Extended - spectrumbeta - laktamase ESBL keluarga Enterobacteriaceae mengekspresikan plasmid - dikodekan - laktamase misalnya, TEM-1, TEM-2,
dan SHV-1 yang resisten terhadap Penisilin.Pada b-laktamase ESBL, ESBL adalah beta-laktamase menghidrolisis sefalosporin Cefotaksim, Ceftriakson, dan
Ceftazidime, Aztreonam oxyimino-monobactam. Jadi ESBL resisten terhadap antibiotik tersebut dan laktam oxyimino-beta. Dalam keadaan biasa, gen TEM-1,
TEM-2, atau SHV-1 mengubah konfigurasi asam amino di sekitar-laktamase, laktam rentan terhadap hidrolisis enzim. Peningkatan jumlah ESBL bukan dari
TEM atau SHV tetapi ESBL sering plasmid yang produksi ESBL. Gen yang kode resistensi terhadap golongan obat misalnya, aminoglikosida oleh karena itu,
pilihan antibiotik dalam pengobatan organisme ESBL-memproduksi sangat terbatas. Organisme produksi ESBL rentan terhadap beberapa sefalosporin,
namun pengobatan antibiotik tersebut tingkat kegagalan yang tinggi Bush, 2010
2.8.5. Klebsiella pneumonia
.
Klebsiella pneumoniae adalah Gram-negatif, non-motil, kapsul, fermentasi laktosa, anaerobik fakultatif, berbentuk batang. Flora normal mulut, kulit, dan
usus, organisme cenderung menyebabkan infeksi oportunistik, mempengaruhi tubuh bila kondisi medis yang mendasari atau ketika mekanisme kekebalan tubuh
melemah, dapat menginfeksi saluran kencing, saluran pencernaan, bagaimanapun paru-paru paling serius, dimana menyebabkan pneumonia.
Gejala klinis :
Universitas Sumatera Utara
Membedakan pneumonia yang disebabkan Klebsiella adalah kecepatan dari perkembangan penyakit. Klebsiella pneumonia memicu kerusakan cepat dari
jaringan paru-paru, dan akibatnya,gejala manifest cepat.
Gejala awal :
Demam mendadak tinggi, pusing, sakit kepala, menggigil dan kelelahan. Batuk berlebihan dengan sputum tebal, kental, banyak dan berdarah.
Gejala Lanjutan :
Klebsiella pneumonia ketika diabaikan, cepat membentuk abses, kantong kecil yang dipenuhi dengan bakteri dan jaringan mati. Sesak napas, terengah-
engah dan nyeri dada mungkin akibat rusak paru-paru, kulit menjadi dingin dan berkeringat, nafsu makan menurun drastis.
Patogenesis :
Bakteri masuk melalui aspirasi mikroba di orofaringeal masuk ke dalam saluran pernapasan bagian bawah menyebabkan sistem kekebalan menurun.
Paling sering laki-laki dengan gangguan pertahanan pernafasan, seperti diabetes, alkoholisme, keganasan, penyakit hati, penyakit paru obstruktif kronis PPOK,
terapi glukokortikoid, gagal ginjal, dan pekerja seperti pekerja pabrik kertas. Banyak infeksi diperoleh di rumah sakit infeksi nosokomial. Infeksi diluar
rumah sakit seperti : pneumonia, bronchitis, abses paru, kavitasi, empiema, dan perlengketan. Tingkat kematian tinggi sekitar 50, angka kematian hampir
100. Klebsiella dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, saluran empedu
Universitas Sumatera Utara
yang, dan luka bedah,
Kontaminasi tindakan beresiko tinggi, misalnya, endoskopi, bronkoskopi dan pemesangan kateter urin. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat menjadi
faktor meningkatkan risiko infeksi nosokomial sepsis dan syok septik dengan bakteri Klebsiella.
tromboflebitis, kolesistitis, diare, infeksi saluran pernapasan atas, osteomielitis, meningitis, bakteremia, septikemia dan invasif.
Pengobatan :
Organisme Klebsiella sering resisten terhadap antibiotik, kemampuan untuk menghasilkan extended-spectrum beta-laktamase ESBL tahan terhadap
banyak antibiotik. Resistensi sering golongan Aminoglikosida, Fluoroquinolones, Tetrasiklin, dan Trimetoprimsulfametoksazol. Pemilihan tergantung pada pola-
kerentanan tergantung tubuh yang terinfeksi. Untuk infeksi berat, penggunaan awal singkat 48-72 jam dari terapi kombinasi, beralih ke mono terapi setelah
pola kerentanan. Jika Klebsiella tidak memiliki resistensi antibiotik, antibiotik digunakan
seperti Ampisilin sulbaktam, Piperacillin tazobactam, Tikarsilin klavulanat, Ceftazidime, Sefepime, Levofloxacin, Meropenem, dan Ertapenem. Meropenem
pilihan terbaik dengan Klebsiella ESBL+, hindari penyebaran infeksi Klebsiella antara pasien dengan tenaga kesehatan harus taat pencegahan dan pengendalian
Tind, 2012.
2.8.6. Citrobacter freundii