Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah

menyoroti masalah yang telah dipilih Nawawi, 1991:40. Dari perspektif ini nantinya penulis akan menggeneralisasikan data-data yang diperlukan, menyusunnya, dan menganalisisnya berdasarkan metode penelitian yang dipilih. Adapun landasan konseptual yang dibentuk dalam penelitian ini adalah:

1.5.1 Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah

Dalam konteks pemerintahan daerah, di era otonomi luas dituntut adanya keterbukaan, akuntabilitas, ketanggapan, dan kreativitas dari segenap jajaran aparatur Pemerintah Daerah. Dalam dunia yang penuh kompetitif, sangat diperlukan kemampuan birokrasi dan sumber daya aparatur untuk memberikan tanggapan atau responsif terhadap berbagai tantangan secara akurat, bijaksana, adil dan efektif. Dengan demikian aparatur merupakan faktor yang dominan bagi berhasilnya penyelenggaraan Pemerintahan di daerah. Sehubungan dengan aparatur Pemerintah Daerah, Kaho menyatakan: “Salah satu atribut penting yang memadai suatu Daerah Otonom adalah memiliki aparatur tersendiri yang terpisah dari aparatur Pemerintah Pusat yang mampu untuk menyelenggarakan urusan-urusan rumah tangganya. Sebagai unsur pelaksana, aparatur pemerintah daerah menduduki posisi vital dalam keseluruhan proses penyelenggaraan Otonomi Daerah. Oleh karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bahwa keberhasilan penyelenggaran Otonomi Daerah sangat tergantung pada kemampuan aparatnya” Joseph Riwu Kaho, 1990:249. Kata “kemampuan” menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti kesanggupan, kecakapan, kekayaan, Poerwadarminta, 1961: 569. Selanjutnya Gibson menyatakan bahwa “Kemampuan merupakan sifat yang dibawa sejak lahir atau yang dipelajari, yang memungkinkan seseorang menyelesaikan pekerjaannya Gibson, 1994: 54. Universitas Sumatera Utara Dalam kaitannya dengan kemampuan, Moenir menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan pegawai dalam hubungannya dengan pekerjaan ialah suatu keadaan pada diri seseorang yang secara penuh kesanggupan, berdaya guna, berhasil guna melaksanakan pekerjaannya sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal A.S. Moenir, 1983: 76. Sedangkan aparatur secara etimologis istilah aparatur berasal dari kata aparat, yakni alat, badan, instansi, pegawai negeri. Sedangkan aparatur disamakan artinya dengan aparat tersebut diatas, yakni dapat diartikan sebagai alat negara, aparat pemerintah. Jadi aparatur negara adalah alat kelengkapan negara yang bertanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari Victor M. Situmorang; Cormentyana Sitanggang, 1994:113-114. Selanjutnya Miftah Thoha berpendapat bahwa “kemampuan merupakan salah satu unsur yang berkaitan dengan pengetahuan atau ketrampilan yang dapat diperoleh pegawai melalui pendidikan dan latihan atau pengalaman kerja”. Dalam hal ini kemampuan aparatur sangat tergantung pada pengetahuan, ketrampilan atau kecakapan. Adapun tingkat pengetahuan ini bisa dilihat melalui: a. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh. b. Pendidikan non formal seperti kursus, pelatihan, dan penataran. c. Pengalaman kerja. Sedangkan pada tingkat ketrampilan atau kecakapan bisa dilihat melalui: a. Cara pelaksanaan kerja. b. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan kerja. c. Hasil yang dicapai. Miftah Thoha, 1993: 34 Berangkat dari pengertian di atas, maka secara keseluruhan pengertian dari kemampuan aparatur adalah menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh pegawai negeri sipil dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Ini mengarah pada suatu konsepsi bahwa kemampuan yang dipunyai seorang aparat ditunjukkan dengan kesanggupannya sesuai dengan tingkat Universitas Sumatera Utara pengetahuannya dan ketrampilan yang diperolehnya melalui pendidikan dan pengalamannya. Tersedianya modal pengetahuan dan ketrampilan inilah yang merupakan salah satu faktor untuk mempertimbangkan penempatan seorang calon pegawai. Modal ini biasanya dimiliki oleh mereka yang berpendidikan. Ketrampilan dan pengetahuan ini sebagai pertanda adanya kemampuan sebagaimana pendapat diatas, ternyata dapat dialihkan dari orang yang satu kepada orang lain. Tidak lain medianya adalah melalui pendidikan Pendidikan adalah:“Usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain.Dengan pengertian di atas jelas tampak bahwa pendidikan dapat bersifat formal akan tetapi dapat pula bersifat non formal. Pendidikan yang bersifat formal ditempuh melalui tingkat-tingkat pendidikan, mulai dari sekolah Taman Kanak- kanak, hingga bagi sebagian orang, pendidikan tinggi, terjadi di ruang kelas dengan program pada umumnya bersifat structured. Di pihak lain pendidikan yang sifatnya unstructured. Dalam kedua sistem pendidikan itu, pengalihan pengetahuan dan ketrampilan tetap terjadi”. Dan membedakan pendidikan dalam 2 kategori, yaitu: a. Pendidikan formal, seperti TK, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. b. Pendidikan non formal, seperti kursus, latihan, dan sebagainya Sondang P. Siagian, 1982:57. Berkaitan dengan masalah pendidikan, aparat di lingkungan Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, diatur pula dengan peraturan kepegawaian yang mana pada Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 1980, diatur tentang pengangkatan pertama dalam pangkat Pegawai Negeri Sipil PNS berdasarkan pendidikan formal yang pernah ditempuh. Sedangkan dalam Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan pengembangan karir Pegawai Negeri Sipil Daerah mempertimbangkan integritas, moralitas, pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian nampak sekali bahwa terdapat adanya pengakuan atas tingkat pendidikan formal yang dipunyai seseorang untuk Universitas Sumatera Utara menyesuaikan kemampuannya dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang diserahkan kepada seorang aparatur yang dijabarkan dalam pangkat pertama mereka. Kemudian dalam perjalanan kariernya, untuk mendapatkan kenaikan pangkat, suatu jabatan atau kedudukan dalam birokrasi maka peran pendidikan non formal seperti pelatihan, sangat menentukan karena dengan pelatihan akan menambah tingkat pengetahuan seseorang dalam pelaksanaan tugas. “Ketrampilan merupakan kemampuan teknis untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Artinya usaha pengembangan ketrampilan merupakan bagian dari kegiatan pendidikan, yang berarti dilakukan secara sadar, programatis, dan sistematis, khususnya dalam berbagai bidang yang sifatnya teknis dan dalam penerapannya lebih ditunjukkan kepada kegiatan-kegiatan operasional” Sondang P.Siagian, 1982:59. Sondang P. Siagian memandang ketrampilan sebagai kemampuan dalam batas-batas operasional saja. Lepas dari kemampuan yang bagaimana, yang jelas ia melihat kemampuan ini dapat dipelajari dan dikembangkan melalui pendidikan. Selanjutnya kemampuan ini dapat diberikan dan dikembangkan melalui tiga jalur utama, yaitu pendidikan, latihan, dan pengalaman Soeroto, 1983:106 Dimana pendidikan merupakan program yang disediakan sebagai persiapan sebelum seseorang memasuki pekerjaan. Sekalipun demikian banyak orang dengan usaha sendiri maupun dengan bantuan instansi, mengikuti pendidikan lanjutan yang sesuai dengan bidangnya ataupun bidang yang lain, untuk meningkatkan pengetahuan atau untuk membentuk dan menanamkan ketrampilan kerja dalam bidangnya. Sedangkan latihan lebih diarahkan pada ketrampilan yang sesuai dengan tugas pekerjaan seseorangaparat dalam organisasi. Dan pengalaman merupakan keseluruhan pelajaran yang dapat dipetik oleh seseorangaparat dari segenap peristiwa atau apa saja yang dilaluinya dalam Universitas Sumatera Utara perjalanan hidupnya khususnya dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan baik sebagai aparatur maupun sebagai warga masyarakat. Kemudian dikataka pula oleh Moenir, bahwa dalam kemampuan ini tedapat tiga unsur, yaitu unsur kecakapan, unsur fisik, dan unsur mental. Ketiga unsur ini saling menunjang, dan gabungan yang serasi antara ketiganya menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan persyaratan A. S. Moenir, 1983: 76. Betapa pun berkaitannya ketiga unsur tersebut dalam melaksanakan suatu pekerjaan, apabila kekurangan salah satu dari ketiga unsur tersebut, maka pastilah hasil yang dicapai tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya, dalam pelaksanaan otonomi daerah dibutuhkan aparat yang memiliki unsur kecakapan, unsur fisik, dan unsur mental. Akan tetapi, apabila salah satu dari unsur tersebut tidak ada, misalnya tidak memiliki unsur kecakapan maka pelaksanaan otonomi daerah berjalan tapi kurang efektif dan tidak optimal. Demikian juga apabila seorang aparat hanya hanya memiliki kecakapan dan fisik yang mendukung tetapi tidak diikuti dengan mental yang baik, maka penyelewengan kekuasaan dapat terjadi, sehingga tujuan otonomi daerah tidak tercapai. Begitu juga apabila seorang aparat tidak memiliki kemampuan fisik, walaupun mempunyai kecakapan dan mental yang baik tapi karena fisiknya kurang mendukung maka aparat tidak dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi jelas bahwa apabila salah satu unsur tidak ada atau tidak dimiliki oleh seorang aparat secara baik, maka seorang aparat itu adalah tidak mampu. Sebab kecakapan merupakan modal aparat dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan efektif dan efisien, sedangkan modal fisik merupakan kekuatan atau kondisi fisik Universitas Sumatera Utara aparat untuk bertindak sehubungan dengan tantangan yang ditemui dalam pekerjaan, yang membutuhkan tenaga atau kondisi fisik yang baik. Dalam penerapannya lebih ditujukan kepada kegiatan-kegiatan operasional di lapangan. Dan modal mental merupakan sikap atau perilaku aparat, yang erat hubungannya dengan kejiwaan, yang dalam pelaksanaannya lebih ditujukan kepada kepatuhan atau kesungguhannya dalam mentaati peraturan dan ketentuan serta tanggung jawab terhadap tugas tersebut. Mengenai pendidikan dan pelatihan ini, Richard M. Steers mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan dapat mengembangkan kemampuan pekerja bukan saja untuk menangani pekerjaan mereka pada saat ini, tetapi juga untuk pekerjaan yang memerlukan tenaga mereka dimasa yang akan datang. Artinya pendidikan merupakan investasi dalam diri pekerja bank bakat yang dapat ditimba bila diperlukan Richard M. Steers, 1985:169. Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan seorang aparat, baik kemampuan yang dapat digunakan untuk menangani pekerjaan yang ada pada saat ini, maupun untuk pekerjaan yang akan datang. Disamping itu harus dibekali dengan pengalaman, sebab pengalaman seseorangaparat yang mempunyai masa kerja lebih lama dalam suatu pekerjaan, akan memberikan kelebihan untuk dapat melaksanakan pekerjaan itu dengan baik, dibanding dengan orang yang masih sedikit masa kerjanya. Demikian halnya dalam meningkatkan kemampuan aparat di lingkungan Kantor Sekretariat Daerah, Kabupaten Nias. Dimana aparatur kantor merupakan aparatur penyelenggara Pemerintah Daerah Otonom sebagaimana diamanatkan Universitas Sumatera Utara oleh Undang-Undang No.32.Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Maka untuk mewujudkan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab, menurut T.B.Silalahi sosok sumber daya aparatur Negara, khususnya aparatur Pemerintah daerah yang dibutuhkan antara lain adalah: a. Mempunyai wadah, perilaku, kualitas, tujuan, dan kegiatan yang dilandasi dengan keahlian dan ketrampilan tertentu. b. Kreatif dalam arti mempunyai jiwa inovatif, serta mampu mengantisipasi tantangan maupun perkembangan termasuk di dalamnya etos kerja yang tinggi. c. Mampu sebagai penggerak swadaya masyarakat yang mempunyai rasa solidaritas sosial tinggi , peka terhadap dinamika masyarakat, mampu bekerjasama, dan mempunyai orientasi berpikir people centered orientation. d. Mempunyai displin yang tinggi dalam arti berpikir konsisten terhadap program, sehingga mampu menjabarkan kebijaksanaan nasional menjadi program operasional Pemerintah Daerah sesuai dengan rambu-rambu pengertian program urusan yang ditetapkan T.B.Silalahi. Dari uraian dan berbagai pendapat di atas, jelaslah bahwa melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman, sesorangaparat dapat membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan yang menjadikan cakap dan trampil didalam melaksanakan segala tugas dan tanggung jawab demi tercapainya tujuan organisasi dan pelaksanaan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Dengan kata lain kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan tergambar dari penguasaan berbagai pengetahuan dan ketrampilan yang secara keseluruhan akan membantu tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena dengan kemampuan yang tinggi, seseorangaparat dapat berbuat banyak terutama tugas-tugas pekerjaan dalam organisasi. Artinya, kemampuan itu sendiri merupakan kecakapan untuk mengantisipasikan dan mempengaruhi perubahan serta mengolah sumber-sumber untuk mencapai tujuan. Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah