Kesimpulan Konsep Warisan Bersama Umat Manusia Dalam Perspektif Hukum Internasional

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan skripsi ini tentang konsep warisan bersama umat manusia adalah sebagai berikut : 1. Ruang lingkup warisan bersama umat manusia saat ini telah berkembangan dengan pesat, termasuk ruang lingkupnya tidak hanya wilayah lautan saja yang menjadi bagiannya namun juga berbagai kekayaan alam telah dikategorikan menjadi warisan bersama dalam bentuk dan nama yang berbeda. Pada 1949, ikan tuna menjadi perhatian bersama dalam Konservasi Tuna Tropis Inter – Amerika karena tingginya tingkat penangkapan ikan tuna; lingkungan hidup; ruang angkasa dan bulan merupakan province of all mankind; burung unggas; warisan alam dan budaya; konservasi binatang buas; kekayaan dasar laut, dasar samudra serta tanah di bawahnya, kekayaan tanaman genetik; perubahan iklim bumi dan efeknya; keanekaragaman adat dan budaya; serta keanekaragaman hayati. 2. Pengaturan hukum nasional terhadap warisan bersama umat manusia dapat ditarik dasar hukumnnya pada Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa: “ Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai - nilai budayanya ”. Kutipan ini memiliki beberapa Universitas Sumatera Utara unsur yang penting sebagai pedoman kehidupan bernegara. Pertama, adalah pengertian tentang kebudayaan nasional, yaitu kebudayaan yang hidup dan dianut oleh penduduk Indonesia; Kedua, menempatkan kebudayaan itu dalam konstelasi peradaban manusia di dunia; dan Ketiga, negara menjamin kebebasan penduduknya untuk memelihara dan mengembangkan kebudayaan miliknya. Berdasarkan Undang-Undang Dasar ini, dirumuskan bahwa pemerintah Indonesia berkewajiban “ melaksanakan kebijakan memajukan kebudayaan secara utuh untuk sebesar - besarnya kemakmuran rakyat ”. Rumusan ini mejadi pedoman dalam menyusun pasal - pasal berisi perintah, larangan, anjuran, pengaturan, dan hukuman yang menguntungkan masyarakat. Isu tentang adaptive reuse, good governance, desentraliasi kewenangan, atau hak-hak publik selalu mewarnai kalimat dan susunan pasal Undang - Undang Cagar Budaya. Saat ini pengaturan hukum terhadap warisan bersama umat manusia telah diatur dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. 3. Pengaturan hukum internasional terhadap warisan bersama umat manusia saat ini adalah Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage 1972. Konvensi ini mencakup perlindungan alam dan budaya. Sehingga bisa menjadi instrumen perlindungan hukum lingkungan internasional, juga perlindungan hukum warisan budaya dunia. Konvensi ini secara unik mengakui bahwa suatu situs yang ada dalam suatu batas wilayah suatu negara, namun perlindungan warisan budaya tersebut menjadi kewajiban dan kerja sama masyarakat internasional dalam memberi Universitas Sumatera Utara perlindungannya. Dari Piramid di Mesir sampai Pulau Galapagos di Ekuador. Cara kerja Konvensi World Heritage ini adalah dengan menyelenggarakan adanya World Heritage List dan World Heritage List in Danger Daftar Warisan Budaya dalam keadaan Terancam . Daftar - daftar ini mencatatkan property - properti budaya yang mendapat hak perlindungan benda budaya. Pada 3 Juli 2003, oleh World Heritage Committee telah tercatat 754 properti budaya dalam daftar Warisan Budaya 582 budaya, 149 alam dan 23 properti campuran oleh 128 negara peserta . Konvensi ini adalah yang paling besar peranannya dalam perlindungan benda budaya dunia.

B. Saran