83
5. Berdasarkan hasil Uji F menunjukkan kinerja keuangan ROE dan ROA, corporate social responsibility
dan good corporate govarnance secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap Nilai Perusahaan
selama empat tahun pengamatan 2011-2014 pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.
6. Nilai koefisien Determinasi adjusted R² sebesar 0.250 atau 25 sedangkan sisanya sebesar 75 disebabkan oleh faktor lain antara lain faktor resiko
bisnis, pengaruh struktur aktiva dan tingkat pertumbuhan pada penjualan.
5.2 Saran
Berdasarkan keterbatasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka saran bagi penelitian-penelitian berikutnya adalah sebagai berikut:
1. Menambah variabel independen lain yang mungkin dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan perkebunan.
2. Menambah jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian baik penambahan periode pengamatan maupun merubah teknik dalam penentuan
sampel. 3. Dapat menggunakan proksi lain untuk pengukuran variabel independen, agar
hasil yang diperoleh dapat dibandingkan hasilnya dengan penelitian ini. 4. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan periode waktu penelitian yang
lebih panjang dari peneliti ini.
Universitas Sumatera Utara
84
5. Pengukuran terhadap nilai perusahaan
pada peneliti selanjutnya dapat meninjau dari hasil lain seperti
faktor resiko bisnis, pengaruh struktur aktiva dan tingkat pertumbuhan pada penjualan.
6. Pengukuran terhadap
Good Corporate Govarnance pada peneliti selanjutnya dapat
menggunakan alternatif proksi lain seperti dewan komisaris, independensi dewan komisaris dan komite audit.
Universitas Sumatera Utara
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang dapat dikaitkan dengan harga saham dan
profitabilitas. Nilai perusahaan memiliki peranan yang sangat penting untuk para pemegang saham investor artinya apabila nilai perusahaan tinggi akan
diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham dan semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan yang menunjukan
prospek perusahaan di masa yang akan datang, serta mencerminkan asset yang dimiliki oleh perusahaan. Profit yang maksimal akan mendorong kemakmuran
bagi para pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham meningkat jika harga saham yang dimilikinya juga meningkat. Kemakmuran pemegang
saham akan meningkatkan nilai perusahaan. Menu
rut Brigham dan Houston 2001, “nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut di
jual”. Menurut Keown, dkk., 2004, “nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas pe
megang saham yang beredar”.
Universitas Sumatera Utara
15
Adapun tujuan yang ingin dicapai perusahaan tersebut adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Nilai pemegang saham akan
meningkat apabila diikuti dengan peningkatan nilai perusahaan yang di tandai dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada para pemegang
saham. Menurut Muhammady 2012:3, “nilai perusahaan adalah nilai jual
perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya”.
Menurut Ardimas 2013:3, “menjelaskan bahwa nilai perusahaan
adalah unsur yang sangat penting karena apabila nilai perusahaan tinggi akan di ikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham”. Semakin tinggi harga
saham maka semakin tinggi juga nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan karena dengan nilai yang
tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham investor yang tinggi pula.
Beberapa faktor yang menyebabkan naik turunnya nilai perusahaan yang di pengaruhi oleh struktur kepemilikan Amri dan Untara, 2012:3. Dua
aspek yang perlu dipertimbangkan antara lain: 1.
Konsentrasi kepemilikan
perusahaan oleh
pihak luar
outsiderownership concentration, dan 2.
Kepemilikan perusahaan oleh manajemen ownership management.
Universitas Sumatera Utara
16
Pemilik perusahaan dari pihak luar berbeda dengan manajer karena kecil kemungkinannya pemilik dari pihak luar terlibat dalam kegiatan perusahaan
sehari-hari Amri dan Untara, 2012:3. Penelitian ini menggunakan istilah nilai perusahaan dengan Price
Book Value PBV, dimana PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya
bahwa prospek perusahaan tersebut bagus kemakmuran para pemegang saham terjamin.
Menurut Wahyu 2013:5, “Price Book Value PBV juga menggambarkan seberapa besar nilai buku saham perusahaan dihargai oleh
pasar ”. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab
nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.
Menurut Tryfino 2009, “menjelaskan bahwa dengan Price Book Value
PBV merupakan perbandingan nilai pasar dengan nilai buku suatu saham
”. Menurut Brigham dan Houston 2006, “menjelaskan rasio Price Book Value
PBV bertujuan untuk mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah
perusahaan yang terus tumbuh”. Adapun rumus yang digunakan oleh peneliti dalam menentukan nilai
perusahaan yaitu menggunakan Price Book Value PBV. Menurut Brigham dan Houston 2001
,
rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.2 Corporate Social Responsibility CSR 2.1.2.1 Konsep Corporate Social Responsibility
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility
sebenarnya telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Bahkan dalam Kode Hammurabi 1700-an SM
yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian
bagi pelanggannya, disebutkan bahwa hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan ijin penjualan minuman,
pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain. Perhatian para
pembuat kebijakan tentang CSR menunjukkan telah adanya kesadaran sejak lama bahwa terdapat potensi timbulnya dampak buruk dari
kegiatan usaha. Dampak buruk tersebut tentunya harus direduksi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kesehatan masyarakat
sekaligus tetap ramah terhadap iklim usaha. Di Indonesia Corporate Social Responsibility
telah berkembang sejak dikeluarkannya UU No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ini memberikan gambaran bahwa pemerintah juga sangat peka terhadap masalah-masalah yang mungkin
akan ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan baik bagi masyarakat umum, karyawan maupun lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
18
Corporate Social Responsibility menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi nilai perusahaan karena salah satu dasar pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility yang pada
saat ini dianggap sebagai inti etika bisnis adalah kesadaran bahwa perusahaan tidak hanya memiliki kewajiban ekonomi dan legal
terhadap pemegang saham shareholder saja, tetapi juga memiliki kewajiban sosial terhadap stakeholder pemangku kepentingan seperti
pemerintah, customers,investors, masyarakat, pegawai dan bahkan kompetitor. Stakeholder theory berpandangan bahwa perusahaan harus
melakukan pengungkapan sosial sebagai salah satu tanggung jawab kepada para stakeholder. Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan
semakin menyadari pentingnya menerapkan program Corporate Social Responsibility
CSR sebagai bagian dari strategi bisnisnya, hal ini berkaitan dengan tuduhan bahwa industri adalah penyumbang terbesar
terjadinya pemanasan global jelas tidak terbantahkan lagi. Penggunaan energi yang boros hingga pembuangan limbah
gas karbon akibat proses produksi merupakan dampak negatif operasi perusahaan yang terjadi setiap harinya. Pemanasan global selalu
menjadi isu yang didengungkan perusahaan besar di dunia Solihin, 2008:16.
Universitas Sumatera Utara
19
2.1.2.2 Pengertian Corporate Social Responsibility
Menurut The World Bussiness Council for Sustainable Development yang merupakan lembaga internasional yang berdiri
tahun 1955 dan beranggotakan 120 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara dunia, Corporate Social Responsibility atau
tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi
berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun
masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun bagi
pembangunan. Menurut Hadi 2011:47, “menyatakan bahwa corporate
social responsibility CSR merupakan suatu bentuk tindakan dari
pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup bagi
karyawan dan keluarganya, serta sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar dan
masyarakat secara lebih luas”. Menurut Sembiring 2005, “menjelaskan corporate social
responsibility merupakan proses pengkomukasian dampak sosial dan
Universitas Sumatera Utara
20
lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan terhadap masyarakat secara keseluruhan”.
Adapun pengertian berdasarkan defenisi di atas adalah menggambarkan corporate social responsibility diarahkan baik dari
pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak internal artinya tangung jawab diarahkan kepada pemegang saham dalam
bentuk profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan sedangkan pihak eksternal yaitu corporate social responsibility berkaitan dengan peran
perusahaan dengan membayar pajak dan penyediaan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan memelihara lingkungan bagi
kepentingan generasi mendatang.
2.1.2.3 Komponen Dasar Corporate Social Responsibility Menurut Hadi 2011,
“Corporate social responsibility dalam
pengungkapannya harus berdasarkan pemahaman dari 3P profit, people, planet , yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba profit,
tetapi juga berfungsi untuk mensejahterakan orang people, dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini planet”.
Pengungkapan corporate social responsibility tidak lagi berpijak pada praktek single bottom line artinya berorientasi pada
kinerja keuangan saja namun harus mengacu pada triple bottom line yaitu perusahaan harus berorientasi pada aktivitas sosial dan
Universitas Sumatera Utara
21
lingkungan tidak hanya berorientasi pada kinerja keuangan saja. Hal tersebut diyakini dapat menjamin keberlanjutan perusahaan dimasa
mendatang. Menurut Prambudi 2006:13, menyebutkan bahwa program
Corporate Social Responsibility CSR dapat dikelompokkan atas tiga
aspek, antara lain: 1 Program Sosial
Program sosial merupakan program perusahaan yang melakukan kegiatan kedermawanan untuk membangun masyarakat dan
meningkatkan taraf hidup manusia.
2 Program Lingkungan Program lingkungan merupakan program perusahaan yang
bertujuan untuk menjaga ekosistem dan lingkungan agar terjaga dari kerusakan dan meminimalisir terjadinya polusi akibat dari
aktivitas perusahaan.
3 Program Ekonomi Program ekonomi merupakan program perusahaan yang
melakukan tindakan untuk terjun langsung di dalam masyarakat untuk membantu memperkuat ketahanan ekonomi dan menjadikan
masyarakat yang tangguh dan mandiri.
2.1.2.3 Signalling Theory
Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut
disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal.
Menurut Brigham dan Houston 2001:39, “teori sinyal yaitu
prilaku manajemen perusahaan dalam memberi petunjuk untuk
Universitas Sumatera Utara
22
investor terkait pada pandangan manajemen pada prospek perusahaan untuk masa mendatang”.
Menurut Retno dan Priantinah 2012:87, “menyatakan teori sinyal yaitu suatu perusahaan melakukan pengungkapan Corporate
Social Responsibility dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan
nilai perusahaan”. Adapun tujuan yang diharapkan yaitu apabila suatu
perusahaan menawarkan penjualan saham baru, maka harga sahamnya akan menurun. Hanya perusahaan yang benar
– benar kuat yang berani menanggung resiko untuk mengalami kesulitan keuangan ketika porsi
hutang perusahaan relatif tinggi. Maka porsi hutang yang tinggi digunakan oleh manajer sebagai sinyal bahwa perusahaan memiliki
kinerja yang handal.
2.1.3 Good Corporate Govarnance GCG 2.1.3.1
Pengertian Good Corporate Govarnance
Forum for Corporate Governance FCG dalam publikasi yang
pertamanya mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
Universitas Sumatera Utara
23
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan Retno dan Priantinah, 2012:86.
Menurut Agoes 2013:137 “menyatakan bahwa Good Corporate Govarnance
merupakan suatu system yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, peran Direksi, pemegang saham,
dan pemangku kepentingan lainnya dalam perusahaan”. Menurut Prakarsa 2010:140 dalam Agoes 2013:138,
“menyatakan mekanisme administrative yang mengatur hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham,
dan kelompok – kelompok kepentingan stakeholders yang lain”.
Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Govarnance Indonesia yang dikemukakan oleh National Committee on Govarnance
NCG 2006 dikutip oleh Agoes 2013:140, Good Corporate Govarnance
memiliki prinsip – prinsip sebagai berikut :
1. Fairness, para pengelola memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan setara, baik pemangku kepentingan
primer pemasok, pelanggan, karyawan, pemodal maupun pemangku kepentingan sekunder pemerintah, masyarakat dan
yang lainnya.
2. Transparancy, kewajiban pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian informasi.
3. Accountability, pengelola berkewajiban untuk membina sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan
financial statements yang dapat dipercaya.
Universitas Sumatera Utara
24
4. Responsibility, pengelola wajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada
pemangku kepentingan sebagai kepercayaan yang diberikan kepadanya.
5. Independency, keadaan dimana pengelola mengambil keputusan bersifat profesional, mandiri, bebas dari konflik dan bebas dari
tekananpengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan perundang - undangan yang berlaku.
2.1.3.2 Kepemilikan Manajerial
Good Corporate Govarnance muncul dan berkembang dari
teori agensi yang menghendaki adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Struktur kepemilikan dipercaya mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Konsep
Good Corporate Govarnance juga muncul untuk meminimalkan
potensi kecurangan akibat agency problem. Menurut Amri dan Untara 2012:5, “kepemilikan manajerial
merupakan salah satu mekanisme Good Corporate Govarnance yang dapat mempengaruhi insentif bagi manajemen untuk melaksanakan
kepentingan terbaik dari pemegang saham ”.
Menurut Retno dan Priantinah 2012:86, “menyatakan bahwa
ketika kepemilikan saham oleh manajemen rendah maka ada kecenderungan akan terjadinya perilaku opportunistic manajer yang
meningkat juga”.
Universitas Sumatera Utara
25
Dengan adanya kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan maka dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan
kepentingan antara manajemen dan pemegang saham lainnya sehingga permasalahan antara agent dan principal diasumsikan akan hilang
apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham.
2.1.3.3 Agency Theory
Teori keagenan atau agency theory dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976 dimana di dalam suatu hubungan
keagenan terdapat suatu kontrak anatara satu orang atau lebih principal memerintah orang lain untuk agen untuk melakukan suatu
jasa atas nama principal dan member wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal.
Menurut Brigham Houston 2006:26- 31, “para manajer
diberi kekuasaaan oleh pemilik perusahaan yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik
kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan agency theory ”.
Menurut Retno dan Priantinah 2012:84, “teori keagenan
agency theory menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih principal mempekerjakan orang lain agent
untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent
tersebut”.
Universitas Sumatera Utara
26
Adapun tujuan dari teori sinyal yaitu pemegang saham atau investor sebagai pemilik perusahaan sedangkan agent adalah
manajemen yang mengelola perusahaan. Investor memiliki harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut,
mereka akan memproleh keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor.
Menurut Eisenhardt 1989 dalam Retno dan Priantinah 2012:84 menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia untuk
menjelaskan tentang teori agensi yaitu: 1 manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri self interest, 2 manusia memiliki daya
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationality, dan 3 manusia selalu menghindari resiko risk averse.
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai manusia kemungkinan akan bertindak berdasarkan sifat
opportunistic , misalnya melakukan manajemen laba. Manajemen dapat
melakukan hal tersebut untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya tanpa persetujuan dari pemilik dan pemegang sah.
Universitas Sumatera Utara
27
2.1.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Terhadap Nilai Perusahaan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terhadap nilai perusahaan antara lain :
2.1.4.1 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham.
Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap
diminati oleh investor. Menurut Munawir 1998, “kinerja keuangan adalah prestasi
kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan”.
Menurut Nurhayati dan Wedyawati 2012:2, “Kinerja
keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi acuan investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja
keuangan adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor
”. Adapun tujuan dari kinerja keuangan tersebut yaitu memberikan informasi keuangan yang bertujuan sebagai sarana
informasi, alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, penggambaran terhadap indikator keberhasilan perusahaan
dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
28
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio profitabilitas untuk mengukur kinerja keuangan yaitu Return on Equity ROE.
ROE adalah rasio yang menunjukkan berapa laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari segi nilai ekuitas Harahap, 2011:304.
Rasio ROE dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.1.4.2 Profitabilitas
Menurut Harahap 2011:304, “profitabilitas adalah suatu kemampuan yang dicapai oleh perusahaan untuk menghasilkan laba
dalam suatu periode tertentu”. Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Artinya profitabilitas suatu
perusahaan dapat dianggap sebagai salah satu indikasi yang mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional
perusahaan. Menurut Kokubu et al., 2001 dalam Sembiring 2005:386,
“menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial”.
Hal ini dikaitkan dengan teori agensi Agency Theory yaitu bahwa perolehan profit laba yang semakin besar akan membuat
Universitas Sumatera Utara
29
perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas bagi para penggunanya. Maka, bisa dikatakan bahwa profit laba merupakan
berita baik good news karena profitabilitas akan mengurangi ketidakpastian bagi para penggunanya. Apabila pengumuman laba
berisi berita baik good news maka pihak manajemen cenderung menyampaikan laporan keuangan perusahaan tepat waktu dan
sebaliknya apabila perusahaan mengalami kerugian, pihak manajemen umumnya menunda penyampaian laporan keuangan perusahaan.
Adapun penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan rasio profitabilitas yaitu Return On Assets ROA. ROA adalah rasio
yang menunjukkan berapa laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aset Harahap, 2011:305. Rasio ROA dapat
dirumuskan sebagai berikut :
2.1.4.3 Corporate Social Responsibility
Pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan tanggung jawab
perusahaan di dalam laporan tahunan. Menurut Haniffa dan Cooke, 2005 dalam Nurhayati dan Wedyawati 2012:5
, “CSR dihitung
Universitas Sumatera Utara
30
dengan memberi nilai setiap item dengan 1, jika melakukan pengungkapan dan 0 jika tidak melakukan pengungkapan CSR
”. Adapun pengungkapan CSR dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan : CSRI =CSR index perusahaan j
ΣXij = banyaknya item yang diungkapkan oleh perusahaan j nj =total item untuk perusahaan j, nj
≤ 78 Σxij = total item yang diungkapkan variabel : dummy variabel : 1 =
jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan
2.1.4.4 Good Corporate Govarnance
Good Corporate
Governance diproksikan
dengan kepemilikan manajerial KM. Adapun rumus yang digunakan sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
31
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai nilai perusahaan telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti terdahulu yang menghasilkan temuan bermacam
– macam dengan berbagai variabel. Hal ini dapat dilihat pada table 2.1 :
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
No Peneliti
Variabel Penelitian
Alat Analisis
Hasil Penelitian
1. Fadly Akbar El
Muhammady 2012
Variabel dependen:
Nilai perusahaan
Variabel Independen: ROE,
ROA, NPM, GPM dan CSR.
Analisis Regresi
Berganda ROE memiliki pengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan; ROA, NPM, GPM, dan CSR tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Miranti
Nurhayanti dan Henny Medyawati
2012 Variabel
dependen: Nilai
perusahaan. Variabel
independen: ROE, CSR dan GCG.
Analisis Regresi
Berganda ROE berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan; GCG dan CSR tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Chairul Amri dan
Untara 2012 Variabel
dependen: Nilai
perusahaan. Variabel
independen: ROE, CSR dan
GCG. Analisis
Regresi Berganda
ROE dan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan; GCG tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
32 4.
Reny Dyah Retno dan
Denies Priantinah
2012 Variabel
dependen: Nilai
perusahaan. Variabel
independen: CSR dan GCG.
Analisis Regresi
Berganda GCG
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai
Perusahaan; CSR
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Nilai
Perusahaan; GCG
dan CSR berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan
5. Wahyu Ardimas
2013 Variabel
dependen: nilai
perusahaan, Variabel
independen: ROA, ROE, OPM, NPM
dan CSR . Analisis
Regresi Berganda
ROA dan ROE berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan; OPM dan NPM tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan ; CSR tidak ber pengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
33
2.3 Kerangka Konseptual