mekanik. Komplikasi dan angka kematian pemakaian BSOL dilaporkan sangat rendah masing-masing 0,08-1,7 dan 0,01-0.1 Rick, 2009.
Tindakan tehnik relatif aman sehingga dapat dilakukan tanpa seorang ahli anastesi. Komplikasi mungkin terjadi seperti obstruksi jalan napas, aritmia, reaksi
toksis oleh karena anastesi lokal, pneumothorak, dan haemoptysis Geraci, 2007.
2.2. Defenisi Bronkoskopi
Kata bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani; broncho yang berarti batang tenggorokan dan scopos yang berarti melihat atau menonton. Jadi,
bronkoskopi adalah pemeriksaan visual jalan nafas atau saluran pernafasan paru yang disebut bronkus. Lebih khusus lagi, bronkoskopi merupakan prosedur medis,
yang dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan memeriksa bronkus atau percabangan paru-paru untuk tujuan diagnostik dan
terapeutik pengobatan. Untuk prosedur ini dokter menggunakan bronkoskop, sejenis endoskop, yang merupakan instrumen untuk pemeriksaan organ dalam
tubuh. Tergantung pada alasan medis atau indikasi klinis untuk bronkoskopi, dokter dapat menggunakan bronkoskopi kaku rigid atau Fiber Optic
Bronchoscopy FOB Becker, 2000.
2.3. Jenis Bronkoskopi
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan bentuk dan sifat alat bronkoskopi, saat ini dikenal dua macam bronkoskopi, yaitu Bronkoskopi kaku Rigid dan Bronkoskopi Serat Optik Lentur
BSOL. Prakash, 2002
2.3.1. Bronkoskopi Kaku Rigid
Bronkoskopi rigid merupakan alat yang berbentuk tabung lurus terbuat dari bahan stainless steel. Panjang dan lebar bervariasi, tetapi bronkoskopi untuk
dewasa biasanya berukuran panjang 40 cm dan diameter berkisar 9-13,5 mm, tebal dinding bronkoskop berkisar 2-3 mm. Bronkoskopi rigid biasanya dilakukan
dengan penderita di bawah anestesi umum. Tindakan ini harus dilakukan oleh bronchoscopist yang berpengalaman di ruang operasi. Bronkoskopi rigid
diindikasikan pada penderita dengan obstruksi saluran nafas besar dimana dengan FOB tidak dapat dilakukan. Indikasi umum lainnya adalah: Heart, 2004
• Mengontrol dan penanganan batuk darah massif • Mengeluarkan benda asing dari saluran trakeobronkial
• Penanganan stenosis saluran nafas • Penanganan obstruksi saluran nafas akibat neoplasma
• Pemasangan sten bronkus • Laser bronkoskopi
2.3.2. Bronkoskopi Serat Optik Lentur BSOL
Universitas Sumatera Utara
Bronkoskopi serat optik lentur BSOL juga dikenal sebagai Fiber Optic Bronchoscopy FOB, sangat membantu dalam menegakkan diagnosis pada
kelainan yang dijumpai di paru-paru, dan berkembang sebagai suatu prosedur diagnostik invasif paru. Baughman, 2000
FOB berupa tabung tipis panjang dengan diameter 5-6 mm, merupakan saluran untuk tempat penyisipan peralatan tambahan yang digunakan untuk
mendapatkan sampel dahak ataupun jaringan. Biasanya 55 cm dari total panjang tabung FOB mengandung serat optik yang memancarkan cahaya. Ujung distal
FOB memiliki sumber cahaya yang dapat memperbesar 120
o
dari 100
o
Tabungnya sangat fleksibel sehingga memungkinkan operator untuk melihat sudut 160
lapangan pandang yang diproyeksikan ke layar video atau kamera. Miyajawa, 2000
o
-180
o
keatas dan 100
o
-130
o
ke bawah. Hal ini memungkinkan bronchoscopist FOB untuk melihat ke segmen yang lebih kecil dan segmen sub
cabang bronkus ke atas dan ke bawah dari bronkus utama, dan juga ke depan belakang anterior dan superior. Miyajawa, 2000
2.4. Indikasi Dan Kontra indikasi Bronkoskopi
2.4.1. Indikasi Bronkoskopi
Secara garis besar indikasi bronkoskopi adalah diagnosis, terapiutik dan penilaian pre-operatif Kennedy, 2006.
1. Indikasi diagnostik bronkoskopi.
Universitas Sumatera Utara
2 Batuk darah : untuk melihat asal dan sebab perdarahan yang berpariasi dari
mulai peradangan, infeksi, bronkolit, jamur dan keganasan. 3
Batuk kronis dan berat yang tidak jelas penyebabnya. 4
Sesak setempat yang dicurigai kemungkinan sumbatan oleh benda asing, gumpalan mukus atau darah dan tumor.
5 Kelainan gambaran radiologi seperti massatumor, atelektasis dan corakan
difus pada parenkim paru Manfaat bronkoskopi ini untuk pengambilan bahan pemeriksaan pada
kasus infeksi paru, bahan untuk pemeriksaan kanker, mikrobiologi, dan melihat menilai apa yang ada didalam saluran napas Kennedy, 2006.
2. Indikasi terapiutik bronkoskopi. Tindakan terapi bronkoskopi untuk mengeluarkan benda asing, darah dan
pertikel aspirat dan lain-lain Kennedy, 2006. 3. Indikasi pre operatif.
Tindakan ini berguna untuk menentukan lokasi yang akan dilakukan operasi Kennedy, 2006.
2.4.2. Kontra indikasi bronkoskopi
Kontra indikasi sangat penting dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi dilaksanakan. Keahlian operator disini jadi dokter ahli paru untuk
memilih tehnik mana yang sesuai pilihannya.
Universitas Sumatera Utara
Kontra indikasi mengunakan BSOL sama dengan kontra indikasi pada alat yang kaku. Ada beberapa penderita yang tidak memungkinkan memakai
bronkoskopi kaku sehingga dilakukan tindakan bronkoskopi Serat optik lentur dengan memakai anastesi lokal atau dengan anastesi umum harus konsul dengan
ahli anastesi. Tidak terdapat kontra indikasi absolute pada tindakan bronkoskopi diagnostik maupun terapiutik. Tindakan bronkoskopi dan diagnostik BAL aman
dilakukan dengan memakai ventilasi mekanik Prakash, 2006.
2.5. Persiapan Bronkoskopi
Dalam survei yang dilakukan American College of Chest Physician ACCP pada umumnya dilakukan prosedur sebelum tindakan bronkoskopi berupa
foto toraks, faal hemostasis, juga dilakukan EKG Ecocardiography, analisa gas darah, elektrolit dan spirometri. Evaluasi jantung dilakukan pada penderita dengan
penyakit koroner yang akan dilakukan bronkoskopi, karena penyakit ini dapat meningkatkan resiko pada saat bronkoskopi. Colt, 2000
Disamping pemeriksaan tersebut yang juga penting untuk dipersiapkan adalah yang berkaitan dengan penderita. Persiapan yang harus dilakukan terhadap
penderita adalah : Colt, 2000 1.
Informasi yang berkaitan dengan riwayat penyakit sebelumnya, penyakit sekarang, kondisi fisik dan mental penderita dan riwayat reaksi alergi
terhadap obat yang akan digunakan untuk tindakan bronkoskopi.
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan informasi kepada penderita tentang tahapan yang akan
dilakukan mulai dari persiapan bronkoskopi sampai pasca bronkoskopi, termasuk puasa sebagai persiapan sebelum bronkoskopi yang dilakukan
sekitar 8 jam untuk mencegah terjadinya aspirasi isi lambung, penjelasan tentang tindakan anestesi yang dilakukan dan efek anestesi yang dirasakan
penderita, puasa setelah menjalani tindakan bronkoskopi. 3.
Menandatangani informed consent untuk tindakan yang akan dilakukan. 4.
Melakukan evaluasi sebelum bronkoskopi untuk mengklasifikasikan berdasarkan kondisi fisik penderita. Berhubungan dengan kondisi fisik
penderita American Association of Anesthesiologysts ASA membuat klasifikasi sebagai berikut :
ASA I : Penderita dengan kondisi fisik normal.
ASA II : Penderita dengan penyakit sistemik ringan. ASA III : Penderita dengan penyakit sistemik yang berat dengan
keterbatasan aktifitas. ASA IV : Penderita dengan penyakit yang tergantung dengan obat-obatan
agar dapat bertahan. ASA V : Penderita dengan kondisi yang gawat dengan prediksi tidak akan
bertahan hidup dalam 24 jam dengan atau tanpa bronkoskopi. Selain persiapan pada penderita juga dilakukan persiapan fasilitas penunjang,
berupa:
Universitas Sumatera Utara
2. Ruangan:
• Broncoscopy suite • Ruangan persiapan, ruangan tindakan, ruangan pemulihan, ruangan
desinfeksi alat 3.
Bronkoskopi : • Kelengkapan televisi, video, foto
• Kelengkapan alat diagnostik dan terapi 4.
Sarana penunjang : • Oksigen, mesin penghisap lendir suction.
• Alat pemantau EKG, oksimeter denyut • Nebulizer
• Resusitator • Jet ventilation
2.6. Tindakan Bronkoskopi