Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan

penyelenggaraan program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan. OJK bertugas untuk mengatur dan mengawasi semua kegiatann yang berhubungan dengan jasa keuangan di sektor berbankan. Diharapkan dengan adanya pengawasan yang serius dari OJK tersebut, tidak ada lagi penyelewengan pada jasa keuangan di sektor perbankan. Selain bertugas untuk mengawasi jasa keuangan di sektor perbankan, tugas lain yang tidak kalah penting yang harus diemban oleh OJK adalah melakukan pengawasan pada kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal. Pengawasan lain yang juga merupakan tanggung jawab dari OJK adalah pengawasan pada lembaga peransuransian, lembaga pembiayaan, lembaga dana pensiun, dan jasa keuangan lain. 41 Dalam melaksanakan kewenangan pengawasannya, OJK bertanggung jawab kepada publik melalui DPR sebagai reprentatif atau perwakilan publik. Berdasarkan UU OJK, OJK dibekali kewenangan pemeriksaan dan penyidikan, baik secara rutin maupun insidentil, onside maupun offside. 42

B. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan OJK adalah lembaga yang melaksanakan tugas pengawasan sektor jasa keuangan secara terintegrasi. Untuk beroperasi sebagai lembaga pengawas yang terintegrasi, Otoritas Jasa Keuangan perlu memastikan bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsinya dilakukan secara terpadu. Di Indonesia, tugas tersebut menjadi tanggung jawab Dewan Komisioner OJK yang 41 http:azarasidi.blogspot.com201310peran-ojk-dalam-pengaturan-keuangan.html diakses tgl 3 Juni 2016. 42 http:www.pulausumbawanews.comdaerahojk-berwenang-ciptakan-investasi- yangkondusif diakses tgl 3 Juni 2016. Universitas Sumatera Utara memastikan bahwa ketentuan tertentu perlu diharmonisasi dan ketentuan yang tetap dibiarkan berbeda untuk mengakomodir perbedaan karakteristik indutri keuangan. Terintegrasinya peraturan juga penting dalam kaitannya terpisahnya antara pengawasan microprudential dan pengawasan macroprudential sebagaimana yang diatur Pasal 7 UU OJK. Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan tidak memberikan definisi tentang pengawasan microprudential ataupun definisi tentang pengawasan macroprudential. Undang-Undang OJK hanya menetapkan bahwa pengawasan microprudential difokuskan pada kesehatan individu Bank dengan melakukan analisis kesehatan neraca Bank, khususnya terkait dengan kecukupan modal dalam menghadapi siklus usaha. Tujuan pengawasan microprudential adalah melindungi nasabah dan menurunkan ancaman efek menular kebangkrutan Bank terhadap perekonomian. Lingkup pengawasan microprudential yang dialihkan ke OJK mulai 1 Januari 2014 adalah tugas pengaturan dan pengawasan Perbankan yang meliputi hal-hal berikut: 1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan Bank yang meliputi: a. Perizinan untuk pendirian Bank, pembukaan kantor Bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan, dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi Bank, serta pencabutan izin usaha Bank. b. Kegiatan usaha Bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa. 2. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan Bank yang meliputi : Universitas Sumatera Utara a. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan Bank. b. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank. c. Sistem informasi debitur. d. Pengujian kredit credit testing. e. Standar akuntansi bank. 3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehatihatian Bank, meliputi: a. Manajemen risiko. b. Tata kelola bank. c. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang. d. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan Perbankan 4. Pemeriksaan bank Pasal 7 UU OJK menyatakan bahwa selain lingkup pengawasan diatas, merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia yang disebut sebagai pengaturan dan pengawasan macroprudential. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan macroprudential tersebut peran OJK adalah membantu Bank Indonesia untuk melakukan himbauan moral kepada industri Perbankan. Konsepsi dan transformasi OJK keterikatan antara kebijakan macroprudential dengan kebijakan microprudential yang mana terdapat pada Pasal 39 UU OJK yang menetapkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam membuat peraturan dan pengawasan di bidang Perbankan antara lain : a. Kewajiban pemenuhan modal minimum Bank. Universitas Sumatera Utara b. Sistem informasi Perbankan yang terpadu. c. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing, dan pinjaman komersial luar negeri. d. Produk Perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha Bank lainnya, antara lain kartu kredit, kartu debet, dan internet Banking. e. Penentuan institusi Bank yang masuk kategori systemically important Bank. 43 Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: 44 1. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan; 2. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan 3. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Wewenang OJK secara umum diatur pada Pasal 8 UU OJK, yaitu: 1. Menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini; 2. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; 3. menetapkan peraturan dan keputusan OJK 4. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; 5. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK; 6. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu; 43 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses, Jakarta, Penebar Swadaya Grup, 2014, hal 7 44 Undang-Undang Nomormor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Universitas Sumatera Utara 7. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan; 8. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan 9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan. Undang-Undang OJK mengenal wewenang ini sebagai wewenang pengaturan, sedangkan wewenang pengawasan diatur sebagai berikut: 1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan 2. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; 3. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, danatau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; 4. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan danatau pihak tertentu; Segala kewenangan dari OJK terdapat di Pasal 7 sampai dengan Pasal 9 UU OJK. Kewenangan dari OJK dibagi kedalam tiga bagian yaitu : 45 1. Terkait khusus pengawasan dan pengaturan lembaga jasa keuangan bank yang meliputi : 45 Pasal 7 sampai dengan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Universitas Sumatera Utara a. Perizinan untuk pedirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank. b. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa. c. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; sistem informasi debitur; pengujian kredit credit testing; dan standar akuntansi bank. d. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi: manajemen resiko; tata kelola bank; prinsip mengenala nasabah dan anti pencucian uang; dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan pemeriksaan bank. 2. Terkait pengaturan lembaga jasa keuangan bank dan non-bank yang meliputi: a. menetapkan peraturan dan keputusan OJK; b. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; c. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK; d. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapna perintah tertulis terhadap lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu; Universitas Sumatera Utara e. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada lembaga jasa keuangan; f. menetapkan struktur organisasi dan infrasruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan da kewajiban; g. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan disektor jasa keuangan. 3. Terkait pengawasan lembaga jasa keuangan bank dan non-bank yang meliputi : a. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; b. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala eksekutif; c. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, danatau penunjang keiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan disektor jasa keuangan; d. memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan danatau pihak tertentu; e. melakukan penunjukan pengelola statuter; f. menetapkan penggunaan pengelola statuter; g. menetapkan sanksi administratrif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan disektor jasa keuangan; dan Universitas Sumatera Utara h. memberikan danatau mencabut: izin usaha, izin orang perorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain. Untuk melaksanakan tugas pengawasan tersebut OJK mempunyai wewenang, antara lain : 46 1. Menetapkan kebijakan tugas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan. 2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala Eksekutif. 3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku danatau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagainana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan. 4. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan danatau pihak tertentu. 5. Melakukan penunjukkan pengelolaan staturter 6. Menetapkan penggunaan pengeloan statute 7. Menetapkan sanksi administrative terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

C. Pengaturan Hukum terhadap Pengawasan Pasar Modal dari Bapepam