Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian data panel dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah perbankan pada setiap kelompok bank memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kredit atau pinjaman. Hal tersebut sudah sesuai dengan hipotesis tetapi tidak berpengaruh nyata karena tidak signifikan secara statistik. Bila terjadi kenaikan pada jumlah perbankan sebesar 10 bank maka akan menyebabkan kenaikan tingkat penawaran kredit di persaingan pasar kredit sebesar Rp. 39,85401 miliar. 2. Suku Bunga Kredit memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kredit atau pinjaman. Hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis dan tidak berpengaruh nyata karena tidak signifikan secara statistik. Bila terjadi kenaikan pada tingkat suku bunga kredit sebesar 1 pada setiap perbankan di pasar persaingan kredit maka akan menyebabkan kenaikan tingkat penawaran kredit di persaingan pasar kredit sehingga akan meningkatkan pinjaman sebesar Rp.105,4981 miliar. Walaupun hasil pengujian berbeda dari hipotesis awal, dimana pada variabel suku bunga pinjaman menyatakan suku bunga pinjaman berpengaruh negatif terhadap tingkat persaingan pasar kredit, hal ini bukan berarti tidak sesuai. 71 Jika diperhatikan lebih mendalam bahwa di pasar kredit terdiri dari penawaran kredit dari berbagai bank, ketika suku bunga kredit naik akan ada 2 akibat yang terjadi : 1. Naiknya suku bunga kredit akan menurunkan permintaan terhadap kredit di masyarakat. 2. Naiknya suku bunga kredit akan menaikan penawaran kredit karena profit perbankan lebih besar didapat dari pendapatan bunga sektor kredit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini hubungan positif yang terjadi antara suku bunga dan persaingan pasar kredit terjadi karena penawaran kredit perbankan di pasar kredit berkaitan erat dengan profit perbankan, sehingga ketika bunga kredit naik maka perbankan akan meningkatkan penawaran kreditnya di pasar kredit. 3. Non Performing Loan NPL memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah kredit atau pinjaman. Hal tersebut sudah sesuai dengan hipotesis dan signifikan secara statistik. Bila terjadi kenaikan pada rasio Non Performing Loan NPL sebesar 1 pada perbankan di pasar kredit, cateris paribus, maka akan menurunkan jumlah kredit atau pinjaman sebesar Rp. 573,0130 miliar. Hasil ini sesuai dengan teori perbankan dan hipotesis awal, dimana Non Performing Loan NPL adalah salah satu indikator perbankan untuk melihat sehat atau tidaknya bank dan seberapa baik kinerja bank tersebut. Meningkatnya Non Performing Loan NPL perbankan membuat bank harus memperkecil resiko yang salah satunya adalah dengan mengurangi penawaran kredit, sehingga ketika naiknya 72 nilai NPL suatu bank akan berdampak pada penyaluran kredit di priode berikutnya. 4. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah kredit atau pinjaman. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal akan tetapi berpengaruh nyata karena signifikan secara statistik. Bila terjadi pernurunan pada pertumbuhan ekonomi sebesar 1 akan meningkatkan permintaan kredit atau pinjaman sebesar 1427,035 miliar di pasar kredit. Meskipun hasil ini berbeda dari hipotesis awal, akan tetapi hasil estimasi ini tidak bisa dikatakan salah, karena salah satu fungsi kredit adalah sebagai alat stabilitas perekonomian. Ketika perekonomian menjadi lesu karena pertumbuhan ekonomi yang menurun maka kredit harus dikeluarkan lebih banyak melalui kebijakan moneter untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi kembali. Misalnya, bagi perusahaan yang terkena dampaknya menjadi merugi dan dapat menanggulangi kerugian melalui pinjaman dari perbankan, sehingga perusahaan tsb tidak tutup dan tetap menjaga kestabilan ekonomi. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: 1. Jumlah perbankan tidak signifikan atau tidak berpengaruh nyata sehingga ada variabel lain yang lebih berpengaruh, tetapi dalam kasus lainnya perkembangan jumlah perbankan harus tetap diawasi karena berkaitan dengan sistem kelancaran arus pembayaran yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia. Dan dapat membangun 73 lembaga keuangan yang menuju kepada Arsitektur Perbankan Indonesia API. 2. Suku bunga kredit merupakan bagian dari indikator kebijakan moneter. Sehingga diharapkan kepada lembaga terkait terlebih kepada Bank Indonesia sebagai otoritas mengatur kebijakan moneter dituntut untuk mengatur dan mengawasi kebijakan moneter secara tepat dan berimbang, sehingga diharapkan pinjaman yang ada di pasar kredit dapat menguntungkan perbankan dan masyarakat. 3. Diharapkan kepada para pelaku di pasar kredit yaitu perbankan untuk bisa menjaga likuiditas banknya dan menjaga Non Performing Loan NPL, karena NPL mencerminkan kinerja bank. Dan diharapkan kepada Otoritas Jasa Keuangan OJK untuk melakukan pengawasan kepada perbankan yang kurang sehat, agar terciptanya arus dan sistem kelancaran pembayaran yang baik, sehingga dapat menjaga kepercayaan masyarakat pada lembaga kuangan. 4. Melaui penelitian ini diharapakan kepada pemerintah untuk dapat menjaga kondisi ekonomi terlebih pada menjaga pertumbuhan ekonomi untuk tidak turun pada titik terendah, karena dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi berpengaruh nyata terhadap pinjaman di Indonesia. 5. `Penelitian yang dilakukan masih dalam kurun waktu yang sangat minim 3 tahun dengan data bulanan, sehingga belum dapat memberikan penjelasan yang maksimal berhubungan dengan Jumlah Perbankan, Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan NPL dan Pertumbuhan Ekonomi 74 terhadap Pinjaman di Indonesia. Pada peneliti selanjutnya dapat menambah data time seriesnya agar memberikan gambaran yang lebih nyata. 6. Dari seluruh kredit atau pinjaman yang tersalur dari perbankan, yang paling besar tingkat penyaluran jumlah kreditnya adalah kredit konsumsi lalu modal kerja dan yang terakhir adalah kredit investasi. Di indikasikan ada pergeseran trend kredit atau pinjaman selama penelitian, akan tetapi ketika kredit perbankan banyak tersalur pada jenis kredit konsumsi dikawatirkan memiliki pengaruh buruk jangka panjang bagi sistem dan pembangunan ekonomi sehingga diharapkan bagi para perbankan juga tidak menyalurkan kreditnya hanya untuk mendapatkan profit semata tetapi harus memikirkan efek jangka panjang bagi pembangunan ekonomi, karena peran kredit atau pinjaman sangat penting bagi negara peralihan menuju sistem ekonomi industri seperti Indonesia. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA