Misalnya : 1
Malandit dalan dung ro udan. Beta hita borhat, unang sai majongjong. TBBT:21
’Jalan menjadi licin sesudah datang hujan. Mari kita berangkat,jangan terus berdiri’.
singkatan di belakang kalimat merujuk pada sumber data dan angka mengacu nomor halaman
2 Ahu mangarimpu ibana do na manangko hepeng ni donganna i. ‘Aku menduga bahwa dialah yang mencuri uang temannya itu’.
Data tersebut dipilah menjadi 1 a. Malandit dalan dung ro udan. ‘Jalan menjadi licin sesudah datang hujan.’
b. Beta hita borhat, unang sai majongjong. ‘Mari kita berangkat, jangan terus berdiri.’
1.4.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data
Pada tahap pengkajian data digunakan dua metode yaitu metode padan dan metode agih Sudaryanto, 1993:13-16. Pertama, metode padan yang digunakan
itu berdasarkan referen bahasa itu sendiri khususnya dalam hal menentukan klasifikasi verba dalam bahasa Batak Toba. Misalnya, verba tindakan, verba
manampathon ‘melemparkan’, verba proses, verba maropuk ‘hancur’, dan verba keadaan, verba muruk, ‘marah’ diklasifikasikan ke dalam kelas yang berbeda
sebab ekspresi verba tersebut mengacu pada peristiwa yang berbeda. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
3 Manampathon bola si Togar. ‘Melemparkan bola si Togar’
Si Togar melemparkan bola. 4 Marobur artana. TBBT :19
‘Hancur hartanya’ Hartanya hancur.
5 Muruk inongna tu ahu. ‘marah ibunya pada aku’
Ibunya marah padaku..
Contoh 3 di atas dapat kita kelompokkan ke dalam satuan-satuan lingual yaitu, verba manampathon ‘melemparkan’ tergolong verba tindakan yang
sekaligus menduduki fungsi sebagai predikat. Bola menduduki fungsi sebagai objek, sedangkan si Togar menduduki fungsi sebagai subjek. Contoh 4 yaitu,
verba marobur ‘hancur’ tergolong verba proses yang sekaligus menduduki fungsi sebagai predikat, sedangkan verba artana ‘hartanya’ menduduki fungsi sebagai
subjek. Demikian juga contoh 5 yaitu verba muruk ‘marah’ tergolong verba keadaan yang sekaligus menduduki fungsi sebagai predikat, sedangkan kata
inongna ‘ibunya’ menduduki fungsi sebagai subjek. Kedua, metode agih yakni metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mengagihkan atau
mengelompokkan kata ke dalam satuan-satuan lingual. Metode ini menggunakan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung, dan teknik lanjutan berupa teknik
sisip, teknik perluas, teknik ubah wujud, teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik.
Universitas Sumatera Utara
Teknik lesap digunakan untuk melesapkan unsur tertentu agar diketahui kadar keintian unsur yang dilesapkan. Misalnya, marlangan bohina ‘mukanya
pucat’, apabila dilesapkan menjadi marlangan ‘pucat’, maka bentuknya menjadi tidak gramatikal.
Teknik perluas dilaksanakan dengan memperluas satuan lingual yang bersangkutan dengan menggunakan unsur tertentu. Misalnya, manampathon bola
si Togar ‘melemparkan bola si Togar’, dapat diperluas dengan kata sangajo ‘dengan sengaja’ menjadi sangajo manampathon bola si Togar ‘dengan sengaja si
Togar melemparkan bola. Struktur seperti ini dapat berterima secara sintaksis dan semantik dalam bahasa Batak Toba. Akan tetapi penggunaan kata sangajo
‘sengaja’ pada kalimat di bawah ini tidak berterima secara semantis karena adanya verba mangintip ‘mengintip’, sebab verba mangintip ‘mengintip’ sudah
menyatakan tindakan yang dilakukan secara sengaja. Sehingga tidak perlu lagi diperluas dengan kata sangajo ‘sengaja’. Misalnya, Sangajo do ibana mangintip
na maridi i ‘sengaja dia mengintip orang yang mandi itu’. Teknik ubah wujud yaitu berubahnya wujud salah satu atau beberapa
unsur satuan lingual yang bersangkutan. Misalnya, manaba hau ibana i pollak ‘menebang kayu dia di kebun’, dapat diubah wujudnya menjadi hau i taba ibana i
pollak ‘kayu ditebang dia di kebun’. Teknik balik dilakukan dengan membalik unsur satuan lingual data. Jika
penggunaannya berupa tuturan gramatikal maka informasi yang disampaikan pun tidak akan berubah. Misalnya, manaba hau ibana i pollak ‘menebang kayu dia di
kebun’, dapat dibalik menjadi i pollak ibana manaba hau ‘di kebun dia menebang kayu’.
Universitas Sumatera Utara
Teknik ganti dilakukan dengan mengganti satuan lingual yang menjadi pokok perhatian dengan satuan lingual pengganti. Misalnya, Johan marnida na
masa i ’Johan melihat kejadian itu’. Kata marnida’melihat’ dapat diganti menjadi mamereng ‘melihat’ yaitu Johan mamereng na masa i.
Teknik sisip adalah teknik yang digunakan dengan cara menyisipkan satuan lingual ke dalam kalimat. Misalnya, Amanta i mandampol pat ni si Tagor
‘Bapak itu mengkusut kaki si Tagor’, dapat disisipkan dengan kata dope ‘masih’ yang menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan sedang berlangsung, menjadi
Amanta i mandampol pat ni si Tagor dope ‘Bapak itu sedang mengkusut kaki si Tagor’.
1.5 Landasan Teori