dilakukan pada empat orang subjek penelitian, yaitu ustad, pemuka adat, masyarakat laki-laki dan perempuan.
1. Hasil Analisa Data Wawancara Personal
a. Analisa Data Subjek 1
Tabel 10 . Gambaran Umum Subjek 1
Keterangan Subjek 1
Nama ND
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 63 tahun
Suku Aceh
Pendidikan Terakhir Sarjana
Pekerjaan Penceramah, Ustad
Kognitif Menurut pemahaman kognitif ND, beliau tidak setuju
terhadap fenomena jinamee tinggi di Aceh. ND menyatakan bahwa jinamee tinggi tidak harus dipenuhi dalam sebuah pernikahan.
Jinamee tinggi dapat menimbulkan dampak negatif seperti terhambatnya pernikahan, memberatkan pihak laki-laki sebagai
syarat pernikahan, sehingga banyak yang memilih berhutang atau kredit. ND juga menyatakan sesuai dengan anjuran agama,
sebaiknya jumlah jinamee tidak memberatkan pihak laki-laki dalam sebuah pernikahan. Menurutnya, apabila jinamee sudah terpenuhi
dalam sebuah pernikahan, maka pernikahan sudah dapat dikatakan sah secara agama. Oleh karena itu, ND memiliki pemahaman yang
negatif terhadap fenomena jinamee tinggi. Beliau juga
menambahkan bahwa jinamee tinggi bukanlah patokan harga diri dari seorang perempuan.
“Jinamee itukan tidak harustinggi, jinamee sedikit juga tidak masalah yang pentingkan itu sah kalau kita nikah. Lagian
jinamee tinggi-tinggi kali juga gak baik yang ada banyak orang nikah utang sana sini dan nikahnya jadi lama. Dan
harga diri perempuan itu juga tidak ada hubungan dengan jinamee tinggi.
” Komunikasi Personal, 10 November 2014
Afektif ND merasa tidak menyukai jinamee tinggi, dan kecewa
terhadap fenomena jinamee tinggi. Menurutnya, sebagai daerah Serambi
Mekkah, seharusnya
masyarakat Aceh
tidak mempermasalahkan jinamee tinggi sebagai syarat dalam sebuah
pernikahan. Pemikirannya tersebut juga sesuai dengan ajaran agama, bahwa sebaik-baiknya perempuan adalah yang maharnya
ringan. ND juga menambahkan, masyarakat Aceh sebagai mayoritas umat muslim hendaknya mengikuti yang dianjurkan oleh
agama. Oleh karena itu, dampak negatif yang ditimbulkan seperti perzinahan, hamil diluar nikah, bertambahnya laki-laki dan
perempuan yang melajang dapat dikurangi. “Sebagai daerah yang terkenal dengan Serambi Mekkah saya
merasa kecewa terhadap fenomena jinamee tinggi itu. ”
Komunikasi Personal, 10 November 2014 “Tidak sukalah dengan jinamee tinggi itu.”
Komunikasi Personal, 10 November 2014
Konatif ND tidak melarang pemberian jinamee tinggi pada
masyarakat Aceh. Namun, beliau menghimbau dan menyarankan kepada masyarakat Aceh agar menghindari penerapanjinamee yang
terlalu tinggi sebagai syarat dalam sebuah pernikahan. ND juga menambahkan, bahwa dengan menghindari pemberian jinamee
tinggi akan meringankan syarat sebuah pernikahan. “Tidak usah diikuti saja. Yang penting ada mahar sedikit aja
pernikahan sudah sah. ”
Komunikasi Personal, 10 November 2014
b. Analisa Data Subjek 2