selebihnya dipasarkan kepada perusahaan swasta lainnya yang berada di dalam dan luar negeri.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT.Morawa Electric Transbuana menghasilkan 2 jenis produk transformator yaitu satu phasa dan tiga phasa. Produk dari perusahaan ini
dipasarkan untuk memenuhi permintaan PLN sebagai pasar utamanya. Produk juga dipasarkan ke perusahaan-perusahaan swasta nasional, antara lain PT.Caltex
Pacific Indonesia, PT. SOCI, PT. Aribawana, dan perusahaan lainnya serta kepada rumah sakit dan pusat perbelanjaan yang ada di dalam negeri. Selain itu, produk
juga dipasarkan sapai ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.
2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi PT. Morawa Electric Transbuana
Struktur organisasi perusahaan PT. Morawa Electric Transbuana adalah berbentuk lini. Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan adanya
pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu
secara langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang bergerak vertikal ke bawah dengan pendelegasian yang tegas melalui jenjang hierarki yang
ada. Struktur organisasi PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Presiden Direktur
Direktur Pemasaran
Direktur Pabrik Direktur
KeuanganADM
Kepala QAS
Kepala Design
Kepala Produksi
Kepala Proses Akhir
Kepala Gudang
Kepala Pengujian
Kepala Keuangan
Kepala Personalia
Kepala Bengkel
Kepala Pembelian
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Morawa Electric Transbuana
Dari bagian-bagian yang ada dalam perusahaan, yang bertanggungjawab terhadap permasalahan dalam penelitian mengenai keseimbangan lintasan adalah
bagian produksi, bengkel, dan proses akhir. Ketiga bagian ini yang menangani pengerjaan produk mulai dari awal proses sampai produk selesai dikerjakan.
Bagian bengkel bertanggung jawab terhadap pembuatan casing transformator yang merupakan salah satu komponen dari tranformator.
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing bagian di PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Lampiran 1.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.3.1.Tenaga Kerja
PT. Morawa Electric Transbuana mempunyai tenaga kerja sebanyak 80 orang. Alokasi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana
No Jabatan
Jumlah Orang
1 Presiden Direktur
1 2
Direktur Pemasaran 1
3 Direktur KeuanganADM
1 4
Kepala Pabrik 1
5 Kepala Bagian Pemasaran
1 6
Kepala Bagian Desain 1
7 Kepala Bagian Produksi
1 8
Kepala Bagian Bengkel 1
9 Kepala Bagian Proses Akhir
1 10
Kepala Bagian Gudang 1
11 Kepala Bagian Pengujian
1 12
Kepala Bagian QAS Quality Assurance 1
13 Kepala Bagian Keuangan
1 14
Kepala Bagian Personalia 1
15 Kepala Bagian Pembelian
1 16
Karyawan Seksi Desain 1
17 Karyawan Seksi Perawatan
1 18
Karyawan Seksi Bengkel 16
19 Karyawan Seksi Pengujian Material
3 20
Karyawan Seksi Produksi Inti 1
21 Karyawan Seksi Pemanggangan Inti
1 22
Karyawan Seksi Pengujian Inti 2
23 Karyawan Seksi Pembuatan Kertas Isolasi
1 24
Karyawan Seksi Penggulungan Kumparan 9
25 Karyawan Seksi PerakitanKoneksi
7 26
Karyawan Seksi Pengeringan Trafo 2
27 Karyawan Seksi Finishing
6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT.Morawa Electric Transbuana Lanjutan
No Jabatan
Jumlah Orang
28 Karyawan Seksi Gudang
1 29
Karyawan Seksi Lokal 1
30 Karyawan Seksi Ekspor
1 31
Karyawan Seksi Administrasi 4
32 Karyawan Seksi Keamanan
8
Total 80
Sumber: PT Morawa Electic Transbuana
Berdasarkan penilaian perusahaan, jumlah tenaga kerja yang ada saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Akan tetapi pemanfaatan tenaga kerja
masih belum berjalan maksimal terkhusus pada bagian yang berhubungan dengan produksi sehingga diperlukan kembali pengaturan jumlah tenaga kerja untuk
setiap stasiun kerja secara efektif dan efisien.
2.3.3.2. Jam Kerja
Jam kerja yang ditetapkan oleh PT. Morawa Electric Transbuana adalah 6 hari kerja dalam seminggu Senin-Sabtu. Tetapi ketika perusahaan mendapat
order yang banyak, maka khusus untuk bagian produksi hari kerja ditambah sampai hari minggu. Pembagian jam kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana Hari
Jam Kerja Keterangan
Senin-Kamis 08.30
– 12.00 Kerja
12.00 – 13.00
Istirahat 13.00
– 16.00 Kerja
Jumat 08.30
– 12.00 Kerja
12.00 – 13.30
Istirahat 13.30
– 16.00 Kerja
Sabtu 08.30
– 12.00 Kerja
12.00 – 13.00
Istirahat 13.00
– 15.00 Kerja
Sumber: PT Morawa Electic Transbuana
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan
Sistem pengupahan pada PT. Morawa Electric Transbuana diberikan setiap bulan dengan besar upah berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, pendidikan,
dan prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Adapun perincian komponen dalam pembagian besar upah di PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai
berikut: a. Gaji Pokok
b. Upah Lembur c. Tunjangan kesehatan dan keluarga
d. Insentif kerajinan Selain upah bulanan, ada tunjangan hari raya yang diberikan kepada
karyawan pada saat hari besar keagamaan dan bonus tahunan yang diberikan pada akhir tahun apabila perusahan memperoleh keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Proses Produksi 2.4.1. Bahan
2.4.1.1.Bahan Baku
Bahan baku merupakan semua bahan yang langsung digunakan sebagai bahan dasar dan memiliki komposisi terbesar dalam pembuatan produksi dimana
sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi transformator adalah :
1. Plat Silicon Steel Silicon steel berbentuk lembaran plat yang tergulung berlapis-lapis yang
digunakan untuk membuat inti transformator. Jenis silicon steel yang digunakan adalah Grain Oriented Core HHB atau Z8H produksi Nippon Steel
Jepang dan jenis RG8H produksi Kawasaki Steel Jepang. 2. Kawat Tembaga Cooper Wire
Kawat tembaga yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu: a.
Enameled Copper Wire, kawat berbentuk silinder dengan diameter 1,60 mm untuk gulungan primer.
b. Rectangular Copper Wire, kawat berbentuk persegi untuk gulungan
sekunder dengan ukuran 3,2 x 8 mm. 3. High and Low Voltage Bushing
High and Low Voltage Bushing merupakan bahan yang digunakan untuk tempat mengikat kabel jaringan distribusi listrik dan menghubungkannya ke
dalam rangkaian transformator. Bahan ini diimport dari Cina.
Universitas Sumatera Utara
4. Kertas Isolasi Kertas isolasi digunakan untuk gulungan primer dan koneksi antara kumparan-
kumparan ke tap changer pada sisi primernya. Kertas ini juga berfungsi sebagai pengaman dalam mengisolasi antara kawat-kawat, dari kawat ke tangki
dan kawat ke inti. Kertas ini berasal dari Jepang dalam bentuk gulungan besar untuk ukuran 0,13
– 0,50 mm, sedangkan untuk ukuran 0,80 –1,60 mm dikemas dalam peti.
5. Kertas OD Kertas OD ini berguna untuk memberi celahjarak antara kumparan sekunder
dengan primer sehingga minyak dapat masuk pada celah tersebut dan panas yang timbul akibat adanya rugi-rugi tembaga Cu dapat diatasi.
6. Tap Changer Tap Changer berfungsi sebagai switch otomatis yang berfungsi apabila
transformator mendapat beban lebih terutama saat terkena sambaran petir, dan apabila suhu transformator tinggi.
7. Minyak Minyak yang digunakan adalah jenis Dilla B juga minyak Esso Volta 80 buatan
Amerika Serikat. Minyak ini berfungsi sebagai cairan pendingin agar transformator dapat berfungsi dengan stabil, terutama pada saat berbeban besar
atau terkena sambaran petir. 8. Earth Terminal
Universitas Sumatera Utara
Earth Terminal merupakan instrumen listrik yang dihubungkan langsung dengan kawat yang ditanamkan di dalam tanah.
9. Pressure Terminal Pressure Terminal berfungsi sebagai penghubung transmisi.
10. Thermometer Thermometer merupakan alat yang ditambahkan dalam transformator yang
digunakan untuk mengukur suhu transformator. 11. Besi plat, besi siku, besi UNP, besi plat strip, dan roda besi hasil produksi
dalam negeri, digunakan dalam pembuatan casing transformator.
2.4.1.2. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi tetapi tidak terdapat dalam produk akhir. Bahan ini secara tidak langsung
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah:
1. Gas Nitrogen N
2
. Gas ini digunakan dalam proses pemanggangan inti dan juga dalam proses
pengujian kebocoran tangki transformator. Fungsi gas nitrogen pada saat proses pemanggangan inti adalah :
a. Untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dan inti sehingga
tidak terjadi pekaratan inti. b.
Membantu agar temperatur panas di dalam tungku pemanggangan merata. 2. HCl dan Soda Ash
Universitas Sumatera Utara
HCl dan Soda Ash digunakan untuk membersihkan tangki dari karat.
3. Pasir Kuarsa Pasir kuarsa digunakan untuk menutupi pinggiran panggangan agar gas
nitrogen yang dialirkan tidak keluar dari tungku pemanggangan tersebut. 4. Kayu Meranti
Kayu meranti digunakan untuk menyangga lilitan kumparan trafo agar kedudukannya tetap.
5. Mal Besi Mal besi digunakan sebagai mal untuk menggulung kumparan Silicon Steel
pada saat pembuatan inti trafo. Mal besi ini juga digunakan pada saat pemanggangan inti agar kumparan Silicon Steel dari inti trafo tidak lepas.
2.4.1.3. Bahan Tambahan
Bahan tambahan merupakan bahan yang ditambahkan pada suatu proses produksi dan tampak pada produk akhir. Dalam hal ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu dan nilai dari suatu produk. Bahan tambahan yang digunakan pada proses pembuatan transformator di PT. Morawa Electric Transbuana adalah :
1. Plat Merek Plat merek “Morawa” digunakan untuk menyatakan pabrik yangmemproduksi
transformator. 2. Name plate
Universitas Sumatera Utara
Name plate mencantumkan spesifikasi transformator yang ditempatkan pada tangki transformator.
3. Cotton Band Merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat kumparan pada inti agar
tidak lepas. 4. Hand Hold
Hand Hold berfungsi sebagai pegangan dalam mempermudah pemindahan transformator dan terdiri dari dua pasang pegangan.
5. Kawat Las Kawat las digunakan untuk mengelas tangki trafo dengan kumparan primer dan
kumparan sekunder. 6. Lem
Lem digunakan sebagai perekat kertas isolasi pada lilitan kumparan. 7. Baut dan Mur
Baut dan mur digunakan untuk menghubungkan trafo ke tangki, menutup pressure terminal, menghubungkan oil gauge yang masuk ke dalam tangki, dan
memasang tutup tangki trafo. 8. Cat
Cat digunakan dalam proses pengecatan tangki transformator. 9. Stop kran sebagai tempat pembuangan minyak.
2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk
Universitas Sumatera Utara
PT. Morawa Electric Transbuana memproduksi dua jenis transformator inti core type yaitu transformator satu fasa dan tiga fasa. Untuk spesifikasi
produk transformator satu fasa dapat dilihat pada Tabel 2.3, sedangkan spesifikasi produk transformator tiga fasa dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Phasa Uraian
Spesifikasi Trasformator
Daya Pengenal kVa 5
10 15
25 50
Jumlah Fasa 1
1 1
1 1
Frekuensi Pengenal Hz 50
50 50
50 50
Tegangan Primer kV 20
20 20
20 20
Tegangan Sekunder kV 231462
231462 231462
231462 231462
Arus Beban Nol 2,4
2,3 2
1,6 1,4
Sumber: PT Morawa Electic Transbuana
Tabel 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Phasa Uraian
Spesifikasi Trasformator
Daya Pengenal kVa 100 150 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600
Jumlah Fasa 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 Frekuensi Pengenal Hz
50 50
50 50
50 50
50 50
50 50
50 50
Tegangan Primer kV 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 Tegangan Sekunder kV
0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
0,4 0,4 0,4
0,4 0,4
0,4 Arus Beban Nol
2,3 2,3 2,3 2,1 2
1,9 1,9
1,8 2
2 2
2 Sumber: PT Morawa Electric Transbuana
2.4.3. Uraian Proses Produksi
Urutan proses pembuatan transformator pada PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut :
1. Proses Pemotongan Silikon Silicon Steel Cutting Inti transformator terbuat dari Silicon Steel yang berfungsi untuk memperbesar
fluksi magnet yang timbul bila pada kumparan transformator mengalir arus
Universitas Sumatera Utara
listrik. Silicon Steel di gudang dibawa ke bagian pemotongan dengan menggunakan host crane. Sebelum silicon steel diletakkan di mesin
pemotongan, terlebih dahulu dilakukan set-up terhadap mesin potong dengan cara mengatur jarak pisau potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Penyetelan jarak pisau-pisau ini diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada plat inti yang terbuang. Proses pemotongan inti transformator dilakukan setelah
lembaran tergulung diletakkan pada penyangga mesin peletakan, kemudian mesin dijalankan secara perlahan-lahan dengan cara mengatur putarannya
melalui panel sehingga plat inti dapat ditarik ke meja pemotongan. Selanjutnya mesin dijalankan dan plat yang telah dipotong diletakkan di tempat penyusunan
plat. Hal yang perlu diperhatikan pada proses pemotongan inti harus dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi pengelupasan fosfor yang melapisi inti.
2. Penggulungan Inti Trafo Core Winding Hasil lembaran inti yang telah selesai dipotong dibawa ke penggulungan inti
dengan hoist crane, kemudian digulung dengan mesin gulung dan pada saat penggulungan diukur ketebalannya tiap tingkat dengan jangka sorong. Untuk
menggulung lembaran-lembaran silicon steel yang telah dipotong maka terlebih dahulu dibuat jendela-jendela yang terbuat dari mal besi dengan
ukuran tertentu. Pada transformator model lama, cara menyusun inti ini adalah dengan cara staching inti susun yaitu menyusun lembaran inti satu per satu
keping. Untuk jenis transformator dengan daya tertentu, dapat digunakan dengan cara penggulungan wound core inti gulung dimana dapat diterapkan
Universitas Sumatera Utara
untuk transformator dengan daya nominal kecil. Wound core memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan cara staching yaitu:
a. Rugi-rugi inti kecil untuk rapat fluksi yang sama, berarti terjadi
penghematan dalam penggunaan inti transformator. b.
Arus penguatan exciting current adalah sangat kecil, karena kecilnya celah udara air gap.
c. Tingkat kebisingan noise level rendah.Waktu yang dibutuhkan untuk
proses ini lebih cepat. d.
Jumlah plat yang terbuang lebih sedikit. Dengan pemakaian inti transformator yang lebih kecil, berarti dimensi
transformator akan menjadi lebih kecil, pemakaian komponen-komponen bahan yang lain juga akan sedikit sehingga memberikan suatu penghematan.
Kerugian dari cara wound core ini adalah dapat terjadi kerusakan pada beliran terbakar, dan jika demikian maka seluruh transformator akan diangkat dan
diperbaiki di pabrik. Pada penggulungan inti trafo dengan cara staching inti susun, apabila terjadi kerusakan, maka cukup dengan membuka intinya dan
mengeluarkan lilitannya
untuk diganti.
Penggulungan inti
harus memperhatikan tegangan tarik tensile strength agar tidak terlalu besar, untuk
menghindari kerusakan lapisan fosfor yang dapat menyebabkan rugi-rugi inti bertambah besar.
3. Proses Annealing Silicon steel dibawa ke bagian annealing dengan menggunakan hoist crane,
kemudian silicon steel tersebut siap untuk dipanaskan dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
tungku pemanas annealing furnace yang menggunakan energi listrik. Proses annealing ini berguna untuk:
a. Memperbaiki karakteristik inti yaitu memperkecil rugi-rugi inti.
b. Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti transformator, sehingga pada
saat inti dikeluarkan bentuknya tidak mengalami perubahan. Temperatur yang diperlukan untuk annealing inti diatur melalui panel kontrol
yang diatur mengatur tegangan dan arus yang akan diberikan ke elemen pada tungku pemanas. Pada panel tersebut thermocouple yang dihubungkan dengan
relay temperature dengan range 0-1200
o
C, relay ini berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan tungku pemanas dari sumber tegangan
sehingga dapat membatasi temperatur yang diinginkan yaitu 840
o
C. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali proses annealing yaitu 24 jam dengan kapasitas
satu tungku sebanyak 7 unit. Uraian proses annealing inti transformator adalah sebagai berikut:
a. Inti Silicon steel disusun pada bagian dasar tungku yang diberi pasir dan
besi. b.
Inti yang telah disusun ditutup dengan penutup pertama dan dilanjutkan dengan penutup kedua. Pada penutup kedua terdapat elemen-elemen
pemanas yang menggunakan listrik. c.
Gas N
2
dialirkan dengan tekanan 0,1 kgcm selama 30 menit. d.
Arus listrik dialirkan ke dalam tungku melalui heater dengan tegangan 160 volt, sampai temperatur mencapai 300
o
C, sementara N
2
tetap dialirkan dengan tekanan yang sama.
Universitas Sumatera Utara
e. Pindahkan switch ke 220 volt hingga temperatur mencapai 600
o
C dengan tekanan tetap.
f. Tegangan tetap dipertahankan 220 volt hingga temperatur mencapai 830
o
C selama 4 jam. Setelah itu sumber listrik diputus dan gas N
2
tetap dialirkan hingga proses annealing selesai.
g. Temperatur dibiarkan turun secara perlahan hingga mencapai suhu 500
o
C dan kemudian penutup luar pemanggang diangkat setinggi 30 cm dari dasar
pemanggangan untuk membantu mengurangi temperatur secara perlahan sampai 350
o
C. h.
Penutup luar diangkat secara keseluruhan sedangkan penutup dalam tetap dibiarkan sampai temperatur turun hingga 160
o
C dan aliran N
2
dihentikan. i.
Penutup dalam pemanggangan diangkat dan proses annealing selesai. Gas N
2
yang dialirkan dalam tungku akan dikeluarkan melalui saluran pembuangan, untuk mengalami pergantian dengan gas N
2
yang baru. Inti yang keluar dari tungku pemanggangan kemudian dipindahkan ke bagian pengujian
rugi-rugi inti dengan menggunakan hoist crane. Gas yang digunakan dalam proses pemanggangan ini berguna untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara
oksigen dengan inti agar tidak berkarat dan menjaga agar temperatur panas merata di dalam tungku.
4. Penimbangan Berat Inti Weight Measurement Inti transformator yang telah mengalami annealing, ditimbang untuk
mengetahui apakah berat yang sebenarnya sesuai dengan berat yang sudah ditentukan menurut desainnya. Penimbangan ini juga berguna untuk
Universitas Sumatera Utara
menentukan berat total dari transformator yang sudah selesai, misalnya berat transformator 50-150 kVA adalah sekitar 35 kg.
5. Pengujian Rugi-rugi Inti Transformator Core Lost Test Setelah proses pemanggangan dan penimbangan, inti transformator dibawa ke
pengujian rugi- rugi inti dengan menggunakan hoist crane dan inti tersebut diuji. Proses pengujian inti transformator ini berfungsi untuk melihat apakah
proses pemanggangan itu sudah baik atau tidak kemudian disesuaikan dengan jumlah lilitan yang akan digulung, dan hasil pengujian ini harus sesuai dengan
standard PLN. Berikut penjelasan dari pengujian rugi-rugi inti: a.
Ukur penampang inti tersebut. b.
Susun inti yang akan ditest di atas blok kayu. c.
Lilitkan kabel yang jumlahnya sesuai dengan kapasitas transformator. d.
Jepit ujung belitan ke terminal pengetasan. e.
Posisikan power dalam keadaan ON dan tekan ON power pada control panel.
f. Beri tegangan secara perlahan sampai tegangan phase yang dikehendaki.
g. Catat hasil pengetesan.
h. Setelah hasil pengetesan, switch off panel kontrol dan matikan power
supply. 6. Proses Pemotongan dan Pembuatan Kertas Isolasi Paper Cutting
Kertas isolasi digunakan untuk mengisolasi antara belitan kawat primer dan sekunder dan antara kumparan primer dan sekunder. Kertas isolasi ini
berfungsi untuk mencegah terjadinya hubungan singkat antara kumparan
Universitas Sumatera Utara
primer dan kumparan sekunder. Kertas isolasi yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pressure Paper Board, yaitu kertas isolasi yang dilapisi dengan vernis,
sehingga pada proses akhir tidak memerlukan perendaman di vernis, hanya cukup melakukan proses pemanasan.
b. Krafit Paper, yaitu kertas isolasi tanpa lapisan vernis, sehingga pada proses
akhir transformator harus dicelupkan ke dalam cairan vernis. PT. Morawa Electric Transbuana menggunakan kertas isolasi jenis Pressure Paper
Board sehingga lebih menguntungkan dari segi waktu dan tenaga karena tidak lagi membutuhkan proses pencelupan ke dalam cairan vernis. Kertas
isolasi insulation paper yang telah selesai dipotong ditempeli dengan kertas OD. Kertas OD ini merupakan batangan kertas 4,8 mm yang
direkatkan pada kertas isolasi dengan ketebalan 2,4 mm dengan jarak tiap batang kertas 2 cm. Kertas OD ini berguna untuk memberi celahjarak
antara kumparan sekunder dengan primer sehingga nantinya minyak dapat masuk pada celah tersebut sehingga panas yang timbul akibat adanya rugi-
rugi tembaga Cu dapat diatasi. 7. Penggulungan Kumparan Coil Winding
Inti trafo yang telah selesai diuji dibawa ke penggulungan dengan menggunakan forklift. Sebelum penggulungan kumparan dilakukan, inti trafo
diikat dengan cotton band agar lembaran ini tidak lepas saat dilakukan penggulungan kumparan. Kemudian inti trafo dilapisi dengan insulation paper
yang tebalnya 0,125 mm dan dibungkus ke roda gigi yang bisa berputar pada
Universitas Sumatera Utara
coil winding machine, insulation paper diberi lilin untuk melicinkan putaran selanjutnya kawat tembaga digulung.
a. Kumparan sekunder
Kumparan yang pertama digulung ke inti trafo adalah kumparan sekunder. Kawat tembaga yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran 3,2 x 8
mm. Kumparan sekunder mempunyai 88 lilitan pada kedua kaki trafo, dimana pada tiap kaki trafo terdiri dari 44 lilitan dan lilitan pada kaki trafo
terdiri dari dua lapisan dengan jumlah lilitan 22 lilitan tiap lapisnya. Pada tiap lapisan tersebut diberi kertas isolasi dengan tebal 0,125 mm. Kenaikan
suhu tembaga tidak boleh melebihi standard 65
o
C. b.
Kumparan primer Pada kumparan primer kawat tembaga yang digunakan adalah berbentuk
silinder dengan diameter 1,60 mm. Kumparan primer mempunyai 4190 lilitan pada tiap kakinya, dimana pada setiap kaki trafo terdiri dari 2095
lilitan dan lilitan pada setiap kaki trafo terdiri dari 20 lapisan dengan jumlah lilitan 201 pada setiap lapisannya. Pada setiap lapisan tersebut diberi
insulation paper dengan tebal 0,125 mm. Setelah kumparan primer selesai digulung kemudian diberi lagi insulation paper dengan tebal 2,4mm.
Pada penggulungan kumparan, selain ketepatan jumlah lilitan dan ketepatan penggunaan insulation paper, hal lain yang sangat penting untuk diperhatikan
adalah tensile strength tidak boleh terlalu besar. Apabila terlalu besar dapat menyebabkan lapisan permukaan kawat rusak atau terkelupas sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan terjadinya hubungan singkat pada kawat tembaga yang pada akhirnya membuat trafo menjadi rusak.
8. Pemasangan dan Koneksi Kumparan Coil Assembly Inti yang telah selesai digulung dibawa kebagian koneksi dengan hoist crane.
Kumparan kemudian disambungkan antara kumparan yang satu dengan kumparan yang lain. Sebelum koneksi dilakukan, terlebih dahulu dipasang plat
pendukung inti. Koneksi kumparan pertama sekali dilakukan terhadap kumparan sekunder dengan cara mengelasnya, kemudian dilakukan
pemasangan tutup case dengan menggunakan mur dan baut. Setelah itu dilanjutkan dengan pengkoneksian terhadap hubungan primer.
9. Pengeringan Gulungan Kumparan First Drying Proses ini bertujuan untuk mengeringkan kumparan dari uap air yang mungkin
ada di dalam kawat. Inti trransformator yang telah dikoneksi dan dipasang tutup serta instrumen yang diperlukan dibawa ke pengeringan dengan
menggunakan kereta sorong, kemudian dimasukkan ke dalam alat pengering drying oven. Lamanya pengeringan tergantung pada besarnya kapasitas
transformator. Untuk mensirkulasi temperatur dalam oven, digunakan blower yang digerakkan oleh motor lisrik. Untuk mencegah panas yang berlebihan
yang dapat merusak struktur kumparan tranformator, maka relay temperature diatur pada posisi suhu sekitar 115-130
o
C.
10.Pemasangan Terminal Terminal Assembly
Universitas Sumatera Utara
Setelah proses pengeringan selesai, maka kumparan transformator tersebut diangkat dari drying oven dan selanjutnya dibawa ketempat pemasangan
terminal dengan hoist crane dan dilakukan pemasangan terminal yang terdiri dari tap changer, bushing primer dan bushing sekunder pada tutup case yang
telah dipasang sebelumnya. Kemudian diperiksa apabila semua terminal yang diperlukan sudah terpasang dan terkunci dengan baik sebelum dimasukkan ke
dalam case tangki transformator. 11.Turn Ratio Test
Jika semua kumparan sudah terhubung dengan baik ke tap changer, maka dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat Turn Ratio Test yang
bertujuan untuk mengetahui apakah perbandingan lilitan dari masing-masing kumparan sudah sesuai atau tidak. Penyimpanan-penyimpanan yang terjadi
pada perbandingan transformator ini tidak boleh lebih besar atau lebih kecil 0,5 terhadap harga perbandingan transformator nominal sesuai standar.
12.Perakitan dengan Tangki Transformator Setelah pengujian selesai dilakukan, transformator dimasukkan ke dalam
tangki yang telah disiapkan sesuai dengan desain dan ukuran dari transformator tersebut. Selanjutnya dilakukan pemasangan kran, pressure terminal, oil gauge,
thermometer, dan karet packing, untuk kemudian ditutup dengan menggunakan baut dan mur.
13.Pengisian Minyak ke dalam Tangki Transformator Oil Filling
Universitas Sumatera Utara
Tangki diisi dengan minyak trafo yang dipompakan dari tangki oil filter hingga mencapai 2 cm dari mulut trafo. Minyak ini berfungsi sebagai pendingin
cooling medium dan juga sebagai isolasi pada kumparan transformator yang sudah dimasukkan ke dalam tangki, maka minyak tersebut perlu dibersihkan
dan dimurnikan terlebih dahulu dengan menggunakan oil purifier buatan Kato Electric Jepang. Tujuan pemurnian minyak ini adalah untuk menghilangkan
kadar air yang terdapat pada minyak. Jenis minyak yang digunakan dalam pembuatan transformator ini adalah jenis DIALA B yang diproduksi oleh
perusahaan Sheel Company Amerika Serikat. 14.Routine Test
Pengujian ini merupakan final test terhadap seluruh transformator yang akan dikirim ataupun disimpan. Setelah selesai di pengisian minyak trafo dibawa ke
bagian pengujian akhir dengan hoist crane. Secara garis besar, pengujian rutin ini terdiri dari beberapa kegiatan pengujian, yakni:
a. Pengujian beban nol, untuk menguji rugi-rugi inti dan persen beban nol.
Pada pengujian beban nol ini, alat ukur dipasang pada bagian sisi sekunder tegangan rendah, tegangan pengujian diberikan setingkat demi setingkat
sampai voltmeter menunjukkan tegangan nominal sekunder dan sisi primer pada rangkaian terbuka.
b. Pengujian hubungan singkat, untuk melihat besar rugi-rugi tembaga trafo.
Pada pengujian ini, alat ukur dipasang pada sisi primer tegangan tinggi sedangkan sisi sekunder tegangan rendah dihubung singkatkan dengan
menggunakan sebuah penghantarkonduktor yang sesuai dengan besarnya
Universitas Sumatera Utara
arus nominal sekunder. Sumber tegangannya diatur dengan voltage regulator yang dihubung ke sisi primer.
c. Pengukuran tahanan kumparan
Pengukuran tahanan kumparan ini dilakukan dengan menggunakan Wheatstone-bridge Jembatan Wheatstone untuk mengukur tahanan
kumparan primer dan untuk mengukur tahanan pada kumparan sekunder digunakan double-bridge jembatan ganda.
d. Pengukuran tahanan isolasi
Pengujian ini dilakukan untuk melihat ketahanan isolasi transformator terhadap tegangan tinggi, baik itu pada sisi primer high voltage maupun
sisi kumparan sekunder low voltage. e. Pengujian frekuensi tinggi
Alat pengujinya terdiri dari generator frekuensi tinggi 350 Hz yang digerakkan motor induksi. Lama waktu pengujian tergantung dari frekuensi
dan tegangannya dua kali dari tegangan nominal sekunder transformator distribusi yang diuji.
f. Pengujian kebocoran dari tangki trafo Pengujian ini dilakukan dengan mengalirkan gas murni Nitrogen N2 ke
dalam tangki trafo yang telah ditutup rapat. Selain pengujian yang bersifat routine test, perusahaan ini juga melakukan pengujian tipe yang terdiri dari:
a. Pengujian ketahanan suhu b. Pengujian kenaikan suhu
15.Pemasangan Name Plate
Universitas Sumatera Utara
Transformator yang telah diuji dan mendapat persetujuan dari bagian quality control, maka selanjutnya transformator tersebut dipasangkan name plate yang
memberikan keterangan spesifikasi transformator yang bersangkutan. Dan juga diberi label merek
“MORAWA”, yang menandakan identitas perusahaan. 16.Penyimpanan
Transformator yang telah selesai dipasang name plate dan merek selanjutnya dibawa ke bagian penyimpanan dengan menggunakan hoist crane.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Mesin dan Peralatan 2.5.1. Mesin Produksi
Mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi transformator dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Daftar Mesin Produksi PT. Morawa Electric Transbuana No
Nama Mesin Tahun
Asal Daya
Tegangan Volt
Kuat Arus Ampere
Cos O Jumlah
Unit Fungsi
1 Core Slitting
1981 Taiwan
3 HP 380
7 0,8
1 Memotong silicon steel sesuai dengan
ukuran produk yang akan dibuat 2
Core Wounding 1981
Taiwan 2,5 HP
380 8,1
0,6 2
Menggulung inti transformator
3 Annealing
Furnace 1981
Taiwan 60 Kw
380 170
- 2
1. Memeperbaiki karakteristik inti trafo,
yaitu memperkecil arus eksitasi dan mengurangi rugu-rugi inti
2. Menghilangkan elastisitas dari bahan
baku inti trafo sehingga bentuk tidak berubah
4 Core Winding
1981 Taiwan
1 HP 380
3,65 0,5
10 Menggulung kumparan transformator
5 Insulating Dryer
1981 Taiwan
12 kVA 380
63 0,5
2 Mengeringkan inti transformator
6 Paper Wrapping
1981 Taiwan
1,5 kVA 380
7,2 0,5
3 Memotong kertas isolasi sesuai dengan
ukuran yang telah ditentukan 7
Compressor 1981
Taiwan 2 HP
380 7,1
0,5 3
Memompa udara 8
High Frequency Generator
1981 Taiwan
2 kVA 380
4 0,9
1 Menetralkan frekuensi
Sumber: PT Morawa Electric Transbuana
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Daftar Peralatan Produksi PT. Morawa Electric Transbuana No.
Nama Mesin Kapasitas
Kg Tegangan
Volt Jumlah
Unit Fungsi
1 Hoist Crane
5000 380
3 Memindahkan material yang
bobotnya sangat berat 2
Forklift 3000
- 2
Memindahkan material yang bobotnya lebih ringan
3 Kereta Sorong
200 -
5 Memindahkan material yang
bobotnya lebih ringan
4 Mesin Las
- 220
2 Digunakan untuk proses
penyambungan pada saat pembuatan tangki trafo dan
koneksi kumparan
5 Timbangan duduk
1000 -
1 Mengukur berat inti transformator
yangh sudah selesai digulung 6
Bridge tester -
500 1
Mengukur tahanan kumparan 7
Megger -
500 1
Mengatur tahanan isolasi inti 8
Applied voltage transformator
- -
1 Menguju rugi-rugi inti, persentase
beban nol dan uji hubungan singkat
9 Induction voltage
regulator -
- 1
Mengukur tegangan listrik 10
Turn ratio test set TRT test
- -
1 Digunakan untuk melihat
kesesuaian perbandingan belitan dari masing-masing kumparan
Sumber: PT Morawa Electric Transbuana
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Keseimbangan lintasan perakitan berhubungan erat dengan produksi massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan ke dalam beberapa pusat-
pusat kerja. Waktu yang diijinkan untuk menyelesaikan elemen pekerjaan itu ditentukan oleh kecepatan lintasan perakitan. Semua stasiun kerja sedapat
mungkin harus memiliki waktu siklus yang sama. Bila suatu stasiun kerja memiliki waktu di bawah waktu siklus idealnya, maka stasiun tersebut akan
memiliki waktu menganggur. Tujuan akhir dari keseimbangan lintasan adalah meminimasi waktu menggangur di tiap stasiun kerja, sehingga dicapai efisiensi
kerja yang tinggi pada setiap stasiun kerja. PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebuah perusahaan manufaktur
yang bergerak di bidang perakitan produk Transformator. Produk yang dihasilkan adalah transformator dengan berbagai ukuran. PT. Morawa Electric Transbuana
menggunakan sistem make to order dan permintaan produk sangat bervariasi dari segi jumlah dan spesifikasi sesuai dengan permintaan pelanggan. Produk yang
dihasilkan adalah pesanan dari pemerintah dan perusahaan swasta. Melalui wawancara kepada pihak perusahaan, masalah yang sering terjadi
di PT. Morawa Electric Transbuana adalah adanya pembagian beban kerja yang tidak seimbang pada setiap stasiun kerja. Hal mengakibatkan adanya beberapa
operator pada stasiun kerja yang mengangur karena beban kerjanya lebih sedikit
Universitas Sumatera Utara
dan sebaliknya ada beberapa stasiun kerja yang memiliki beban kerja yang besar. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap kelancaran produksi.
Berbedaan beban kerja yang terjadi pada setia stasiun kerja berkaitan dengan kapasitas masinoperator dalam setiap stasiun kerja. Adapun kapasitas
masinoperator pada masing-masing stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 1.1
Tabel 1.1. Kapasitas Mesin Setiap Stasiun Kerja Stasiun Kerja
Kapasitas MesinOperator unithari
I 24
II 13
III 48
IV 7
V 27
VI 10
VII 2
VIII 2
IX 15
X 3
Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana Pada stasiun kerja IV Proses Pemanggangan, kapasitas mesin untuk satu siklus kerja sebesar 7
unit dalam waktu 24 jam. Pada stasiun kerja IX Proses Pengeringan, kapasitas mesin untuk satu siklus kerja sebesar 15
unit dalam waktu 48 jam.
Berdasarkan Tabel 1.1 pada stasiun kerja II, VII, dan X sering terjadi penumpukan bahan akibat kekurangan kapasitas mesin, dan pada stasiun kerja III
dan V sering terjadi delay karena kapasitas mesin jauh lebih besar dibandingkan stasiun kerja sebelumnya. Pada stasiun kerja IX mesin dapat diproses jika terdapat
15 produk.
Universitas Sumatera Utara
Penumpukan bahan ini dapat menyebabkan bertambahnya waktu penyelesaian produk. Akibat dari masalah tersebut perusahaan harus sering
menambah jam kerja lembur bagi karyawan untuk mencapai target produksi yang sudah ditetapkan untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan tepat waktu. Hal
ini tentu saja tidak efisien, dan akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan juga tidak jarang menolak permintaan dari
konsumen karena takut tidak dapat memenuhi target. Untuk menyelesaikan permasalahan ini dibutuhkan penyeimbangan
lintasan perkaitan. Penyeimbangan lintasan perakitan dilakukan dengan menggunakan metode heuristik Moodie Young dan COMSOAL. Metode heuristik
merupakan suatu cara yang praktis, mudah dimengerti dan mudah diterapkan dan metode ini juga didasarkan atas pendekatan matematis dan akal sehat dengan
pendekatan trial dan eror. Penelitian ini ditujukan untuk membuat perbandingan antara kedua metode. Sampai dengan saat ini belum ada metode yang benar-benar
menghasilkan solusi optimal. Maka untuk mendapatkan solusi yang mendekati optimal maka digunakan lebih dari satu metode analisis data penyeimbangan
lintasan. Setelah itu memilih satu metode terbaik yang akan menghasilkan solusi mendekati optimal.
Penelitian mengenai keseimbangan lintasan menggunakan metode Moodie Young dan COMSOAL sudah pernah dilakukan.
1
Juni Yanti 2010 melakukan penelitian mengenai keseimbangan lintasan di perusahaan mebel Production
1
Napitupulu, Juni Yanti. 2010. Penyeimbangan Lintasan pada Proses Pembuatan Pintu dengan Metode Helgesin Birnie Kilbridge Wester, dan Moodie Young pada Production Training Center.
Medan: Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Training Center dengan metode Metode Helgeson Birnie, Kilbridge Wester, dan Moodie Young. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terjadi pengelompokkan
elemen kerja yang lebih merata dan pengurangan jumlah stasiun kerja. Selain itu dari ketiga metode yang digunakan, metode Moodie Young memberikan hasil
yang lebih baik.
2
Teguh Adhi Pribadi 2004 melakukan penelitian dengan membandingkan 4 metode yaitu Largest Candidate Rule, Ranked Positional
Weight, J-Wagon, dan COMSOAL pada perusahaan yang merupakan bagian dari PT. Astra International yang bergerak dibidang perakitan sepeda motor. Hasil
penelitian menunjukkan adanya pengelempokkan elemen kerja yang lebiha merata jika dibandingkan kondisi awal.Daeri keempat metode yang digunakan, metode
J-Wagon memberikan hasil yang lebih baik.
1.2. Perumusan Masalah