55
untuk analisis dan perbandingan untuk fenomena-fenomena seni. Kedua, Tipologi terapan yang bertujuan klasifikasi dengan tipe-tipe fungsional yang memberikan
metode analisis dari fenomena-fenomena yang membentuk suatu keseluruhan. Dari tipologi arsitektur dan tipologi bangunan juga menjelaskan kegiatan
pengelompokan suatu karya arsitektur dan diciptakan oleh masyarakat itu sendiri dan juga penyelidikan tentang elemen-elemen yang memungkinkan untuk
mencapai klasifikasi arsitektur melalui tipe-tipe bangunan tersebut.
2.6. Wujud Arsitektur
Pengertian wujud menurut Hendraningsih, dkk 1982:9, wujud merupakan unit yang mempunyai unsur garis, lapisan, volume, tekstur dan warna.
Kombinasi keseluruhan unsur tersebut, menghasilkan suatu ekspresi. Wujud dalam arsitektur selalu dirangkai dengan kata bangunan menjadi istilah wujud
bangunan. Menurut Habraken 1988:5 ada 3 cara mengelompokkan wujud arsitektur,
antara lain : a.
Sistem spasial spasial sistem, yaitu berkaitan dengan denah yang meliputi bentuk denah, organisasi ruang, orientasi dan hirarki ruang.
b. Sistem fisik physical sistem, yaitu yang kaitannya dengan
penggunaan material-material elemen-elemen konstruksi penyususn bangunan seperti atap, dinding, lantai termasuk kolom yang digunakan
dalam mewujudkan suatu fisik bangunan.
56
c. Sistem model tampilan stylic sistem, yaitu suatu yang berkaitan
dengan tampak depanfasad yang meliputi pintu dan jendela termsuk ventilasi serta ragam hias.
Dengan tiga cara tersebut dapat dilihat wujud arsitektur dengan mengelompokkan sesuai dengan tipe.
57
2.7. Kerangka Teori
Berikut ini merupakan kerangka teori dari kajian pustaka yang telah diambil.
Tabel 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Penulis, 2016
Tipologi Nurfansyah, 2012
Budaya Karo Erdansyah, 2011
Arsitektur Gereja Thomas 1994 dalam
Laurens 2013 Arsitektur Karo
Achim Sibeth 1991 dalam Erdansyah 2011
Wujud Arsitektur Habraken, 1988
Adaptasi Budaya Karo Terhadap Tipologi Gereja Katolik
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari ujung Utara sampai Selatan dan Timur sampai ke Barat baik kebudayaan asli dari
bangsa Indonesia itu sendiri yang tidak dapat dihitung jumlahnya maupun kebudayaan yang sudah mengalami proses percampuran dengan kebudayaan yang
datang dari luar Indonesia. Kebudayaan itu sendiri terdiri dari adat istiadat, kebiasaan, bahasa, pakaian, bangunan, dan karya seni. Semua bentuk kebudayaan
itu apat dirasakan oleh indera-indera yang dimiliki oleh manusia. Sari 2013, Setiap suku memiliki ciri khas masing-masing yang
membedakannya dengan suku yang lain. Ciri khas inilah yang akan membentuk identitas suatu suku bangsa. Identitas tersebut tampak dari budaya yang dimiliki
baik yang dapat dilihat secara nyata maupun yang tidak nyata. Pada hakikatnya semua suku bangsa berupaya untuk melestarikan dan mempertahankan
kebudayaanya. Hal ini terlihat dari masyarakat yang masih menggunakan bahasa khasnya masing-masing sebagai alat komunikasi pada kegiatan mereka sehari-
hari, baik kegiatan adat maupun keagamaan. Badan pusat Statistik BPS Republik Indonesia pada tahun 2000,
menyatakan Indonesia memiliki 1.128 Suku Bangsa. Bisa dikatakan bahwa Indonesia salah satu Negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat
heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok suku