Edy J pada tahun 2007 melakukan penelitian di UPF paru RSU. H. Adam Malik Medan terhadap 30 penderita yang menggunakan ventilator setelah 48 jam
dan dilakukan bronkoskopi BAL Bronko Alveolar Lavage didapati pola kuman Klebsiella pneumoniae 36,7, Klebsiella oxytoea 10, Escherichia coli 10,
Pseudomonas aeruginosa 10, Staphylococcus aureus 10, Proteus mirabilis 3,3, Streptococcus alfa 3,3, Jamur 3,3, Polimikrobial 6,7, dan tidak
tumbuh 3,3 Espinosa, 2007. Penelitian Januari sampai Juni 2006, diperoleh 841 spesimen di RSUP
Wahidin Sudirohusodo dari tindakan bronkoskopi bilasan bronkus diperoleh pola kuman berturut-turut: Pseudomonas aeruginosa 15,2, Klebsiella pneumonia,
14,0 Escherichia coli 13 Enterobacter spp 10,6, Klebsiella spp 11,1. Antimikroba yang sensitif adalah meropenem, amikacin dan
clindamycin Irda, 2006. Laporan bronkoskopi, Perancis dari Maret sampai Oktober 2001, terdapat
117 kasus spesimen pola kuman bronchoalveolar lavage Enterobacteriaceae, 63 kasus Klebsiella pneumoniae dan Proteus vulgaris, dan 23 kasus Morganella
morganii, P.mirabilis Kirschke, 2003.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka, peneliti akan melakukan penelitian tentang bagaimanakah pola kuman bilasan bronkus pada tindakan
bronkoskopi serat optik lentur BSOL di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola kuman bilasan bronkus pada tindakan Bronkoskopi Optik Lentur BSOL di RSUP. H. Adam
Malik Medan.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui gambaran umur, jenis kelamin, diagnosa penyakit, pola
kuman, tingkat sensitivitas dan resistensi antibiotik.
2. Untuk mengetahui gambaran pola kuman berdasarkan kelompok umur
3. Untuk mengetahui gambaran pola kuman berdasarkan jenis kelamin
4. Untuk mengetahui gambaran pola kuman berdasarkan kelompok diagnosa
penyakit 5.
Untuk mengetahui gambaran pola kuman berdasarkan sensitivitas dan resistensi antibiotik
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjelaskan pada doktertenaga medis untuk mengetahui pola kuman pada bilasan bronkus supaya dapat diketahui
therapi dan pencegahannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Bronkoskopi
Bronkoskopi broncos = saluran napas, skopi = melihat adalah teknik visualisasi bagian dalam saluran napas untuk tujuan diagnostik dan terapiutik.
Sebuah alat dimasukkan ke dalam saluran napas melalui hidung atau mulut atau kadang-kadang melalui trakeostomi. Hal ini untuk memeriksa saluran napas
pasien untuk kelainan seperti benda asing, perdarahan, tumor, atau peradangan. Bronkoskopi dari tabung logam yang kaku dengan perangkat pencahayaan
fleksibel serat optik dengan peralatan video realtime
Pada tahun 1964 Shigeto Ikeda mengubah pipa logam menjadi bronkoskopi serat optik lentur. Sejak tahun 1980 oleh Ikeda Bronkoskopi Serat
Optik Lentur BSOL menjadi berkembang dan sangat popular mudah dipakai relatif aman pada penderita sakit berat atau penderita yang menggunakan ventilasi
. Pertama kali di perkenalkan penggunaan bronkoskopi kaku Gustaf Killian tahun 1897, kemudian
disempurnakan bronkoskop kaku tahun 1920 oleh Chavalier Jackson dan putranya, menggunakan tabung kaku untuk melihat visual trakea dan bronkus.
Pada awalnya indikasi bronkoskopi untuk membebaskan obstruksi jalan napas oleh karena aspirasi benda asing. Kemudian pada tahun 1930 dan tahun 1940
digunakan untuk mendiagnosis penyakit endobronkial Callaway, 2008.
Universitas Sumatera Utara
mekanik. Komplikasi dan angka kematian pemakaian BSOL dilaporkan sangat rendah masing-masing 0,08-1,7 dan 0,01-0.1 Rick, 2009.
Tindakan tehnik relatif aman sehingga dapat dilakukan tanpa seorang ahli anastesi. Komplikasi mungkin terjadi seperti obstruksi jalan napas, aritmia, reaksi
toksis oleh karena anastesi lokal, pneumothorak, dan haemoptysis Geraci, 2007.
2.2. Defenisi Bronkoskopi