Bahan Penyalut TINJAUAN PUSTAKA

bakteri, jumlah bakteri yang terkandung dalam jumlah besar. Sehingga imobilisasi bakteri merupakan salah satu pilihan yang tepat dalam cara pengaplikasian agen-agen bioremediasi pada lahan tercemar. Gentili et al. 2006 menggunakan kitin dan kitosan untuk mengimobilisasi Rhodococcus corynebacterioides QBTo. Bahan tersebut alami, tidak beracun, tidak mencemari dan biodegradable yang diperoleh dari udang dan kepiting. R. corynebacterioides QBT imobil pada kitin dan kitosan meningkat secara signifikan dalam mendegradasi minyak mentah. Xu danLu 2010, menunjukkan bahwa aplikasi degradasi minyak di tanah yang terkontaminasi minyak mentah meningkat setelah pengaplikasian bakteri pendegradasi hidrokarbon yang diimobilisasi mengunakan tepung pati kacang sebagai biocarrier. Biocarrier ini memberikan area permukaan besar dan kemampuan adsorpsi yang kuat, di samping meningkatkan difusi oksigen dan meningkatkan aktivitas dehidrogenase di dalam tanah Diaz et al. 2002 mengimobilisasi konsorsium bakteri MPD-M mengunakan serat polypropylene untuk mendegradasi minyak mentah dalam air dengan salinitas yang bervariasi yaitu 0 - 180 gL -1 . Mereka mendapati bahwa sel amobil secara signifikan meningkatkan biodegradasi minyak mentah dibandingkan dengan sel-sel yang hidup bebas, konsorsium bakteri MPD-M amobil sangat stabil dalam melakukan pergerakan dan itu sangat tidak dipengaruhi oleh penambahan salinitas.

2.7. Bahan Penyalut

Imobilisasi harus dilakukan dengan menggunakan bahan yang dapat mempertahankan viabilitas mikroorganisme. Bahan penyalut yang ideal dapat berfungsi pada suhu ambien, tahan terhadap cekaman air limbah, meliputi kontaminasi air dan turbidisasi, memiliki kemampuan yang baik dalam aliran nutrien dan oksigen mengalir melalui bahan penyalut tersebut. Dapat mencegah terlepasnya sel di dalam matriks itu sendiri. Sel yang diimobilisasi lebih stabil dalam bioreaktor dari pada dalam keadaan bebas karena imobilisasi ini dapat mencegah lepasnya sel bakteri dari bahan penyalut, dapat Universitas Sumatera Utara melakukan interaksi dengan lingkungan, dapat melakukan transduksi sinyal antar sel Fleming, 2004. Polyurethane PU merupakan hasil reaksi antara isocyanate dan polyol. Polyol dapat digunakan sebagai reaktan karena memiliki minimal dua buah gugus hidroksil. Jenis polyol yang digunakan secara komersial dalam pembuatan polyurethane diperoleh dari minyak bumi yaitu ethylene oxide dan propylene oxide Anisah et al. 2013. Polyurethane juga dapat diterapkandi bidangbiokimiadanbioteknologisebagaidukungansempurna untukimobilisasienzim, membrandalambiosensoranalitis. Zatalami, buatan dan sintetisdenganstruktur yang berbedadapat digunakanuntukimobilisasienzim, dan salah satupendukungterbaik untuk tujuan iniadalahPU. PU dapat digunakan sebagai bahan pembuatan komponenberupa:busa, mikrosfer,mikrokapsul, nanocompositesdan membran Bahan matriks pembawa lainnya adalah alginat. Alginat atau Natrium alginat adalah garam natrium dari asam alginat yang bersifat sangat hidrofil dan juga dapat membenttuk gel jika bertemu dengan ion kalsium. Alginat bersifat tidak beracun, tidak menyebabkan alergi, dapat terdegradasi secara biologis. Natrium alginat telah banyak diaplikasikan sebagai bahan pensuspensi, pengental, stabilisator emulsi minyak dan air dan bahan pembawa matriks pembawa Kim Lee, 1992; Sugawara, et al. 1993; Bangun, 2002. Larutan natrium alginat dengan larutan kalsium klorida dapat membentuk gel yang tidak larut dalam air Morris et al. 1980. Romaškevič et al. 2006. Struktur asam alginat merupakan satuan pengulangan dari α-L asam guluronat G dan β-D asam mannurorat M seperti terlihat pada gambar 3 berikut: Gambar 3. Struktur satuan pengulangan asam alginat Morris et al. 1980 Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN