Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan

52 Gambar 4.3 Perkembangan BPR Dari gambar 4.3 dapat diketahui perkembangan BPR secara jumlah terus menurun setiap tahunnya, hal ini terjadi karena BPR lebih berisiko mengalami kerugian. Kebanyakan dari BPR menargetkan 70 modal yang di miliki bank tersebut dialokasikan untuk pembiayaan kredit dan konsentrasi pendapatan perusahaan BPR mayoritas berasal dari kredit. Sehingga ketika banyak kredit yang bermasalah akan menaikan rasio Non Performing Loan NPL dan akan mengganggu likuiditas bank, efek yang lebih buruknya lagi adalah hilangnya kepercayaan masyarakat dan mengakibatkan penarikan besar-besaran oleh nasabah rush. Hal seperti ini biasa terjadi pada BPR yang tidak bisa memanagement kreditnya dan menjaga likuiditas.

4.1.2.2 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan

Setiap Perbankan dalam menentukan suku bunga pinjaman mengacu pada ketentuan suku bunga acuan yang ditetapkan Bank Indonesia sebagai regulator 1600 1610 1620 1630 1640 1650 1660 1670 1680 1690 1700 2012M 01 2012M 03 2012M 05 2012M 07 2012M 09 2012M 11 2013M 01 2013M 03 2013M 05 2013M 07 2013M 09 2013M 11 2014M 01 2014M 03 2014M 05 2014M 07 2014M 09 2014M 11 BPR 53 5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 2012M 01 2012M 03 2012M 05 2012M 07 2012M 09 2012M 11 2013M 01 2013M 03 2013M 05 2013M 07 2013M 09 2013M 11 2014M 01 2014M 03 2014M 05 2014M 07 2014M 09 2014M 11 Bank Persero BI Rate BUSN Devisa BUSN Non Devisa BPD Bank Asing Bank Campuran kebijakan moneter, sehingga bank tidak dapat membebankan suku bunga sesuka hati kepada masyarakat. Walaupun demikian rata-rata perbankan selalu menetapkan bunga pinjaman dua kali lipat dari suku bunga bank Indonesia BI Rate atau sesuai dengan keputusan tiap-tiap bank itu sendiri. Berikut adalah perkembangan suku bunga selama priode pengamatan penelitian : Gambar 4.4 Perkembangan Suku Bunga Kredit Dari gambar 4.4 diatas dapat dilihat bahwa BI rate dari tahun pengamatan mengalami kenaikan setiap tahunnya, adapun penurunan suku bunga BI rate tidak terlalu signifikan dan tidak dibarengi dengan penurunan suku bunga pinjaman dari perbankan. Tetapi jika dilihat pada gambar 4.4 diatas pada grafik BI rate ketika mengalami kenaikan, seluruh suku bunga pinjaman yang dibebankan perbankan kepada debitur ikut mengalami kenaikan. Kenaikan bunga pinjaman yang paling besar terdapat pada bank campuran dengan tingkat bunga tertingginya mencapai 54 25 25,5 26 26,5 27 27,5 28 28,5 29 29,5 30 30,5 2012M 01 2012M 03 2012M 05 2012M 07 2012M 09 2012M 11 2013M 01 2013M 03 2013M 05 2013M 07 2013M 09 2013M 11 2014M 01 2014M 03 2014M 05 2014M 07 2014M 09 2014M 11 BPR 16,61. Bank Pembangunan Daerah BPD menempati nomor dua tertinggi mencapai 13.34 pada tahun 2012, tetapi dari tahun 2013 hingga pertengahan tahun 2014 mengalami penurunan secara perlahan. Sedangkan pergerakan suku bunga pinjaman pada bank campuran dan BUSN non devisa cenderung naik mengikuti pergerakan BI rate namun tidak berfluktuasi. Gambar 4.5 Perkembangan Suku Bunga BPR Dari Gambar 4.5 diatas diketahui beberapa hal, antara lain suku bunga yang dipakai bank perkreditan rakyat BPR diatas rata-rata suku bunga bank umum konvensional lainnya yang hanya 16,87 dilevel bunga kredit yang tertinggi. Pada awal Tahun 2012 suku bunga kredit BPR meencapai 29,45, meskipun bunga kreditnya dari setiap bulannya mengalami penurunan hingga akhir tahun 2013 akan tetapi pada awal tahun 2014 kembali naik dengan signifikan. Hal ini terjadi karena BPR merupakan bank yang berkonsentrasi pada kinerja kredit 55 1000 6000 11000 16000 21000 26000 31000 36000 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … 201 … Bank Persero BUSN Devisa BUSN Non Devisa BPD Bank Asing Bank Campuran kepada masyarakat sehingga pendapatan BPR hampir 80 disumbang dari pendapatan bunga kredit. 4.1.2.3 Perkembangan Non Performing Loan NPL Perbankan Non Performing Loan NPL adalah rasio atau jumlah nominal kredit bermasalah yang dialami oleh bank yang merupakan salah satu kunci untuk menilai kualitas kenerja bank, dengan kata lain NPL mencerminkan indikasi adanya masalah dalam bank tersebut dan jika tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius akan berdampak langsung pada modal yang dimiliki bank, dan akan berdampak juga pada penyaluran kredit pada priode berikutnya. Banyak faktor yang mempengaruhi nilai NPL suatu bank, diantaranya adalah dampak krisis multi dimensional yang hingga saat ini membuat banyak dari para debitur bank tidak mampu menyelesaikan masalah kredit macetnya dan tidak adanya etika baik dari debitur untuk menyelesaikannya. Kondisi NPL perbankan harus dibawah 5 untuk menilai kinerja bank tsb baik. Berikut adalah perkembangan Non Performing Loan NPL dari tiap kelompok perbankan dalam penelitian ini : Miliar Gambar 4.6 Perkembangan NPL 56 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 2012M 01 2012M 03 2012M 05 2012M 07 2012M 09 2012M 11 2013m 01 2013m 03 2013m 05 2013m 07 2013m 09 2013m 11 2014M 01 2014M 03 2014M 05 2014M 07 2014M 09 2014M 11 NPL Sebagaimana terlihat perkembangan NPL pada gambar 4.6 diatas, maka ada dua bank yang memiliki nominal NPL Kredit Macet tertinggi salah satunya adalah bank BUSN Devisa dengan puncak nominal NPL tertinggi Rp. 36.242 miliar pada 2014M011 dengan kredit yang tersalurkan sebesar Rp. 1.453.468 miliar. Bank persero menempati posisi ke dua dengan NPL terendah Rp. 21.249 miliar dan NPL tertinggi Rp.29.023 miliar dengan jumlah kredit Rp. 1.254.133 miliar pada tahun 2014M08. Sedangkan untuk BPD nilai nominal NPL sebesar RP. 11.042 miliar dengan jumlah kredit Rp. 301.614 miliar, begitu juga dengan bank asing dan bank campuran rata-rata NPL sebersar Rp.4.258 miliar dengan kredit yang tersalurkan Rp. 221.684 miliar untuk bank asing dan Rp. 195.925 miliar untuk bank campuran. Resiko naik atau turunnya nilai NPL sangat dipengaruhi seberapa besar kredit yang berhasil dikeluarkan bank tsb, semakin besar kredit yang dikeluarkan maka akan semakin besar pula resiko kredit macet dan membuat Non Performing Loan NPL suatu bank naik. M I L I A R Gambar 4.7 Perkembangan NPL BPR 57 4 5 6 7 2012 I2012 II2012 III 2012 IV2013 I2013 II2013 III 2013 IV2014 I2014 II2014 III 2014 IV Perkembangan Non Performing Loan NPL pada BPR lebih sensitive dari pada kelompok perbankan yang lain, pasalnya pada BPR adalah bank dengan aktivitas keuangan terbanyak ada pada penyaluran kredit pada masyarakat sehingga butuh lebih dari sekedar analisis kredit yang baik, tetapi juga management keuangan yang tepat untuk tetap menjaga likuiditas banknya. Rasio Non Performing Loan NPL BPR rata-rata ≥ 5 perbulannya, artinya kinerja BPR buruk. Dari gambar 4.7 diatas rata – rata NPLnya berada pada Rp. 2000 miliar sampai puncak tertingginya sebesar Rp. 3.635 miliar dengan kredit yang tersalurkan Rp. 41.424 sampai Rp. 68.391 miliar pada 2014M12.

4.1.2.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi