HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Dan Analisa Nutrisi Edible Film Dari Campuran Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata) Dengan Tepung Tapioka, Kitosan Dan Gliserin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Dari hasil penelitian edible film dari campuran ekstrak daun sirsak, tepung tapioka, kitosan,dan gliserin yang telah dilakukan diperoleh karakteristik sebagai berikut : Table 4.1. Hasil data pencarian komposisi terbaik edible film dari ekstrak daun sirsak No Air ml Tapioka g Kitosan g Gliserin ml Sampel ml Keterangan 1 32 2 1 2 10 • Banyak terdapat gelembung udara, • Permukaan licin, namun • Edible mudah sekali robek 2 31.5 2.5 1 2 10 • Banyak terdapat gelembung udara,namun tak sebanyak Var I • Permukaan licin, namun • Edible tidak terlalu mudah robek jika dibandingkan dengan Var I 3 31 3 1 2 10 • Banyak terdapat gelembung udara,namun tak sebanyak Var II • Permukaan licin dan halus • Tingkat elastisitasnya lebih baik dari Var II tidak mudah robek 4 30.5 3.5 1 2 10 • Tidak terlalu banyak terdapat gelembung udara seperti Var III • Permukaan licin dan halus, • Tingkat elastisitasnya lebih baik dari Var III tidak mudah robek 5 30 4 1 2 10 • Tidak terlalu banyak terdapat gelembung udara • Permukaan licin dan halus • Lebih mudah dikelupas dan tidak mudah robek Universitas Sumatera Utara Table 4.2. Hasil analisa karakteristik edible film dari ekstrak daun sirsak No Jenis Kuat tarik KgFmm 2 Kemuluran Ketebalan mm 1 Variasi I 0.555 19.85 0.042 2 Variasi II 0.166 14.09 0.040 3 Variasi III 0.740 16.52 0.036 4 Variasi IV 0.708 20.51 0.040 5 Variasi V 0.468 37.36 0.032 4.1.1. Hasil analisa kuat tarik edible film dari campuran ekstrak daun sirsak, tepung tapioka, kitosan,dan gliserin Penentuan kadar kuat tarik dan mulur edible film dari campuran ekstrak daun sirsak, tepung tapioka, kitosan,dan gliserin dapat dihitung sebagai berikut: Kuat tarik = ����� �� = ���� �� Kemuluran = ������ �� x100 = It −I0 I0 X 100 Sebagai contoh penentuan kuat tarik edible dan kemuluran edible film dari campuran ekstrak daun sirsak, tepung tapioka, kitosan,dan gliserin pada lampiran I. Perlakuan I : Load : 0.14 KgF Stroke : 21.84 mmmenit Panjang sampel mula-mula l : 110 mm Tebal sampel : 0.042 mm Universitas Sumatera Utara Lebar sampel : 6,0 mm A = Lebar sampel x tebal sampel = 6.0 mm x 0.042 mm = 0.252 mm 2 Kuat tarik = 0.14 0.252 = 0.555 KgFmm 2 Kemuluran = 21.84 110 x 100 = 19.85 Hasil analisa kuat tarik dan kemuluran untuk perulangan sampel berikutnya dapat dilihat pada lampiran. Tabel 4.3 Hasil analisa kadar nutrisi edible film dari ekstrak daun sirsak No Parameter Hasil Metode 1 Kadar Air 26.58 Gravimetri 2 Kadar Abu 0.30 Gravimetri 3 Kadar Protein 3.71 Kjeldhal 4 Kadar Lemak 2.02 Gravimetri 5 Kadar Karbohidrat 67.39 Perhitungan Universitas Sumatera Utara 4.2 Pembahasan Penelitian 4.2.1 Kuat Tarik dan kemuluran Kuat tarik merupakan sifat mekanik yang berhubungan dengan sifat kimia film.Kuat tarik merupakan gaya maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah film hinggaterputus. Parameter ini merupakan salah satu sifat mekanis yang penting dari edible film. Kuat tarik yang terlalu kecil mengindikasikan bahwa film yang bersangkutan tidak dapat dijadikan kemasan, karena karakter fisiknya kurang kuat dan mudah patah. Pengukuran kuat tarik edible film dilakukan dengan menggunakan Tensile Strength dan Elongasi Tester Sagala,2013 Berdasarkan hasil pengukuran kuat tarik, didapatkan perbandingan hasil kuat tarik yang dapat disimpulkan bahwa edible film dari campuran ekstrak daun sirsak dengan penambahan 4 g tepung tapioka, kitosan 2 dan 2 mL gliserin didapatkan hasil yang paling baik diantara edible film yang lainnya. Hal ini disebabkan karena komposisi yang tepat pada campuran ini sehingga proses pencampuran lebih stabil dan permukaan film yang dihasilkan lebih merata dan halus sehingga edible yang dihasilkan tidak mudah robek atau patah. 4.2.2 Analisa SEM Scanning Electron Microscopy Analisa ini dilakukan dengan alat yang biasa disebut dengan mikroskopi kamera. Mikroskop Pemindai Elektron SEM adalah jenis mikroskop elektron yang gambar permukaan sampel dipindai dengan menggunakan sinar elektron berenergi tinggi dalam pola pemindai pixel. Mikroskop Pemindai Elektron SEM adalah microscope yang menggunakan hamburan elektron dalam membentuk bayangan. Elektron berinteraksi dengan atom-atom yang membentuk sampel menghasilkan sinyal yang berisi informasi tentang topografi permukaan sampel, komposisi dan sifat-sifat lain seperti konduktivitas listrik.Alat ini memiliki banyak keuntungannya jika dibandingkan dengan menggunakan mikroskop cahaya. SEM menghasilkan bayangan dengan resolusi yang tinggi, yang maksudnya adalah pada jarak yang sangat dekat tetap dapat menghasilkan perbesaran yang maksimal tanpa memecahkan gambar. Persiapan sampel relatif mudah. Kombinasi dari perbesaran kedalaman jarak focus, resolusi yang bagus, dan persiapan yang mudah, membuat SEM merupakan satu dari alat-alat yang sangat penting untuk digunakan dalam penelitian saat ini www.scribd.com Universitas Sumatera Utara Hasil SEM pada edible film , akan memperlihatkan permukaan pada edible film tersebut. Bila hasil pada permukaan tersebut rata atau bergelombang, tergantung pada bahan- bahan penyusun edible film tercampur merata atau tidak, hal ini tergantung pada matriks, bahan pengisi dan pemlastis tercampur dengan baik sehingga dihasilkan permukaan film yang baik, berikut adalah hasil scanning electron microscopy dari edible film yang terbaik yaitu pada variasi V, dengan pembesaran 250x , 500x, 1000x, dan 2000x Gambar 4.1. Dengan pembesaran 250 x Gambar 4.2 Dengan pembesaran 500 x Gambar 4.3 Dengan pembesaran 1000 x Gambar 4.4 Dengan pembesaran 2000 x Universitas Sumatera Utara 4.2.3 Analisa FT-IR Tabel 4.4 Hasil Analisa FT-IR Sampel O-H cm -1 C-O cm -1 C=C cm -1 C-H cm -1 Edible film 3279.91 lebar, kuat 1019.29 tajam, kuat 1244.52 lemah 1558.91 lemah 1642.80 lemah 2931.34 lemah 2887.95 lemah Dari hasil pengukuran spectrum IR pada Lampiran C Halaman 52 menunjukkan pada peak 3279.91 cm -1 yang memperlihatkan peak yang lebar dan kuat yang menunjukkan adanya gugus O-H pada edible filmDachriyanus,2004. Pada peak 1019.29 cm -1 yang memperlihatkan peak yang tajam dan kuat dan juga memperlihatkan peak yang lemah pada 1244.52 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus C-O pada edible filmDachriyanus,2004. Pada peak 1558.91 cm -1 dan 1642.80 cm -1 yang memperlihatkan peak yang lemah yang menunjukkan adanya gugus C=C pada edible filmDachriyanus,2004. Pada peak adalah 2931.34 cm -1 dan 2887.95 cm -1 yang memperlihatkan peak yang lemah. yang menunjukkan adanya gugus C-H pada edible filmDachriyanus,2004. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan adanya interaksi antara glukosa, kitosan dan gliserin dalam pembuatan edible film. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN