Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Eksistensi partai politik atau parpol di Indonesia sebagai organisasi politik menunjukkan perkembangan yang kian meningkat baik secara kwalitas dan kwantitas. Selaras dengan perkembangannya, parpol memerlukan sistem yang modern sehingga menghasilkan organisasi politik yang bisa survive dan bertahan dikancah perpolitikan nasional yang kini menjadi prioritas baru diberbagai parpol. Demi tercapainya sebuah hasil yang diinginkan untuk memuaskan kebutuhan akan tetap survive dan bertahan tadi, maka berbagai alternatif pun dihalalkan. Orientasi sebuah parpol ke depan adalah menciptakan icon parpol yang populer untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat, sehingga diharapkan kepada masyarakat untuk memilih kader dari parpol tersebut, apabila ada pemilihan legisliatif. Umumnya dijumpai bahwa sebuah parpol kurang memperhatikan kinerja dan kemampuan yang dimiliki seorang kader. Parpol lebih condong mencari kader yang sudah punya nama dan berpengaruh terlebih utama ketimbang kualitasnya. Tentu saja hal ini sah di mata hukum terkait jelas sekali diatur dalam UUD 1945 dalam pasal 28E yang berbunyi: Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Juga Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pasal 14 poin pertama dan dua menyebutkan bahwa “ Warga negara Indonesia dapat menjadi anggota parpol jika ia sudah atau pernah menikah dan menyetujui AD dan ART”. Universitas Sumatera Utara Fenomena sekarang ini banyak jumpai artis-artis yang diusung oleh Parpol menduduki jabatan sebagai pemimpin daerah seperti Dede Yusuf dan Dedi Mizwar. Disamping itu beberapa nama artis seperti Eko Patrio, Angel Lelga menjadi caleg DPR RI dari PPP, Axel anak dari Ayu Azhari akan mewakili PAN, Ridho Irama akan mewakili PKB, Edo Kondoligit mewakili PDIP, Irwansyah dan Jamal Mirdad akan mewakili Gerindra, Vena Melinda masih mewakili Partai Demokrat 1 Selain itu, ditemukan juga permasalahan kader parpol yang dengan gampangnya berpindah-pindah partai dalam badan politik nasional istilah ini disebut dengan kutu loncat. Hal ini juga menggambarkan tentang pencitraan buruk bagi parpol ditingkat nasional seperti kader partai Golkar Dr. H. Yuddy Chrisnandi yang dulunya menjabat sebagai Ketua Ormas DPP MKGR, 2005- 2010, sekarang telah berpindah ke Partai Hanura dan menjabat sebagai Ketua DPP bidang pemenangan pemilu. . Jika dicermati secara detail bahwasanya peranan pengkaderan parpol saat ini sudah tidak lagi melahirkan kader-kader yang unggul dan berkompeten, kebanyakan dari parpol merekrut kader secara instan. 2 1 Ruhut Sitompul dari partai Golkar ke Demokrat, Dede Yusuf dari PAN ke Demokrat, Ali Mochtar Ngabalin dari PBB ke Golkar, Basuki Tjahaja ahok dari Golkar pindah ke Gerindra. http:politik.kompasiana.com20130526fenomena-artis-menjad i-caleg-partai-politik-jangan- bodohi-rakyat-563170.html di akses pada tanggal 15 november 2013 2 http:www.yiela.comview903401loncatnya-yuddy-ke-hanura-diikuti-beberapa-kader-golkar akses tanggal 15 november 2013 Universitas Sumatera Utara Terjadinya kutu loncat di berbagai partai saat ini baik di parpol Golkar, Demokrat, NasDem, Hanura, PPP dan parpol lainnya menunjukkan lemahnya sistem pengkaderan kepartaian di hampir semua partai politik. Lemahnya sistem perkaderan ini terjadi karena partai yang ada masih mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan ketika ada pemilihan umum atau pemilihan ketua partai dalam maraih jabatan kepemimpinan sehingga terbentuk sebuah faksi politik didalamnya. Yang menang akan mengganti seluruh pengurus yang kalah meski yang bersangkutan berpengalaman namun karena berbeda dukungan membuat seluruh komponen harus dirombak demi menghindari konflik yang berakhir pada kudeta. Orang yang kemudian didepak dalam kepengurusan berada di pinggiran membuat dirinya menjadi tidak punya lagi kewenangan.Dengan kondisi demikian pihak yang terdepak hanya memilih diam karena lemah, melawan karena seimbang atau harus loncat ke partai lainnya. Jika kebetulan partai lain menawarkan posisi strategis maka secara otomatis akan memilih lompat dari pada tinggal dikandang sendiri namun pada akhirnya terkerdilkan sebab tak ada posisi dan kewenangan yang jelas. Loncat dari partai yang lain merupakan bentuk pertahanan diri dari serangan, kehancuran dan kekalahan. Jika seseorang diserang dan merasa terancam dengan serangan tersebut maka dia akan meninggalkan kondisi itu dengan mencari suasana baru. Pindahnya seseorang ke partai lain juga banyak disesbabkan karena partainya sudah tidak lagi menggembirakan untuk konteks yang lebih besar dari pada hancur maka lebih baik mencari partai baru. Universitas Sumatera Utara Fenomena kutu loncat terjadi disebabkan kader- kader di suatu partai tidak memiliki ideologi jelas. Partai tanpa kejelasan ideologi dalam proses pembentukan kader secara otomatis tidak memiliki tanggung jawab kepartaian, tanggung jawab moral sehingga perjuangannya hanya untuk memenangkan kepentingannya. Jika kepentingan di partainya tidak terjawab maka terpaksa memilih partai lainnya. Proses rekrutmen dan pola kaderisasi partai sangat lemah, hampir semua partai politik tidak memiliki sistem rekrutmen calon legislatif dan para pengurusnya, hanya karena terkenal, artis yang bisa mendulang suara maka seseorang sudah bisa masuk ke dalam partai tersebut padahal kebiasaan seperti ini akan merusak tatanan dan urusan perkaderan dan rekrutmen partai. Partai tidak lagi memiliki standar rekrutmen dalam menggaet kader dengan tetap mengedepankan proses, tidak bisa sekedar seseorang masuk tanpa melalui perkaderan dan tahapan yang jelas. Perkaderan di suatu partai terjadi secara instan, seseorang bisa masuk menjadi caleg, bupati hanya karena popolaritas, ketokohan dan kedekatan dengan pimpinan partai padahal itu sudah tidak sejalan dengan urusan dasar perkaderan.Perkaderan di suatu partai harus menjadi dasar bahwa semua calon anggota dewan harus melewati fase kepengurusan, fase perjuangan di partai, fase pendidikan di partai agar jika terpilih benar-benar bisa bertanggungjawab ke partai dan bangsa. Universitas Sumatera Utara Kutu loncat di partai hanya bisa di atasi jika ada sistem perkaderan di setiap partai dengan menerapkan proses ideologisasi, kemudian di setiap partai harus ada tahapan perkaderan sehingga kader- kadernya terbentuk secara mental dan intelektual untuk bertanggungjawab ke rakyat. Sehingga para kader-kader yang berpindah ke partai lain tidak menunjukkan sikap loyalitas, militansinya kepada partai sesuai dengan apa yang diungkapakan oleh Niccolò Machiavelli dalam buku the prince Sang Penguasa “menjelaskan bahwasanya manusia bersifat pragmatis dan melakukan tindakan hanya berdasarkan kepentingan saja.” Partai politik hadir di tengah-tengah masyarakat bertujuan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah ikut serta dalam pemilihan umum.Partai politik agar memperoleh eksistensi dalam sistem politik, partai politik harus bersaing dalam pemilihan umum untuk memperoleh suara dari masyarakat dan mendapat kursi di parlemen. Rekruitmen politik atau representasi politik memegang peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Karena proses ini menentukan orang-orang yang akan menjalankan fungsi-fungsi sistem politik negara itu melalui lembaga- lembaga yang ada. Oleh karena itu, tercapai tidaknya tujuan suatu sistem politik yang baik tergantung pada kualitas rekruitmen politik. Kehadiran suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai tersebut melaksanakan fungsinya. Universitas Sumatera Utara Salah satu fungsi yang terpenting yang dimiliki partai politik adalah fungsi rekruitmen politik. Partai Golongan Karya Partai Golkar, sebelumnya bernama Golongan Karya Golkar dan Sekretariat Bersama Golongan Karya Sekber Golkar, adalah sebuah partai politik di Indonesia. Berdirinya Sekber GOLKAR pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik. Dalam perkembangannya, Sekber GOLKAR berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu. Dalam Pemilu 1971, salah satu pesertanya adalah Golongan Karya yang tampil sebagai pemenang sampai dengan tahun 1998. Setelah pemerintahan Soeharto selesai dan reformasi bergulir, proses demokratisasi di Indonesia pasca orde baru telah menghasilkan desain sistem politik yang sangat berbeda secara signifikan dengan desain yang dianut selama masa orde baru. Reformasi prosedural dan kelembagaan yang walau dilakukan secara bertahap, telah mengubah landasan berpolitik secara sangat radikal, sehingga Akbar Tandjung yang terpilih sebagai ketua umum di era itu kemudian mati-matian mempertahankan partai tersebut. Di bawah kepemimpinan Akbar, Golkar berubah wujud menjadi Partai Golkar. Saat itu Golkar juga mengusung citra sebagai Golkar baru.Upaya Akbar Tandjung tak sia-sia, dia berhasil mempertahankan Golkar dari serangan eksternal dan krisis citra. Universitas Sumatera Utara Pada Munas VII Partai Golkar yang dianggap sebagai Munas paling panas dalam sejarah perjalanan Golkar terjadi pertarungan memperebutkan posisi Ketua Umum setidaknya melibatkan tiga kelompok besar, yaitu kelompok struktural, kelompok tradisional dan kelompok saudagar. Kelompok stuktural terdiri dari jajaran pengurus DPP Partai Golkar di bawah kepemimpinan Akbar Tanjung, Kelompok tradisional terdiri dari atas beberapa Ormas pendiri Golkar, khususnya SOKSI dan Kosgoro yang memberikan dukungan kepada Wiranto. Sedangkan kelompok Saudagar, yang diwakili oleh Surya Paloh, kemudian berkoalisi mendukung Jusuf Kalla.Kelompok ini memiliki modal financial yang paling besar dalam menggalang dukungan, selain Surya Paloh dan Jusuf Kalla, beberapa aktor penting pendukung koalisi ini adalah Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Muladi, Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan Ginanjar Kartasasmitha. Pada Munas ini terpilih Jusuf Kalla menjadi Ketua Umum Partai Golkar. 3 1. Perubahan “Tri Sukses” menjadi “Catur Sukses” dengan menempatkan secara khusus program perkaderan sebagai salah satu “sukses” yang harus diraih dalam program “Catur Sukses”. Ini berarti, Dalam Munas VIII di Pekanbaru, Aburizal Bakrie terpilih sebagai ketua umum menggantikan Jusuf Kalla. Pada masa kepemimpinan Abu Rizal Bakrie partai Golkar fokus pada masalah kaderisasi sesuai dengan hasil Rapimnas tanggal 17-19 Oktober 2010. Setidaknya, ada tiga indikator keseriusan Partai GOLKAR di bidang kaderisasi : 3 Tandjung,Akabar2007. The Golkar Way hal 302-303. Jakarta: Gramedia. Universitas Sumatera Utara sukses kaderisasi tidak lagi menjadi subordinasi Sukses Konsolidasi, sebagaimana yang dianut selama ini. 2. Dalam struktur kepengurusan Partai GOLKAR, mulai tingkat pusat hingga desakelurahan dan organisasi sayap pemuda dan perempuan, terdapat seorang ketua yang secara khusus membidangi kaderisasi dan keanggotaan. 3. Rapimnas I tahun 2010 telah menetapkan “Tahun 2011 sebagai Tahun Kaderisasi”. 4 Refleksi Perkaderan Pemilu 1999 dengan multi-party system merupakan Pemilu I setelah pemerintahan Orde Baru tumbang tahun 1998. Pelajaran penting dari Pemilu 1999, Partai GOLKAR mengalami proses kristalisasi dan secara alamiah menyeleksi kader – kadernya yang setia dan militan. Sistem perkaderan Partai GOLKAR dan kekuasaan yang dimiliki selama 30 tahun, ternyata tidak melahirkan kebanggaan bagi kader – kadernya dan gagal melahirkan kader – kader tangguh dengan loyalitas, kemampuan dan daya tahan tinggi menghadapi tekanan dan situasi yang mencekam dan begitu cepat berubah. Jika Partai GOLKAR kehilangan suara lebih dari 300 persen pada Pemilu 1999, merupakan indikasi cukup kuat bahwa sistem apapun yang ada di Partai GOLKAR selama puluhan tahun, tidak mampu mengikat anggota dan kadernya secara kelembagaan dan ideologis. 4 http:golkarsumutinnews.blogspot.com akses tanggal 15 November 2013 Universitas Sumatera Utara Kesalahan sistem perkaderan Partai GOLKAR selama ini karena Partai GOLKAR sangat memanjakan para kadernya dengan materi, jabatan dan kekuasaan. Situasi seperti ini hanya melahirkan kader – kader pragmatis. Jika tidak mendapatkan yang diinginkannya, mereka mencari – cari alasan menyalahkan Partai GOLKAR, bahkan pindah ke partai lain. Hal ini terjadi sampai sekarang, misalnya di sejumlah Pilkada dan pemilu legislatif yang lalu. Selain itu, target perkaderan Partai GOLKAR tidak jelas dan ambigu, pelaksanaannya tidak efektif dan tidak maksimal. Kegiatan perkaderan dianggap sebagai rutinitas-konstitusional. Yang penting sudah dilaksanakan. Jadi, sistem perkaderan Partai GOLKAR sangat longgar dan lemah, terutama secara ideologis. Ada sejumlah gejala yang bisa menggambarkan lemahnya sistem perkaderan Partai GOLKAR dan inilah wajah perkaderan Partai GOLKAR sesungguhnya : a. Siklus perkaderan tidak jelas. Kurikulum, silabus dan target out-put perkaderan yang achemestry dengan kebutuhan jangka panjang partai. b. Sistem perkaderan Partai GOLKAR tidak berorientasi pada tujuan by obyective, tapi sekedar mengejar target jumlah orang yang ikut perkaderan by process. Perkaderan yang berorientasi pada proses, sifatnya sangat pragmatis, kuantitatif dan tidak memiliki nilai strategis-ideologis. c. Keterbatasan sumber daya manusia di bidang perkaderan. Orang – orang yang dilibatkan dalam kegiatan perkaderan Korbid, LPK, Universitas Sumatera Utara instrukturpenceramah tidak dalam kapasitas dan kompetensi yang tepat. d. Tidak ada standar keinstrukturan dan standar kualitatif-ideologis bagi instruktur, in-put dan out-put perkaderan Partai GOLKAR. e. Tidak ada proporsionalitas bagi peserta pendidikan kader. Tiap orang bisa mengikuti perkaderan, tidak perduli di jenjang perkaderan seperti apa dan untuk kualifikasi anggota seperti apa. Acap terjadi, seseorang yang belum pernah ikut Diklat, tiba – tiba mengikuti Diklat Karsinal provinsi bahkan nasional. Yang lebih parah, orang yang baru beberapa saat menjadi anggota Partai GOLKAR dan belum pernah ikut Diklat, tiba tiba menjadi peserta Diklat Instruktur. f. Tidak maksimalnya peran kelembagaan dalam pengelolaan perkaderan, tidak adanya standar evaluasi, monitoring dan tindaklanjut aktifitas perkaderan, tidak ada konsistensi dalam penugasan kader di jabatan – jabatan politis – strategis, seperti kepala daerah dan anggota legislatif. g. Tidak ada konsistensi pelaksanaan standar pendayagunaan potensi kader. Banyak anggota yang tidak pernah mengikuti perkaderan, tiba – tiba bisa menjadi pengurus harian di partai dan duduk di legislatif. Yang lebih parah, kemarin terdaftar sebagai pemimpin sebuah partai, tapi hari ini malah menjadi pimpinan di Bidang Pemenangan Pemilu Partai GOLKAR. Terlalu murah harga kualifikasi kader dan jabatan – Universitas Sumatera Utara jabatan di Partai GOLKAR bagi orang – orang yang punya duit dan kekuasaan. h. Materi kegolkaran mata pelajaran dan waktu yang digunakan di setiap jenjang dan bentuk perkaderan ternyata porsinya sangat kecil, sementara materi dan waktu yang digunakan tidak sama. Bagi partai sebesar dan setua Partai GOLKAR, dengan porsi mata pelajaran kegolkaran yang sangat minim, sangat tidak relevan dengan situasi dan kebutuhan partai ke depan. Apa yang bisa dieksplor oleh para kader di desa, kecamatan dan kabupatenkota jika dalam pendidikan mereka hanya mendapat dua sesi kegolkaran selama 90 menit, atau Diklat Karsinal Provinsi yang hanya punya tiga sesi kegolkaran, masing – masing 60 menit Pedoman Perkaderan 1998 – 2004 dan 2004 – 2009. Sebagai sebuah Partai nasional, Struktur organisasi Partai Golkar mengikuti struktur pemerintahan yang ada di Indonesia yang memilki tingkatan dari pusat sampai tingkat daerah begitupun dengan partai Golkar juga memilki tingkatan yang sama. Hanya saja pada partai Golkar untuk tingkat pusat disebut dengan Dewan Pimpinan Pusat DPP, daerah tingkat I atau Propinsi disebut Dewan Piempinan Daerah I DPD I, daerah tingkat II atau KabupatenKotamadya disebut Dewan Pimpinan Daerah II DPD II. Salah satu perwakilan partai Golkar di daerah adalah Dewan Pimpinan Daerah I DPD I Partai Golkar Sumatera Utara. DPD I Golkar Sumut menaungi beberapa DPD II Partai Golkar seperti DPD II Partai Golkar Tebing Tinggi, DPD Universitas Sumatera Utara II Partai Golkar Pematangsiantar, DPD II Partai Golkar Simalungun dan beberapa daerah tingkat II lainnya. Partai Golongan Karya Pematangsiantar yang saat ini dipimpin oleh ketua yang bernama Mangatas Silalahi, SE. Sekretaris partai dipegang Syaiful Amin Lubis, ST. Sedangkan Lembaga Pengelola Kaderisasi LPK Golkar Pematangsiantar periode 2011-2015, dengan Ketua Marli Suryatama.Partai Golkar di bawah kepemimpinan Mangatas Silalahi lebih memfokuskan pada permasalahan pengkaderan partai. Walaupun partai ini memiliki banyak kader dan juga simpatisan, tidak membuat partai lupa akan fungsi nya yaitu rekruitmen kader partai. Dia juga meminta kepada para pengurus agar tampil baik di tengah- tengah masyarakat, termasuk untuk menjaga citra Partai Golkar. Lanjutnya, dengan revitalisasi itu dapat meningkatkan intensitas pengurus, khususnya pengurus harian. Dalam harian metro siantar ketua pernah mengucapkan “Saya meminta loyalitas penuh dari seluruh pengurus, karena tanpa kerjasama dan solidaritas yang baik, partai tidak akan menang, begitu juga sebaliknya. Sehingga target 30 persen dapat tercapai pada Pemilu 2014 mendatang. Saya Yakin, para pengurus dapat melahirkan semangat baru dan memupuk rasa kebersamaan,”. 5 Mangatas juga berharap, seluruh pengurus DPD II PG Siantar, termasuk pengurus kecamatan, kelurahan, dan organisasi pendukung, seperti SOKSI, 5 http:www.metrosiantar.com2012partai-golkar-siantar akses tanggal 15 November 2013 Universitas Sumatera Utara MKGR, Kosgoro dan sebagainya, termasuk para kader agar melakukan kerjasama yang baik, sehingga dapat bersinergis untuk memaksimalkan kinerja PG dalam rangka pemenangan Pemilu 2014. “Yang terpenting, seluruh kader PG harus berprilaku simpatik dan santun untuk merebut simpati masyarakat di Kota Pematangsiantar. Termasuk peka terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat,” sebutnya. Mangatas juga yakin dan percaya, PG akan keluar menjadi pemenang pada 2014 di Kota Pematangsiantar. Dalam rapat pleno diperluas tersebut, Sekretaris DPD II Partai Golkar, Syaiful Amin Lubis ST menyampaikan perlunya revitalisasi itu mengingat kepengurusan yang sudah berjalan dua tahun, ada hambatan dalam mengkonsolidasikan pengurus, khususnya para Wakil Ketua, dan pengurus harian. Menurut Syaiful Amin Lubis ST, Ketua DPD II PG berkeinginan ‘mesin’ PG di Siantar dapat berjalan sesuai dengan hasil Musyawarah Nasional Munas beberapa waktu lalu di Pekan Baru, Riau. “PG merupakan partai modern, dengan menerapkan sistem matrik, dimana berfungsinya tugas-tugas wakil ketua yang ada di kepengurusan.Kita berharap, revitalisasi ini menciptakan kepengurusan yang kuat dalam bekerja membantu Ketua DPD II,” ucapnya. Syaiful menambahkan, ke depan program atau agenda PG akan direferensikan sesuai tugas dan fungsi para wakil ketua. Hal ini sesuai dengan tujuan revitalisasi untuk lebih memberdayakan para wakil ketua. Dalam revitalisasi kepengurusan DPD II PG Pematangsiantar ini, ada sejumlah pengurus Universitas Sumatera Utara baru, baik di posisi wakil ketua, wakil sekretaris, wakil bendahara, ketua bagian, dan anggota. 6 Akan tetapi dinamika sebuah partai tidaklah semulus dengan prediksi seseorang yang berdiri di dunia impian, harapan dari seorang pemimpin pastilah menjalankan partai dengan kenyamanan bukan dengan segala kekisruhan yang terjadi,seperti Musyawarah Daerah DPD Tingkat II Partai Golkar Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, berlangsung ricuh. Kekesalan itu dilampiaskan dengan membanting kursi di ruangan rapat.Suasana nyaris kisruh sehingga jalannya musda terpaksa dihentikan panitia. 7 6 Kekesalan seorang kader partai tidaklah semestinya dengan membuat kerisuhan dengan membantingkan kursi, tindakan ini bukanlah mencerminkan gambaran seorang kader yang sudah menjalani basic training yang panjang tentunya. Dan sering terjadi keributan ketika masa pencalonan calon legislative dimana kader partai yang loyal dan bertanggung jawab selama beberapa tahun di kesampingkan dan digantikan dengan kader-kader instan seperti terjadi di daerah Simalungun, terjadi konflik antara ketua kecamatan dengan ketua Golkar, dugaan adanya intrik suap dan menyuap sehingga kader Golkar yang pantas dan layak di buang dari bakal calon legislative. http:www.metrosiantar.com2012partai-golkar-siantar-revitalisasi-kepengurusan akses tanggal 15 November 2013 7 http:www.yiela.comview902880musda-golkar-pematang-siantar-kisruh akses pada tanggal 15 November 2013 Universitas Sumatera Utara Menurutnya, pernyataan tersebut dianggap mencederai Partai Golkar seutuhnya. Sebab selama ini, partai berlambang pohon beringin itu memiliki visi Catur Sukses Golkar, meliputi konsolidasi, kaderisasi untuk mencari simpatisan sebanyak-banyaknya, kekaryaan berbuat untuk daerahnya masing-masing pada kepentingan masyarakat luas dan menyukseskan pemilu 2014. “Dengan pernyataan Janter yang menginginkan agar saya keluar, merupakan fenomena buruk partai karena visi kaderisasi ini telah gagal.Berarti Janter sudah mencederai Golkar. Soalnya dia meminta saya pindah partai, sementara Golkar, sesuai visinya, ingin terus menambah kader. 8 Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Dari persoalan yang di diskripsi oleh Partai Golkar Pematangsiantar, maka permasalahan pengkaderan ini boleh dilakukan penelitian sebagai salah satu syarat untuk menempuh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

1.2. Tinjauan Pustaka