4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
6. Alat
–alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik. 7.
Terlihat adanya kecendrungan kurang perhatian pada pekerjaannya. 8.
Terlampau hati –hati.
9. Sistematika kerjanya sedang
–sedang saja. 10.
Gerakan –gerakannya tidak terencana.
POOR EFFORT: 1.
Banyak membuang –buang waktu.
2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.
3. Tidak mau menerima saran
–saran. 4.
Tampak malas dan lambat bekerja. 5.
Malakukan gerakan –gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat–alat dan
bahan –bahan.
6. Tempat kerjanya tidak diatur dengan baik.
7. Tidak perduli pada cocok atau baik tidaknya
8. peralatan yang dipakai.
9. Mengubah
–ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur. 10.
Set up kerjanya terlihat tidak baik.
c. Kondisi kerja Condition
Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Bila keterampilan, usaha dan
konsistensi merupakan apa yang dicerminkan operator maka kondisi kerja merupakan sesuatu yang harus diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak
kemampuan merubahnya. Oleh sebab itu faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen, karena pihak inilah yang dapat merubah atau memperbaikinya.
Universitas Sumatera Utara
d. Konsistensi Consistency
Konsistensi merupakan faktor yang perlu diperhatikan karena setiap pengukuran waktu tidak semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan
pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Baroto, Teguh. 2012. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Napitupulu, Juni Yanti. 2010. Penyeimbangan Lintasan pada Proses Pembuatan
Pintu dengan Metode Helgesin Birnie Kilbridge Wester, dan Moodie Young pada Production Training Center. Medan: Departemen Teknik
Industri Universitas Sumatera Utara. Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi
Pertama. Surabaya: Guna Widya. Panneerselvam,R. 2005. Production and Operations Management, 2
nd
ed. India Private Limited: Prentice Hall.
Ponnambalam,S, G, Aravindan, P and Mogileeswar Naidu, G. 1999. A Comparative Evaluation of Assembly Line Balancing Heuristic. Spinger-
Verlag London Limited Pribadi, Teguh Adhi. 2004.Usulan Design Subline Tipe BE 0 Studi Kasus pada
PT.XYZ. Jakarta: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Bina Nusantara.
Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Russell, Roberta S, and Bernard W.Taylor III. 2003. Operations Management. 4
th
ed. New Jersey: Prentice Hall.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
3
LANDASAN TEORI
3.1. Definisi Line Balancing