saluran napas, yang disebut pneumothorak. Meskipun bronkoskopi kaku dapat menggores atau merobek saluran napas atau merusak pita suara, resiko. Spasme
laring merupakan komplikasi jarang namun kadang-kadang mungkin memerlukan intubasi trakea. Pasien dengan tumor atau perdarahan yang signifikan mungkin
mengalami kesulitan bernafas meningkat spasme setelah bronkoskopi, kadang- kadang karena pembengkakan selaput lendir saluran pernapasan Geraci, 2007
Komplikasi akibat BSOL ada tetapi jarang paska penempatan tube, termasuk kerusakan trakea, pemasangan tube yang kurang tepat, edema, erosi
trakea, peradangan dan perdarahan dapat terjadi masuknya kuman patogen menjadi infeksi dan penyumbatan saluran pernapasan mengakibatkan pneumonia
dan ateleksis. Hal ini sering bermanfaat dalam penatalaksanaan pasien yang
mengalami stridor setelah ekstubasi
.
2.7.1 Pneumonia.
Pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia atipikal disebabkan oleh S.pneumoniae atipikal, M.pneumoniae. Ternyata manifestasi kuman lain seperti
H.influenzae,S.aureus dan Gram negatif memberikan sindrom klinik identik dengan pneumonia oleh S.pneumoniae. Pneumonia saat ini dikenal 2 kelompok
yaitu Pneumonia Nasoklomial PN dan Pneumonia Komunitas PK yang di dapat dari masyarakat Sudoyo, 2006.
Secara klinis pneumonia dapat bagi atas : 1.
Community acquired pneumoniae
Universitas Sumatera Utara
Pneumonia yang didapat dari masyarakat yaitu infeksi didapat diluar lingkungan rumah sakit.
2. Hospital acquired pneumonia Nosokomial Pneumonia
Pneumonia ini didapat selama penderita dirawat dirumah sakit lebih 48 jam setelah dirawat di RS, baik di ruang umum maupun ICU tetapi tidak
sedang memakai ventilator mekanik Sudoyo, 2006. 3.
Pneumonia in the immunocompromise host. Pneumonia ini terjadi akibat terganggu sistem kekebalan tubuh. Masalah
ini semakin meningkat dengan penggunaan obat-obatan sitotoksik dan imunosupresif. Pneumonia adalah peradangan mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis mencakup bronkiolus respiratorius, alvioli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Diagnosis ditegakkan dengan manifestasi, beratnya proses penyakit dan etiologi pneumonia cara ini mengarah pada terapi impiris dan permilihan antibiotik yang
sesuai terhadap mikroorganisme penyebabnya. Priyanti, 2003 Etiologi pneumonia berbeda beda jenis bakterinya pola kuman rumah
sakit besar dan rumah sakit kecil. Dilaporkan adanya S.pneumoniae pada 9-20 kasus. M. pneumoniae 13-37, Chlamydia pneumonia 17. Patogen Pneumonia
Komunitas rawat inap diluar ICU 20-70 penyebabnya, S pneumoniae 20-60, H influenza 3-10, S aureus, Gram negatif enteric, M pneumoniae, C
pneumoniae, Legionella dan virus 10 Sudoyo, 2006. Dari penelitian Hadiarto M tahun 1997 dari kultur sputum terbanyak
K.pneumoniae 44,4 tahun 1998 didapati Klebsiella sp sebanyak 20,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan pola bakteri di Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang tahun 2000-2001, K.pneumoniae 17,8 Actinobacilus anitratus 17,8 Staphylococcus coagulase
negatif 9,8 Pseudomonas aerogenosa 9,5 dan Staphylococcus coagulasi positif 8,1 Priyanti, 2003.
Gejala klinis pneumonia didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas selama beberapa hari kemudian demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat sampai 40
o
Kasus pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat dijumpai sejak sakit perut, diare, sementara pneumonia oleh Streptococcus pneumonia dengan
dahak yang khas berwarna berkarat dan pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella mungkin memiliki dahak berdarah Jelly Kismis; Darby, 2008.
C sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi, disertai batuk produktif, sputum mocoid, purulen campur darah, sesak napas, nyeri dada, pada
pemeriksaan fisik diagnostik dada yang sakit tertinggal waktu bernapas, suara napas brokial kadang melemah didapati ronki basah melemah atau halus yang
kemudian ronki basah kasar pada stadium resolusi Priyanti, 2003.
Kondisi dan faktor resiko mempengaruhi pneumonia merokok, immunodefesiensi, alkoholisme, paru-paru obstruktif kronik, penyakit ginjal
kronik, dan penyakit hati. Diluar negeri bakteri penyebab paling umum dari komunitas peneumonia, dengan Streptococcus pneumonia disolasi 50 kasus,
Haemophilus influenza 20, Chlamydophila pneumonia13, Mycoplasma pneumonia3. Staphylococcus aureus, Moraxella catharralis, Legionella
pneumophila dan gram negatif Nair, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Penyebaran organisme dengan faktor yang ada seperti alkoholisme dikaitkan dengan Streptococcus pneumonia, organisme anaerob, dan
Mycobacterium tuberculosis, merokok dengan fasilitasi efek Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Moraxella catharralis, dan Legionella
pneumophila Eddy, 2005. Selain virus jamur juga dapat menyebabkan pneumonia disebut pneumonia
jamur biasanya pada orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh menurun, lemah karena HIV, obat imunosupresif atau masalah medis lainnya jamur yang
sering adalah Hystoplasma capsulatum, Blastomyces, Cryptococcus neoformans, Pneumocytis carinii, Coccodioides immitis, Histoplasmosis biasanya dilembah
sungai Missippi dan coccodiodomycosis. Ada juga parasit penyebab pneumonia tersering adalah Toxoplasma gondii, Strongyloides, Ascaris lumbricoides,
Plasmodium malaria, organisme ini masuk dalam tubuh melalui kulit, pencernaan, melalui vektor serangga. Berbagai parasit dapat mempengaruhi paru
paru kecuali Parogonimus westermani, Ascaris dan Strongyloides merangsang langsung eosinipilik, menjadi eosinipilik pneumonia Vijayan, 2009.
Dalam penanganan pneumonia diperlukan terapi yang sesuai, terutama pneumonia nosokomial. Terapi empirik perlu segera diberikan dengan pemilihan
antibiotika yang tepat dan selanjutnya dilakukan penyesuaian pemberian antibiotika untuk mendapatkan hasil yang maksimal, hingga biaya obat dapat
ditekan seoptimal mungkin dengan risiko angka mortalitas yang sekecil-kecilnya. Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan, maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan dilakukan uji resistensi kuman.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2. Atelektasis .