94
Gambar 4.39 Ornamen Pengretret Di Gereja
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.38 dan 4.39 menunjukkan ornamen yang diadaptasi dari rumah Siwaluh Jabu. Jika pada Gereja Katolik Inkulturatif St. Fransiskus Assisi
mengadaptasi semua bagian ornamen dan ditambah dengan oramen khas gereja maka lain halnya dengan gereja ini. Gereja ini tidak menambahkan ornamen yang
terkesan religi seperti malaikat tetapi hanya menambahkan salib pada bagian atas atap.
4.4.5. Adaptasi Tipologi Gereja Berdasarkan Proporsi Fasad
Proporsi fasad pada ketiga gereja ini sama yaitu simetris. Pada rumah Siwaluh Jabu fasad bangunan tersebut juga simetris.
Gambar 4.40 Fasad Gereja Katolik Inkulturatif St. Fransiskus Assisi yang simetris
Sumber: Analisa Penulis
95
Gambar 4.41 Fasad Gereja Katolik Santa Perawan Maria
Sumber: Analisa Penulis
Gereja Katolik Santa Perawan Maria memiliki proporsi fasad yang simetris dan pada bagian kanan fasad terlihat menara sebagai tempat lonceng.
Gambar 3.42 Fasad Gereja Katolik St. Yohannes Don Bosco
Sumber: Analisa Penulis
96
Pada gambar 3.42 terlihat bahwa fasad yang dimiliki gereja ini juga simetris sama halnya dengan fasad pada rumah Siwaluh Jabu. Kesamaan fasad
yang simetris dikarenakan adanya adaptasi pada gereja ini. Pada tabel di bawah ini di jelaskan sistem modeltampilan pada masing-
masing gereja.
Tabel 4.3 Sistem ModelTampilan Pada Gereja
Sistem ModelTampilan
Elemen ModelTampilan
Gambar Keterangan
Gereja Katolik Inkulturatif St.
Fransiskus
Assisi Pintu
Tidak beradaptasi
Jendela dan Ventilasi
Beradaptasi
Ornamen Beradaptasi
97
Proporsi Fasad Fasad
simetris
Gereja Katolik Santa Perawan
Maria
Pintu Tidak
beradaptasi
Jendela dan Ventilasi
Tidak beradaptasi
Ornamen Beradaptasi
Tabel 4.3, sambungan
98
Proporsi Fasad Fasad
simetris dan pada
bagian kanan di
tambah menara
Gereja Katolik St. Yohannes
Don Bosco
Pintu Tidak
beradaptasi
Jendela dan Ventilasi
Tidak beradaptasi
Ornamen Beradaptasi
Tabel 4.3, sambungan
99
Proporsi Fasad Simetris
Sumber: Analisa Penulis
Tabel 4.3, sambungan
100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa penerapan arsitektur karo pada tipologi gereja yang paling utama adalah bentukan atap yang mengikuti bentuk
atap rumah adat karo kemudian ornamen yang terdapat pada masing-masing gereja juga merupakan adaptasi dari budaya karo. Berikut ini merupakan
penjabaran bagian dari masing-masing yang telah beradaptasi Bentuk denah yang mengadaptasi budaya karo adalah Gereja
Katolik Inkulturatif St. Fransiskus Assisi, Berastagi. Sedangkan pada kedua gereja yang lain menerapkan bentukan denah gereja
pada umumnya Pada bagian atap semua gereja mengadaptasi dari bentukan rumah
Siwaluh Jabu yaitu dengan menggunakan atap sianjung-anjung Pada Gereja Katolik Inkulturatif St. Fransiskus Assisi, Berastagi
dan Gereja Katolik St. Yohannes Don Bosco dinding bangunan mengadaptasi dari rumah siwaluh jabu. Sedangkan Gereja Katolik
Santa Perawan Maria tidak mengadaptasi bentuk dinding tersebut melainkan menggunakan dinding gereja pada umumnya.
Untuk lantai pada ketiga gereja megadaptasi bagian entrance yang menggunakan tangga.