75
4.3.1.1. Atap
Atap Gereja katolik ini mengadaptasi atap rumah adat dengan atap bertingkat dua dilengkapi dengan menara anjung-anjung, rumah adat bermuka 4
atau lebih. Ujung atap pada rumah adat adalah tanduk kerbau dimana pada jaman dahulu masyarakat karo belum mempunyai keyakinan maka dari itu masyarakat
karo masih menyembah berhala dan menyebah roh nenek moyang mereka. Dengan berkembangnya jaman dan penyebaran agama di Kabupaten Karo salah
satu agama masyarakat karo adalah Kristen Protestan dan Katolik. Maka dari itu atap pada gereja katolik ini di ujung atap berikan Salib dimana di dunia paing atas
ada Tuhan. Material atap pada gereja katolik ini menggunakan atap genteng, sedangkan pada rumah adat material yang digunakan adalah ijuk.
Penggunaan genteng sebagai bahan penutup atap akan sangat efisien karena genteng memiliki kadar penyerapan tinggi sekitar 60-70. Sehingga
disekeliling bangunan sedikit terjadi pemantulan panas Pada jaman sekarang
penggunaan atap ijuk mahal dan pengerjaan nya lama.
Gambar 4.11 Penggunaan atap Rumah sianjung-anjung adalah rumah bermuka empat atau lebih,
yang dapat juga terdiri atas satu atau dua tersek dan diberi tanduk Sumber: Dokumentasi Pribadi
76
4.3.1.2. Dinding
Pada gereja ini dinding yang digunakan mengadaptasi dari rumah siwaluh jabu yang memiliki kemiringan. Material yang digunakan adalah batu bata
berbeda dengan rumah adat karo yang biasanya menggunakan kayupapan.
Gambar 4.12 Dinding Gereja Katolik Inkulturatif St. Fransiskus Assisi yang beradaptasi dengan
Budaya Karo Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.3.1.3. Lantai
Lantai yang digunakan adalah lantai keramik, yang dimulai dari entrance yang menggunakan tangga sebagai elevasi. Tangga merupakan adaptasi dari
rumah adat karo yang pada setiap entrance menggunakan tangga.
77
Gambar 4.13 Elevasi Lantai Dari Muka Tanah Pada Gereja Katolik Inkulturatif St. Fransiskus
Assisi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.14 Lantai bagian dalam Gereja Katolik Inkulturatif St. Fransiskus Assisi menggunakan
lantai keramik Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pada gambar 4.13 terlihat bahwa lantai yang digunakan adalah material keramik dan pada bagian altar juga menggunakan tangga sebagai elevasi. Untuk
bahan penutup lantai biasanya menggunakan lantai kayu pada rumah adat karo, sedangkan pada gereja ini menggunakan penutup lantai yang umum.
4.3.1.4. Kolom