SIKAP TERHADAP JINAMEE TINGGI PADA MASYARAKAT

c. Status sosial, seorang wanita suku Aceh yang memiliki status sosial yang baik di masyarakat maka jinamee yang akan didapatkannya juga tinggi. Ismail dan Daud 2012 budayawan Aceh juga menyebutkan bahwa status sosial seseorang dalam mencari jodoh juga menjadi pertimbangan penting untuk melamar seorang gadis. Orangtua dari pihak laki-laki akan memilih calon menantu yang didasarkan pada garis keturunan si wanita dan status sosialnya dalam masyarakat yang bertujuan untuk mendapatkan menantu dari keturunan yang baik. Biasanya wanita yang berasal dari keluarga baik didasarkan pada keluarga yang taat beribadah. d. Faktor pendidikan, ketika wanita tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang bagus maka nilai jinamee yang akan diperolehnya juga semakin tinggi. Faktor-faktor diatas hanya difokuskan kepada perempuan. Semakin tinggi faktor yang disebutkan diatas, maka jumlah jinamee yang akan diperoleh seorang wanita suku Aceh juga akan semakin tinggi. Biasanya jumlah jinamee ditetapkan kira-kira 50 gram sampai 100 gram emas lebih Syamsuddin, 2004.

C. SIKAP TERHADAP JINAMEE TINGGI PADA MASYARAKAT

ACEH Di Aceh mahar untuk pernikahan dikenal dengan sebutan jinamee. Sama dengan mahar, jinamee ini juga diperuntukan untuk wanita dan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi bagi pihak laki-laki. Jinameeyang merupakan adat Aceh ini disimbolkan dalam bentuk emas. Hal ini dikarenakan bagi masyarakat Aceh emas merupakan simbol kemewahan dan kekayaan. Satuan jinamee yang dipakai masyarakat Aceh adalah mayam, satu mayam sama dengan 3,30 gram. Harga emas akan mengalami perubahan sesuai dengan perubahan harga rupiah terhadap dolar, sehingga semakin tinggi jinamee maka harga rupiah untuk membeli emas juga akan semakin mahal Sufi, 2004. Jinamee merupakan syarat mutlak bagi pasangan yang menikah di Aceh. jinamee tinggi menunjukan harga diri seorang wanita di Aceh dan berupa penghargaan yang diberikan kepada wanita tersebut. Seorang laki-laki yang ingin menikahi seorang wanita di Aceh biasanya harus sanggup memenuhi permintaan jumlah jinamee dari pihak wanita tersebut. Ada empat faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah jinamee dalam tradisi masyarakat Aceh, yaitu faktor keturunan, kondisi kehidupan keluarga si wanita, status sosial wanita, dan terakhir faktor pendidikan. Semakin tinggi faktor yang disebutkan, maka semakin tinggilah jinamee yang diperoleh si wanita. Perkembangan zaman saat ini membuat wanita sekarang berbeda dengan dahulu, dimana meningkatnya status sosial dan pendidikan wanita saat ini, sehingga menyebabkan permintaan jumlah jinamee kepada pihak laki-laki juga semakin tinggi Rizal, 2013. Jinamee tinggi ini akan membuat laki-laki semakin bekerja keras demi memenuhi permintaan jinamee dari pihak wanita serta bertujuan agar pasangan yang menikah tidak mudah bercerai. Selain itu jinamee tersebut dapat digunakan oleh si wanita apabila dalam pernikahan suami kehilangan pekerjaan, meninggal, atau terjadi perceraian, maka jinamee tersebut dapat digunakan oleh si wanita. Penelitian sebelumnya di Krueng Mane, Aceh utara menunjukkan bahwa jinamee memiliki arti yang sangat besar bagi wanita suku Aceh yakni berupa harga diri seorang wanita. Hal ini disebabkan karena dalam prosesnya yang lebih menentukan adalah jumlahjinamee yang harus dibayar. Jumlah jinamee yang berlaku di Krueng Mane yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak wanita berkisar 15 mayam, 30 mayam, sampai dengan 50 mayam emas Ayu, 2010. Jinamee tinggi tersebut memiliki maksud dimana sebagai balasannya, pihak keluarga perempuan akan memberikan peunulang pemberian setelah dipisahkan, yaitu berbentuk rumah atau sepetak tanah sawah sesuai dengan kemampuan orang tua si gadis. Pasangan yang telah menikah tersebut juga akan tinggal dirumah orang tua istri sampai mereka diberi rumah sendiri. Selama masih bersama-sama tinggal dengan mertua, maka suami tidak mempunyai tanggung jawab terhadap rumah tangga, melainkan ayah dari pihak perempuan Syamsuddin, 2004. Sikap merupakan kecenderungan berperilaku terhadap objek sosial yang signifikan, kelompok, peristiwa, atau simbol. Hogg juga mendefinisikan sikap sebagai perasaan atau evaluasi umum yang positif maupun negatif terhadap orang, objek atau masalah. Sikap ini dibentuk berdasarkan tiga komponen pembentuk sikap. Pertama, komponen kognitif berkaitan dengan kepercayaan, pendapat, dan penilaian terhadap objek sikap. Kedua, komponen afektif berkaitan dengan emosi, seperti perasaan cinta atau benci, suka atau tidak suka terhadap objek sikap. Yang terakhir, komponen konatif berkaitan dengan maksud perilaku dan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap, Eagley Chaiken 1993. Berdasarkan komunikasi personal dengan beberapa masyarakat Aceh, jinamee tinggi ternyata dapat menghambat pernikahan. Pihak laki-laki juga merasa kesulitan untuk memenuhi permintaan jinamee tinggi tersebut sehingga pernikahan yang harus disegerakan terpaksa ditunda demi tercapainya jumlah jinamee yang diinginkan. Terhambatnya pernikahan juga meningkatkan perzinaan, hamil di luar nikah, dan bertambahnya laki-laki dan wanita yang melajang di Aceh. Setelah menikah juga dikhawatirkan laki-laki akan berperilaku semena-mena terhadap istrinya karena merasa telah memberikan jinamee yang tinggi. Sikap positif terhadap jinamee tinggi pada masyarakat Aceh terbentuk ketika masyarakat Aceh memiliki pemikiran, perasaan, dan perilaku yang mendukung jinamee tinggi tersebut. Sementara sikap negatif terhadap jinamee tinggi pada masyarakat Aceh terbentuk masyarakat Aceh memiliki pemikiran, perasaan, dan perilaku yang tidak setuju terhadap jinamee tinggi tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu Azwar, 2003. Penelitian ini berkaitan dengan sikap terhadap jinameetinggi pada masyarakat Aceh. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, uji validitas, uji daya beda aitem, uji reliabilitas, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variable merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2003. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sikap.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Sikap terhadap jinamee tinggi pada masyarakat Aceh adalah bentuk evaluasi dan kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap jinamee tinggi. Sikap terhadap jinamee tinggi pada