Endokarditis, pepticemia, peritonitis dan infeksi saluran kemih, luka, infeksi tulang, sendi, infeksi jaringan lunak pada immunocompromise Rolston,
2003.
Patogenesis :
S. haemolyticus bermigrasi dari kulit, sepanjang permukaan eksternal, hubungan pasien dengan petugas kesehatan penyebabkan infeksi lokal atau
menjadi sistemik bakteremia, dan sering pada alat medis, tahan antibiotik.
Tingkat keparahan infeksi bervariasi tergantung, frekuensi manipulasi, faktor virulensi, hindari kontak dari penyebab diatas sebagai pengobatan yang terbaik.
Pengobatan :
Vancomycin atau dapat diberikan, glycopeptides dengan β - laktamse kerja secara sinergis Staphylococcus haemolyticus memiliki sensitif satu atau lebih
antibiotik berikut: Penisilin, Cephalosporin, Macrolides, Kuinolon, Tetrasiklin, Aminoglikosida, Glikopeptida, dan Fosfomycin, Glycopeptide Vancomycin .
Vignaroli, 2006.
2.8.12. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus osmo toleran, yaitu bakteri yang dapat hidup di lingkungan dengan rentang konsentrasi zat terlarut garam, S aureus flora
normal kulit, hidung, mulut, dan usus besar, sistem imun normal, infeksi kulit misalnya bisul, penyakit pernapasan sinusitis dan keracunan makanan,
memproduksi racun protein protein permukaan sel mengikat dan menonaktifkan antibodi maka munculnya resisten antibiotik Allison, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Patogenesis :
Staphylococcus aureus berkembang strategi komprehensif untuk mengatasi tantangan ditimbulkan oleh sistem kekebalan tubuh manusia.
Munculnya Methicillin-resistant . Staphylococcus aureus CA-MRSA infeksi pada individu tanpa kondisi predisposisi peningkatan patogenisitas bakteri yang
mungkin terkait dengan akuisisi elemen genetik baru. Hebatnya, penyebab yang mendasari epidemi tidak diketahui. Bagaimana akuisisi gen baru dapat
menjelaskan peningkatan kejadian dan keparahan penyakit CA-MRSA. S. aureus memiliki repertoar luar biasa dari faktor virulensi mampu bertahan hidup dalam
kondisi ekstrim dalam tubuh manusia. Staphylococcus aureus mempertahankan kontrol baik dari ekspresi virulensi dan sebagian besar jarang menyebabkan
infeksi pada manusia sehat.
Gejala :
Infeksi Staphylococcus aureus diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. Impetigo, folikulitis, furunkel, karbunkel disebabkan
bakteri memproduksi nanah piogenik.
Pengobatan :
Pengobatan infeksi S. aureus adalah P enisilin, β-laktam antibiotik
penisilinase-tahan misalnya, Oksasilin Clindamisin, Cefazolin. Kombinasi terapi gentamisin untuk mengobati infeksi, seperti endokarditis, tetapi kontroversial
karena Methicillin-resistant S. aureus, MRSA dan yang sangat ditakuti dari S. aureus
menjadi resisten terhadap antibiotik β-laktam Thwaites, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.8.13 . Stenotrophomonas maltophilia
Stenotrophomonas maltophilia non fermentative, gram-negatif, aerobik, motil flagella polar, dan tumbuh agar Mac Conkey koloni berpigmen, katalase-
positif, oksidase-negatif, reaksi positif DNase immunokompromise,
Patogenesis :
Infeksi nosokomial, berada dikanul oksigen, endotrakeal atau tabung trakeostomi, saluran pernapasan dan kateter urin. Infeksi difasilitasi bahan
prostetik plastik atau logam, dan perawatan efektif adalah pemusnahan bahan prostetik.
Gejala :
Perasaan depresi, suasana
cemas, nyeri, insomnia, headaches
kantuk mengantuk masalah keseimbangan, disfungsi seksual, nyeri pada punggung bawah, kejang otot, masalah kandung kemih, mual, Back pain
pusing, perut nyeri, ketegangan otot, hiperventilasi migrain sakit kepala ruam kemerahan, pembengkakan.
Pengobatan :
S. Maltophilia sensitif terhadap Kotrimoksasol dan tikarsilin, meskipun resistensi meningkat S. maltophilia resisten terhadap banyak antibiotik spektrum
Universitas Sumatera Utara
luas Carbapenem. Hal ini biasanya tidak rentan terhadap Piperasilin, dan rentan terhadap Ceftazidime. Tigecycline, Polimiksin B obat yang efektif Burke, 2011.
2.8.14. Streptococcus salivarius