Konsep Verba Sebagai Peristiwa

BAB II PERAN SEMANTIS VERBA BAHASA BATAK TOBA

2.1 Klasifikasi Verba dalam Bahasa Batak Toba

Dilihat dari segi maknanya ada tiga kelas utama verba dalam Bahasa Batak Toba, yaitu verba keadaan, verba proses, dan verba tindakan. Ketiga kelas verba ini masing-masing memiliki kelas tersendiri. Chafe 1970:95-104 dalam Chaer 1995:22 mengklasifikasikan verba menjadi lima tipe utama dan empat tipe lainnya sebagai tambahan, yaitu a verba keadaan, b verba proses, c verba aksi, d verba aksi proses, e verba ambien, f verba pengalaman, g benefaktif, h verba pelengkap, i verba lokatif, sedangkan Givon 1981:87 dalam Wedhawati 1990:10 mengklasifikasikan verba menjadi tiga wilayah makna pada tataran tertinggi, yaitu a verba keadaan, b verba peristiwa proses, c verba perbuatan. Berdasarkan klasifikasi verba di atas, klasifikasi yang dikemukakan oleh Givon lebih sesuai dalam bahasa Batak Toba karena ketiga klasifikasi tersebut sudah mewakili dari sembilan verba di atas.

2.1.1 Konsep Verba Sebagai Peristiwa

Menurut Frawley 1992:143-145 dalam Mulyadi 1998:44 secara umum peristiwa dimaksudkan untuk membedakan verba dengan adjektiva, secara khusus peristiwa dimaksudkan untuk menentukan keanggotaan kelas verba sesuai dengan jenis ekspresi peristiwanya. Dia juga mengatakan bahwa perubahan mengacu pada relasi suatu peristiwa dengan tingkat kepekaan temporal yang berbeda-beda. Universitas Sumatera Utara Peristiwa memiliki dua ekspresi dasar yaitu ekspresi aktif dan ekspresi statif. Peristiwa aktif gambaran dari tindakan, sedangkan peristiwa statif gambaran dari keadaan. Dalam bahasa Batak Toba peristiwa aktif dan statif dibedakan dengan pemarkah afiks. Peristiwa aktif dimarkahi dengan pemarkah ma dan mar, sedangkan peristiwa statif dimarkahi dengan pemarkah tar seperti yang terdapat dalam contoh berikut ini. 14 a. manipak ‘menendang bola si tigor’. bola si tigor. Si Tigor menendang bola. b. nunga marobur ‘Sudah hancur hartanya’. artana. TBBT:19 Hartanya sudah hancur. c. Tarsonggot ‘Terkejut dia’ ibana. TBBT:47 Dia terkejut. Verba tarsonggot ‘terkejut’ pada kalimat di atas tergolong peristiwa statif karena mengekspresikan keadaan mental, sedangkan verba manipak ‘menendang’ termasuk peristiwa aktif sebab menyatakan tindakan yang dilakukan, akan tetapi verba marobur ‘hancur’ pada kalimat di atas tidak bisa ditempatkan di bawah label statif dan aktif disebabkan verba marobur ‘hancur’ memiliki makna yang menyatakan adanya perubahan keadaan dari entitasnya yang semula, sehingga verba marobur ‘hancur’ lebih tepat di golongkan sebagai verba proses. Universitas Sumatera Utara Perbedaan ekspresi peristiwa dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini. Peristiwa Statif aktif Keadaan proses tindakan Sumber: Frawley 1992:156 dalam 1998:46 Peristiwa ini dapat diidentifikasi dengan mengungkapkan properti temporalnya. Peristiwa aktif bertalian dengan perubahan waktu dan lebih dinamis sementara peristiwa statif bersifat tetap tidak berkembang waktunya. Berdasarkan ketiga contoh di atas maka verba tarsonggot ‘terkejut’ dianggap lebih stabil waktunya daripada verba marobur ‘hancur’, akan tetapi verba marobur ‘hancur’ lebih stabil dari pada verba manipak ‘menendang’. Ketiga verba itu menunjukkan, ciri temporal yang berbeda-beda sehingga ditempatkan dalam skala kestabilan waktu. Salah satu kategori gramatikal yang bertalian dengan properti temporal verba ialah aspek. Aspek adalah cara memandang struktur temporal internal suatu situasi Djajasudarma 1935:61-62. Cara pandang ini menghasilkan tafsiran terhadap suatu situasi atau peristiwa apakah bersifat statis atau dinamis, misalnya Ibana nunga lao ‘Dia sudah pergi’, Ibana lao dope ‘Dia lagi pergi’. Kedua contoh tersebut menyangkut perbedaan aspektual, yang pertama memandang situasinya secara keseluruhan perfektif, yang terakhir memandang situasinya sedang berlangsung imperfektif. Peristiwa itu terjadi dalam suatu rentang waktu atau periode waktu, hanya saja tiap peristiwa memiliki durasi yang berbeda-beda. Ada Universitas Sumatera Utara peristiwa yang berdurasi singkat atau pungtual, tetapi ada pula yang berdurasi lebih lama. Konsep perfektif dan imperfektif sering dimaknai secara berbeda. Perfektif merepresentasikan tindakan yang sudah selesai, sedangkan imperfektif belum selesai Comrie, 1976 dalam Mulyadi 1998:50. Perfektif mengimplikasikan batas akhir, sedangkan imperfektif tidak memiliki ciri ini. Pada perfektif, gagasan ini mengimplikasikan dua hal : Pertama, penderita dipengaruhi sepenuhnya oleh tindakan pelaku dan kedua pelaku adalah penyebab yang sengaja, langsung dan efektif. Properti temporal verba bahasa Batak Toba diuji dengan ciri dinamis, perfektif, dan pungtual. Ciri dinamis ini berhubungan dengan perkembangan temporal sebuah verba misalnya nunga binsar mataniari ‘Matahari sudah terbit’ menyatakan adanya suatu perubahan dari keadaan menjadi keadaan yang lain. Perubahan ini menunjukkan adanya kedinamisan verba proses. Perfektif menyatakan bahwa tindakan sudah selesai dan mempengaruhi penderita, misalnya Bapak mamuruki adek ‘Bapak memarahi adik’. Pungtual bermakna bahwa suatu tindakan terjadi dalam durasi yang singkat dan mempengaruhi penderita, misalnya Ahu manggora oma ‘Aku memanggil ibu’. Ciri temporal pada ketiga klasifikasi verba bahasa Batak Toba, yakni verba keadaan, verba proses dan verba tindakan. Verba keadaan dan verba proses tergolong imperfektif dan tak pungtual, tetapi verba proses bersifat dinamis, sedangkan verba tindakan memenuhi semua properti semantis tersebut.

2.1.2 Verba Keadaan