini juga menjadi sarana penghubung dari suatu tempat ke tempat lain dan juga menjadi ruang peralihan dari ruang publik yaitu
jalan menjadi ruang semi publik yakni halaman. Disamping itu ruang komunal ini juga menjadi penyerap air hujan karena ditanam beraneka jenis tanaman. Ruang
komunal selalu digunakan sebagai aktivitas secara bersama-sama pada saat-saat tertentu sehingga terciptanya suatu wadah komunikasi antara masyarakat yang ada
disana. Jadi dapat dikatakan ruang komunal merupakan ruang yang bersangkutan dengan wilayah tertentu yang ditandai oleh pemilikan dan pemakaian secara
bersama-sama Mutia, http:www.fab.utm.mydownloadconfrenceseminar ICCI 12006S5PP23.pdf.
Dengan demikian bangunan sebuah rumah tempat tinggal merupakan sebuah fenomena budaya yang bentuk dan organisasi ruangnya sangat dipengaruhi
oleh lingkungan budaya dari etnis tertentu sebagai pemiliknya. Di masyarakat
pola ruang publik adalah ekspresi dari nilai-nilai budaya. Sementara ruang publik memegang peranan penting sebagai bentuk dari sifat-sifat nilai budaya. Dinamika
ruang publik akan menggambarkan perubahan nilai-nilai budaya di masyarakat Rapoport, 1969 dalam Nuraini, 2004
2.5 Tipologi Ruang TerbukaLuar