Latar Belakang KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN

LAPORAN AKHIR, Kaj ian Kearif an Lokal Masyarakat di Kecamat an Bunguran Barat Kab. Nat una, BPP-PSPL UNRI 2 normatif yang mengatur pada tataran komunitas lokal mereka saja. Nelayan di Sabang Mawang misalnya, memiliki kearifan tradisional dalam menjaga kelestarian ikan dengan tidak merusak terumbu karang, melaui pola-pola pendekatan sistem religius yang mereka anut Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004. Karena sifatnya yang normatif atau tidak tertulis, diduga banyak sekali kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya laut yang belum diketahui banyak orang, terutama dalam konteks ilmiah. Bahkan boleh jadi kearifan lokal yang dulu pernah ada, sudah mulai menghilang atau tidak dijalankan lagi oleh masyarakat karena pergeseran dan perubahan sistem nilai sosial, budaya, ekonomi dan politik yang begitu cepat. Pengidentifikasian kearifan lokal masyarakat perlu dilakukan karena belum ada kajian tentang hal ini terutama di daerah-daerah yang memiliki rentanitas kerusakan lingkungan yang besar dan rentang kendali yang rumit oleh karakteristik wilayah yang berpulau-pulau. Pendesainan pengelolaan sumberdaya laut pada tataran masyarakat desa sangat membutuhkan penyerapan nilai-nilai budaya yang sudah mengakar dalam kehidupan mereka. Nilai-nilai budaya tersebut terutama yang berkaitan dengan kearifan masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan ekologisnya, baik yang pernah mereka jalankan, yang sedang dijalankan, atau menyerap kearifan lokal masyarakat lain yang cocok dengan karakteristik masyarakat setempat. Kearifan lokal ini bila ditingkatkan statusnya dari hukum yang normatif menjadi hukum yang legal formal tertulis setingkat Peraturan Desa akan memiliki implikasi ganda yaitu : 1. Bagi masyarakat desa dapat menjadi kekuatan pengatur yang diakui oleh mereka dan dihormati oleh orang atau kelompok lain. 2. Bagi pemerintah dapat mempermudah fungsi pengawasan mereka di lapangan, terutama terhadap illegal fishing dan pengrusakan lingkungan laut. 3. Pengkajian tentang kearifan lokal masyarakat sekaligus juga dapat menjadi embrio atau cikal bakal bagi pengelolaan terpadu Co-Management dalam pembangunan perikanan dan kelautan, karena prinsip dasar dari pengelolaan terpadu adalah menempatkan masyarakat lokal sebagai salah satu kunci dari pengelolaan sumberdaya alam. LAPORAN AKHIR, Kaj ian Kearif an Lokal Masyarakat di Kecamat an Bunguran Barat Kab. Nat una, BPP-PSPL UNRI 3

1.2. Permasalahan

Kearifan lokal memiliki dimesi sosial dan budaya yang kuat, karena memang lahir dari aktivitas perlakuan berpola manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Kearifan lokal dapat menjelma dalam berbagai bentuk seperti ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan dalam ranah kebudayaan, sedangkan dalam kehidupan sosial dapat berupa sistem religius, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan Koentjaraningrat, 1964. Pengidentifikasian kearifan lokal masyarakat nelayan harus lebih difokuskan pada permasalahan dalam sistem mata pencaharian hidup yang memiliki isu global dan sekaligus mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi keberlangsungan hidup masyarakat lokal. Daerah-daerah yang memiliki potensi terumbu karang besar seperti Kawasan Pulau Tiga di Kabupaten Natuna sangat tepat menjadi fokus perhatian pengkajian ini. Penyelamatan terumbu karang saat ini menjadi isu lingkungan yang hangat dalam tataran masyarakat internasional dan memiliki korelasi yang signifikan dengan sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Menurut kajian akademik pengelolaan terumbu karang Provinsi Riau DKP, 2004 kondisi terumbu karang di sekitar Pulau Bunguran berada dalam kondisi “buruk” sampai “sedang. Penyelamatan terumbu karang di daerah ini sangat perlu dilakukan untuk menjaga image bangsa di mata internasional, dan mendorong perekonomian masyarakat setempat. Pengkajian kearifan lokal masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan laut di Kawasan Pulau Tiga menjadi semakin penting karena merupakan bagian dari usaha penyelamatan terumbu karang di perairan laut Natuna. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana dimensi sosial dan budaya dari kearifan lokal masyarakat di Kawasan Pulau Tiga dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya laut ? 2. Kearifan lokal apa saja yang pernah dijalankan masyarakat di Kawasan Pulau Tiga dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya laut ? 3. Kearifan lokal apa saja yang masih berlangsung dalam kehidupan masyarakat di Kawasan Pulau Tiga, dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya laut hingga saat ini ? LAPORAN AKHIR, Kaj ian Kearif an Lokal Masyarakat di Kecamat an Bunguran Barat Kab. Nat una, BPP-PSPL UNRI 4 4. Bagaimana mendesain pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang terkandung di dalam ekosistem terumbu karang, yang bersumber dan berakar dari kearifan lokal masyarakat di Kawasan Pulau Tiga ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengkaji dimensi sosial dan budaya dari kearifan lokal masyarakat di Kawasan Pulau Tiga dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya laut. 2. Mengidentifikasi kearifan lokal apa saja yang pernah dijalankan dan yang masih berlangsung dalam kehidupan masyarakat di Kawasan Pulau Tiga, dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya laut hingga saat ini. 3. Mengkaji jenis-jenis kearifan lokal yang dapat menunjang penyelamatan ekosistem terumbu karang. 4. Mengkaji kemungkinan untuk menggeser atau meningkatkan status kearifan lokal masyarakat dari hukum normatif menjadi hukum legal formal Peraturan Desa. 5. Mendesain pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang terkandung di dalam ekosistem terumbu karang, yang bersumber dan berakar dari kearifan lokal masyarakat di Kawasan Pulau Tiga. 6. Menginisiasi lahirnya kearifan lokal baru untuk penyelamatan ekosistem terumbu karang.

1.4. Luaran

Penelitian ini menghasilkan luaran : 1. Tersedianya data karakteristik sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di Kawasan Pulau Tiga. 2. Tersedianya data tentang dimensi sosial budaya dari kearifan lokal masyarakat yang menyangkut : a. Sistem religius. b. Sistem dan organisasi kemasyarakatan. c. Sistem pengetahuan dan teknologi. d. Sistem mata pencaharian hidup.