Tabel 4.4 . Amfibi yang Memiliki Nilai KR ≥ 10 dan FK ≥ 25 pada
Lokasi Penelitian No
Spesies Lokasi 1
Lokasi 2 KR
FK KR
FK
1. Bufo asper
21,23 60
12,59 55
2. Rana chalconata
- -
43,36 75
3 Rana hosii
47,34 75
12,59 35
Keterangan : Lokasi 1 = Sungai di Hutan, Lokasi 2 = Sungai di Perkebunan, KR = Kepadatan Relatif, FK = Frekuensi Kehadiran
Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa dari 16 spesies yang ditemukan pada lokasi
penelitian, hanya 3 spesies yang dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik. Bufo asper dan Rana hosii dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik pada
kedua lokasi penelitian, sedangkan Rana chalconata karakteristik dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik hanya pada lokasi 2.
Darmawan 2008 menyatakan Bufo asper dijumpai di sepanjang sungai dan anak sungai. Bufo asper merupakan salah satu jenis yang menyebar luas
bukan hanya di Sumatera tapi juga pulau-pulau lain di Indonesia. Iskandar 1998 menyatakan bahwa spesies Rana hosii memiliki racun sesuai namanya dan
mempunyai variasi warna yang banyak untuk menghindari pemangsa, mudah mendapatkan mangsa dan dapat hidup di berbagai tipe sungai. Rana chalconata
kadang-kadang mengunjungi habitat manusia, dimana terdapat air bahkan mulai dari dataran rendah sampai ketinggian di atas 1200 m, tetapi biasanya lebih
menyukai genangan air seperti kolam ikan, sering juga di atas tumbuhan yang tumbuh di sekitar atau di dalam air.
Suin 2002 menyatakan bahwa jika suatu hewan memiliki nilai KR ≥ 10 dan FK ≥ 25 maka habitat tersebut tergolong dapat mendukung kehidupan dan
perkembangbiakan spesies hewan tersebut termasuk amfibi. Jika frekuensi kehadirannya tinggi umumnya kepadatan relatifnya tinggi pula. Kedua lokasi
potensial untuk mendukung kehidupan dan perkembangbiakan spesies-spesies Amfibi tertentu yang berbeda sifat antar spesiesnya.
4.5 . Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E Amfibi
Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Amfibi pada lokasi penelitian seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Nilai Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Amfibi pada Lokasi Penelitian.
Lokasi H’
E
Lokasi 1 1,69
0,66 Lokasi 2
1,84 0,76
Keterangan : Lokasi 1 = Sungai di Hutan, Lokasi 2 = Sungai di Perkebunan
Dari Tabel 4.5. terlihat bahwa nilai indeks keanekaragaman pada lokasi 1 yaitu
1,69 dan pada lokasi 2 yaitu 1,84 yang secara keseluruhan menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman amfibi pada kedua lokasi tergolong sedang yaitu 1 ≤
H ≥ 3. Nilai keduanya berkisar antara 1 – 3 yang termasuk kategori
keanekaragaman sedang Fachrul, 2007. Nilai Indeks Keanekaragaman pada lokasi 2 lebih tinggi dibandingkan pada lokasi 1. Hal ini mungkin disebabkan
karena lokasi 1 yang merupakan tempat wisata yang ramai dikunjungi sehingga mengganggu tempat hidup Amfibi.
Nilai Indeks Keseragaman pada lokasi penelitian cukup seragam karena nilai pada kedua lokasi tersebut mendekati 1. Kisaran indeks keseragaman antara
0 sampai 1, semakin kecil nilainya mendekati nol menunjukan bahwa penyebaran jumlah individu tiap spesies tidak sama. Sebaliknya jika nilai
keseragaman semakin besar mendekati 1 maka populasi akan menunjukkan keseragaman jumlah individu tiap spesies dapat dikatakan sama atau tidak jauh
berbeda Krebs, 1985; Odum, 1993. Keragaman Kemerataan dapat digunakan sebagai indikator adanya jenis yang mendominasi pada suatu komunitas Santosa
1995.
4.6. Sebaran Ekologis Amfibi
Sebaran ekologis digambarkan dengan posisi saat amfibi ditemukan. Posisi tersebut dibedakan menjadi horizontal dan vertikal Heyer et al. 1994. Posisi
horizontal menggambarkan referensi terhadap badan air, disertai sifat naungan. Posisi vertikal digambarkan sebagai referensi terhadap posisi sub-permukaan pada
permukaan air. Kisaran posisi umum masing-masing spesies Amfibi saat dijumpai seperti pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Kisaran Posisi Umum Masing-masing Amfibi saat Ditemukan pada Lokasi Penelitian
No Spesies
Posisi Vertikal
Horizontal
1. Bufo asper
Di atas batu, tanah, kayu lapuk, di ranting dan daun
hingga 1,3 m dpa Di tengah dan tepian
sungai hingga 1 m dta
2. Bufo divergens
Di atas batu, pasir dan daun
35 cm hingga 1 m dpa
Di tepi sungai hingga 70 cm dta
3. Bufo juxtasper
Di atas batu, pasir dan di air hingga
60 cm dpa Di
tengah hingga
tepian sungai 4.
Leptophryne borbonica Di atas batu, daun dan
rerumputan hingga 80
cm dpa Di
tepian sungai
hingga 55 cm dta
5. Fejervarya limnocaris
Di rumput dan kayu lapuk hingga 65 cm dpa
Di tepi sungai hingga 40 cm dta
6. Limnonectes blythii
Di atas tanah dan batu hingga 45 cm dari dpa
Di tepi sungai 7.
Limnonectes kuhlii Di atas batu dan di air
Ditengah hingga
tepian sungai 8.
Limnonectes macrodon Di atas tanah
Di tepi sungai 40 cm dta
9. Leptobrachium
hendricksoni Ditemukan di atas tanah
Di tepi sungai 1 m 10. Megophrys nasuta
Ditemukan di
serasah hutan
Di tepi sungai 80 cm 11. Microhyla berdmorei
Di atas tanah dan batu Di tepi sungai hingga
50 cm dta 12. Huia sumatrana
Di atas ranting pohon 160 cm dpt
Di tepi sungai 1 m dta 13. Rana chalconata
Di atas tanah, batu, daun, ranting, dan kayu lapuk
hingga 1,5 m dpa Di tengah dan tepi
sungai hingga 1 m dta
14. Rana debussy Di atas tanah
Di tepi sungai hingga 1 m dta
15. Rana hosii Di atas batu, ranting, daun
dan kayu lapuk hingga 2 m dpa
Di tengah dan tepi sungai hingga 1 m dta
16. Rana nigrovittata Di tanah dan batu dekat
dengan air Di tengah dan tepi
sungai 30 cm dta Keterangan: dpa = dari permukaan air, dpt = dari permukaan tanah, dta = dari tepian air
4.7. Indeks Similaritas Kesamaan Amfibi antar Lokasi QS