24
4. Responsibility, pengelola wajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada
pemangku kepentingan sebagai kepercayaan yang diberikan kepadanya.
5. Independency, keadaan dimana pengelola mengambil keputusan bersifat profesional, mandiri, bebas dari konflik dan bebas dari
tekananpengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan perundang - undangan yang berlaku.
2.1.3.2 Kepemilikan Manajerial
Good Corporate Govarnance muncul dan berkembang dari
teori agensi yang menghendaki adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Struktur kepemilikan dipercaya mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Konsep
Good Corporate Govarnance juga muncul untuk meminimalkan
potensi kecurangan akibat agency problem. Menurut Amri dan Untara 2012:5, “kepemilikan manajerial
merupakan salah satu mekanisme Good Corporate Govarnance yang dapat mempengaruhi insentif bagi manajemen untuk melaksanakan
kepentingan terbaik dari pemegang saham ”.
Menurut Retno dan Priantinah 2012:86, “menyatakan bahwa
ketika kepemilikan saham oleh manajemen rendah maka ada kecenderungan akan terjadinya perilaku opportunistic manajer yang
meningkat juga”.
Universitas Sumatera Utara
25
Dengan adanya kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan maka dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan
kepentingan antara manajemen dan pemegang saham lainnya sehingga permasalahan antara agent dan principal diasumsikan akan hilang
apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham.
2.1.3.3 Agency Theory
Teori keagenan atau agency theory dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976 dimana di dalam suatu hubungan
keagenan terdapat suatu kontrak anatara satu orang atau lebih principal memerintah orang lain untuk agen untuk melakukan suatu
jasa atas nama principal dan member wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal.
Menurut Brigham Houston 2006:26- 31, “para manajer
diberi kekuasaaan oleh pemilik perusahaan yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik
kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan agency theory ”.
Menurut Retno dan Priantinah 2012:84, “teori keagenan
agency theory menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih principal mempekerjakan orang lain agent
untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent
tersebut”.
Universitas Sumatera Utara
26
Adapun tujuan dari teori sinyal yaitu pemegang saham atau investor sebagai pemilik perusahaan sedangkan agent adalah
manajemen yang mengelola perusahaan. Investor memiliki harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut,
mereka akan memproleh keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor.
Menurut Eisenhardt 1989 dalam Retno dan Priantinah 2012:84 menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia untuk
menjelaskan tentang teori agensi yaitu: 1 manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri self interest, 2 manusia memiliki daya
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationality, dan 3 manusia selalu menghindari resiko risk averse.
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai manusia kemungkinan akan bertindak berdasarkan sifat
opportunistic , misalnya melakukan manajemen laba. Manajemen dapat
melakukan hal tersebut untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya tanpa persetujuan dari pemilik dan pemegang sah.
Universitas Sumatera Utara
27
2.1.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Terhadap Nilai Perusahaan