Latar Belakang Latar Belakang dan Masalah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang ditetapkan oleh pemerintah di negara kita sebagai alat komunikasi resmi. Selain bahasa Indonesia masyarakat juga masih menggunakan bahasa daerah, misalnya, bahasa Batak Toba. Bahasa Batak Toba sebagai bahasa ibu sekaligus bahasa sehari-hari sering dipakai dalam hubungan formal maupun tidak formal. Namun, sering juga bahasa Batak Toba digunakan dalam situasi resmi atau dinas, seperti di kantor-kantor pemerintahan dan di sekolah-sekolah. Sebagai bukti, dalam dunia pendidikan formal di Sekolah Dasar mulai dari kelas satu sampai kelas tiga dibimbing dengan menggunakan bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan salah satu puncak kebudayaan daerah yang harus dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia. Bahasa Batak Toba termasuk aset kekayaan linguistik kebudayaan Indonesia. Bahasa ini mempunyai peranan dan tugas yang sama dengan bahasa daerah lain terhadap perkembangan bahasa Indonesia, baik sebagai faktor penunjang maupun sebagai sumber bahan khususnya untuk menambah kosakata bahasa Indonesia. Perkembangan bahasa Batak Toba juga dipengaruhi besarnya jumlah penutur bahasa Batak Toba. Penutur bahasa ini diperkirakan sekitar lima juta orang Biro Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir, 2006. Namun, perlu dipertegas bahwa penutur bahasa Batak Toba adalah semua masyarakat suku Universitas Sumatera Utara Batak Toba dan masyarakat suku lain yang tinggal di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Samosir. Secara geografis masyarakat penutur bahasa Batak Toba terletak pada Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara, Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir, Kabupaten Daerah Tingkat II Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Daerah Tingkat II Samosir yang berada di bagian tengah wilayah Provinsi Sumatera Utara, yakni di punggung Bukit Barisan yang terletak antara 1 20’ – 2 4’ Lintang Utara dan 98 10’ – 90 35’ Bujur Timur Biro Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir, 2006. Keempat kabupaten yang didiami oleh masyarakat Batak Toba ini berbatasan dengan tujuh Kabupaten Daerah Tingkat II di Provinsi Sumatera Utara dan satu Kabupaten Daerah Tingkat II di Provinsi D I Aceh. Di sebelah Utara, Kabupaten Daerah Tingkat II berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi, Kabupaten Daerah Tingkat II Karo, Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun; di sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Asahan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhan Batu; di sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan; dan di sebelah barat, berbatasan dangan Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Selatan Biro Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir, 2006. Berdasarkan keempat Kabupaten tersebut, lokasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berada di Daerah Tampubolon, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. Peran semantis merupakan peran yang terdapat pada argumen predikat, yang menawarkan pelaku dan penderita untuk menerangkan relasi semantis diantara predikat dan argumennya. Pelaku adalah argumen yang mengekspresikan Universitas Sumatera Utara partisipan yang membentuk, mempengaruhi, atau mengendalikan situasi yang dinyatakan predikat, sedangkan penderita adalah argumen yang mengekspresikan partisipan yang tidak membentuk, tidak mengawali, tidak mengendalikan situasi, tetapi dipengaruhi oleh tindakan verbanya. Pelaku dan penderita merupakan peran umum yang di dalamnya terlibat peran-peran khusus seperti agen, pasien, pemengaruh, lokatif, dan tema. Kedua peran ini tidak akan berubah meskipun manifestasi sintaksisnya berbeda Foley dan Van Valin, dalam Mulyadi, 1998. Agen merupakan pelaku dan pelaksana dari sebuah tindakan, ada unsur kendali atau kesengajaan. Tema merupakan entitas yang tidak dikenai pekerjaan, yang dapat ditempatkan dan mengalami perubahan lokasi. Perubahan yang terjadi pada tema bukan atas kehendak dari entitas itu sendiri. Pemengaruh merupakan entitas yang mempunyai karakteristik yang sama dengan agen, bedanya adalah agen bertindak secara langsung mengenai penderita, sedangkan pemengaruh tidak. Lokatif merupakan entitas yang menerangkan tempat atau lokasi di mana sebuah peristiwa tejadi. Pasien merupakan sasaran yang dikenai oleh agen sebagai pelaku Foley dan Van Valin, dalam Defri Yenni,1999:31-34. Penelitian terhadap bahasa Batak Toba telah banyak dilakukan oleh para ahli bahasa. Beberapa diantaranya yaitu Marlinang Sibuea 1979 Morfologi Bahasa Batak Toba Dialek Uluan yang memberikan gambaran tentang morfem, reduplikasi, dan persenyawaan bahasa Batak Toba. Sibarani 1997 dalam bukunya Sintaksis Bahasa Batak Toba yang membahas tentang frase, klausa, dan kalimat bahasa Batak Toba. Sinaga 2002 dalam bukunya Tata Bahasa Batak Toba membahas kata kerja bahasa Batak Toba serta pembentukan kata kerja di dalam bahasa Batak Toba. Universitas Sumatera Utara Dendy Sugono 1994 dalam bukunya Verba dan Komplementasinya mendefenisikan verba dari segi maknanya, yaitu kata yang menyatakan suatu perbuatan tindakan atau gerak, proses, dan keadaan. Misalnya, verba ‘melempa-, rkan’ mengandung pengertian gerakan yang ditimbulkan oleh tindakan seseorang yang ditujukan kepada orang atau sesuatu yang lain, dan sifatnya aktif, sedangkan verba ‘layu’, mengandung pengertian tidak segar lagi dan pucat yang merupakan suatu proses yang memberikan perubahan dari satu keadaan menjadi keadaan yang lain. Berbeda dengan verba ‘sakit’ yang mengandung pengertian penderitaan atau menderita sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak nyaman pada tubuh atau bagian tubuh hingga tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002. Peran semantis verba sudah banyak diteliti oleh para ahli bahasa. Misalnya, penelitian yang pernah dilakukan oleh Mulyadi 1997 yang berjudul Struktur Semantis Verba Tindakan Bahasa Indonesia menyatakan bahwa setiap bahasa memiliki ribuan kosakata yang dapat diklasifikasikan ke dalam sejumlah kategori atau kelas gramatikal. Anggota dari setiap kategori biasanya diberi nama yang sama karena adanya persamaan perilaku semantis yang merefleksikan makna secara umum. Dalam arti bahwa bahasa itu memiliki banyak kosakata yang dapat digolongkan ke dalam kelas kata yang berbeda, misalnya, kelas kata verba, kelas kata benda, kelas kata sifat. Salah satunya dapat dilihat pada kategori verba. Dalam kategorisasi itu verba bahasa Indonesia digolongkan menjadi tiga kelas yaitu tindakan, proses dan keadaaan. Verba tindakan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan. Verba proses menyatakan adanya suatu perubahan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Verba keadaan merupakan verba yang paling dasar Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan verba proses dan verba tindakan yang menyatakan sifat atau perihal yang dirasakan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, kategori verba dimanifestasikan pada verba tindakan, misalnya, berenang dan berjalan, verba proses, misalnya, tenggelam dan patah dan verba keadaan, misalnya, marah dan percaya Tampubolon dalam Mulyadi,1998. Mulyadi 1998 yang berjudul Struktur Semantis Verba Bahasa Indonesia yang mengkaji verba bahasa Indonesia. Dia menggolongkan verba bahasa Indonesia atas keadaan, proses, dan tindakan. Ketiganya mempunyai kelas bawahan tersendiri. Relasi semantis verba keadaan ialah lokatif – tema, kecuali verba persepsi yang sengaja, yang memiliki relasi agen – tema. Partisipan pada verba proses berperan sebagai penderita, dan peran ini diderivasi menjadi pasien dan tema. Pada verba tindakan, pelaku berperan sebagai agen, sementara penderita diderivasi menjadi lokatif, tema dan pasien. Defri Yenni 1999 dalam skripsinya Peran Semantis Verba Bahasa Minangkabau mengatakan bahwa klasifikasi struktur semantisnya verba bahasa Minangkabau dibagi menjadi tiga bagian yaitu verba keadaan, verba proses dan verba tindakan. Dia juga menggambarkan bagaimana relasi semantis verba bahasa Minangkabau. Struktur dan Peran Semantis Verba Ujaran Bahasa Bali oleh Beratha 2000 mengemukakan bahwa teori macro-role digunakan untuk menjelaskan peran umum yang dimiliki oleh argumen-argumen verba, dan peran umum ini dapat memiliki peran-peran khusus. Dia juga mengatakan bahwa Peran Semantis Verba Ujaran Bahasa Bali yang dapat memiliki peran khusus seperti agen, Universitas Sumatera Utara pemengaruh, atau lokatif adalah pelaku, sedangkan yang mempunyai peran khusus sebagai pasien, tema, atau lokatif adalah penderita. Selain itu, terdapat juga peneliti lain seperti Masreng 2002 dengan judul Struktur dan Peran Semantis Verba Duduk dalam Wacana Kebudayaan Kei yang mengemukakan bahwa verba duduk dalam bahasa Kei memiliki peran semantis agen, tema, dan pasien. Dia juga mengatakan bahwa struktur semantis verba duduk dalam bahasa Kei mengalami perubahan makna sesuai dengan konteks wacana kebudayaan dimana verba tersebut digunakan. Verba Bahasa Bali Sebuah Kajian Peran Semantik oleh Sudipa 2005 mengemukakan bahwa di dalam penelitiannya ditemukan adanya peran semantik yang berlapis, terutama pada verba tindakan, tipe melakukan yang berpolisemi dengan perpindahan. Bahasa Indonesia dalam kajian semantiknya menempatkan verba sebagai sesuatu yang bersifat sentral. Dikatakan demikian karena secara semantik verba selalu hadir dalam tuturan berdasarkan fitur semantisnya. Verba dalam bahasa Indonesia menentukan kehadiran argumen dan memiliki kewenangan menentukan peran-peran semantis yang ada pada setiap argumen yang menyertainya Sudipa, 2005. Maksudnya ketika kita mengetahui jenis verba yang ada, maka kita langsung dapat menentukan bentuk peran semantisnya. Jelaslah sebuah verba berperan sentral dalam kalimat dan tipe verbanya menentukan peran semantis partisipan yang mendampinginya. Berdasarkan uraian di atas, sejauh pengamatan peneliti sampai saat ini belum ada ahli bahasa yang membahas peran semantis verba dalam bahasa Batak Toba. Hal yang menarik bagi peneliti sendiri, dalam bahasa Batak Toba terdapat Universitas Sumatera Utara kata yang memiliki makna yang sama, namun penggunaannya berbeda, khususnya pada bunyi a dan bunyi i, yang terdapat pada kata ‘manaba’ dan ‘manabi’ dan memiliki makna yang sama yaitu ‘memotong’. Di samping itu, teori ini masih merupakan teori baru dalam pembelajaran linguistik Indonesia. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang peran semantis verba dalam bahasa Batak Toba, sehingga diketahui bagaimana bentuk peran semantis verba yang terdapat pada verba tindakan, verba proses, dan verba keadaan dalam kajian bahasa Batak Toba. Adapun penelitian ini berjudul Peran Semantis Verba Bahasa Batak Toba.

1.1.2 Masalah