Originalitas Penelitian Review Penelitian Terdahulu

penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai dana BOS di sekolah dasar di Kabupaten Deli Serdang.

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dalimunthe 2010 dengan judul “Analisis Kepuasan Kerja, Kejelasan Peran, dan Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah di Sekolah Negeri Kota Medan”. Adapun perbedaan dalam penelitian ini adalah terletak pada penambahan variabel independen yaitu teknologi informasi dan variabel dependen yaitu kinerja, adapun alasan peneliti menambahkan variabel teknologi informasi adalah bahwa peneliti melihat bahwa perlunya keterbukaan informasi yang harus disampaikan oleh bendahara BOS, sedangkan pada penelitian Dalimunthe 2010 tidak diketahui antara variabel independen dan variabel dependen karena semua variabel saling mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar negeri Kabupaten Deli Serdang, sedangkan penelitian Dalimunthe 2010 dilakukan pada sekolah dasar negeri Kota Medan. Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah kepala sekolah untuk variabel kinerja bendahara dan bendahara dana BOS untuk variabel teknologi informasi, kepuasan kerja, kejelasan peran. Sedangkan pada penelitian Dalimunthe 2010, respondennya adalah bendahara dana BOS. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1 Originalitas Penelitian Kriteria Peneliti Terdahulu Peneliti Sekarang Variabel penelitian 1. Kepuasan kerja 2. Kejelasan peran 3. Kinerja bendahara BOS Variabel independen: 1. Teknologi informasi 2. Kepuasan kerja 3. Kejelasan peran Variabel dependen: 1. Kinerja bendahara BOS Tempat penelitian Sekolah Dasar Negeri Kota Medan Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Deli Serdang Responden Bendahara Bos di Sekolah Dasar Kota Medan Bendahara Bos di Sekolah Dasar Kabupaten Deli Serdang Universitas Sumatera Utara 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teknologi Informasi

Definisi teknologi menurut beberapa pendapat seperti Harahap 1982, menyatakan bahwa teknologi adalah 1 Ilmu yang menyelidiki cara-cara kerja dalam teknik 2 Ilmu pengetahuan yang digunakan dalam pabrik-pabrik dan industri-industri. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Salim 1985, mengatakan bahwa teknologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan industri bangunan, mesin-mesin dan sebagainya. Sedangkan menurut Rogers dalam Seels, 1994 teknologi adalah suatu rancangan langkah instrumental untuk memperkecil keraguan mengenai hubungan sebab-akibat dalam mencapai hasil yang diharapkan. Menurut Saliman, 1993 teknologi adalah ilmu pengetahuan mengenai pembangunan dan industri. Pendapat berbeda dikemukakan Miarso 2007, mengatakan teknologi adalah proses yang meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk, produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian dari suatu sistem. Teknologi informasi menurut Haag dan Keen 1996, mengatakan bahwa teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu manusia bekerja dengan informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemprosesan informasi. Sedangkan menurut Martin 1999 teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer software, hardware yang digunakan untuk memproses atau menyimpan informasi melainkan mencakup teknologi Universitas Sumatera Utara komunikasi untuk mengirim informasi. Ada juga pendapat yang dikemukakan oleh William dan Sawyer 2003, teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi atau komputer dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang dapat membawa data, suara dan video serta data digital lainnya. Menurut Bodnar dan Hopwood dalam Rahmawati, 2008 bahwa teknologi informasi meliputi teknologi komputer computing technology dan teknologi komunikasi communication technology yang digunakan untuk memproses dan menyebarkan informasi baik itu yang bersifat finansial atau nonfinansial. Sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi informasi adalah segala cara atau alat yang terintegrasi yang digunakan untuk menjaring data, mengolah dan mengirim atau menyajikan secara elektronik menjadi informasi dalam berbagai format yang bermanfaat bagi pemakainya. Teknologi informasi dewasa ini menjadi hal yang sangat penting karena sudah banyak organisasi yang menerapkan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan organisasi. Penerapan teknologi informasi pada tiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki tujuan yang berbeda karena penerapan teknologi informasi pada suatu organisasi adalah untuk mendukung kepentingan usahanya. Adapun yang menjadi tujuan dari adanya teknologi informasi menurut Sutarman 2009, “tujuan TI untuk memecahkan masalah, membuka kreativitas, dan meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam melakukan pekerjaan”. Teknologi informasi berperan penting untuk meningkatkan kualitas informasi dan juga sebagai alat bantu maupun strategi yang tangguh untuk mengintegrasikan dan mengolah data dengan cepat dan akurat serta untuk penciptaan produk layanan baru sebagai daya saing untuk menghadapi kompetisi. Universitas Sumatera Utara Selain itu teknologi informasi juga berperan penting bagi perusahaan untuk mengefisiensikan waktu dan biaya yang secara jangka panjang akan memberikan efisiensi waktu dan keuntungan ekonomis yang sangat tinggi. Untuk dapat memahami hubungan antara teknologi informasi dengan kinerja individu menurut Sugeng dan Indriantoro dalam Rahmawati, 2008 berpendapat bahwa perlu adanya model teoritis komprehensif yang kuat dimana didalamnya tercakup variabel-variabel yang secara signifikan menjadi predictor langsung maupun tidak langsung bagi kinerja individu. Menurut Theory of Reasoned Action dari Fishbein dan Ajzen 1975 menyatakan bahwa perilaku seseorang adalah perkiraan dari intensitas dan tindakannya dimana seseorang akan menggunakan teknologi informasi jika hal itu bermanfaat dan meningkatkan kinerjanya dan begitu pula sebaliknya. Manfaat dari teknologi informasi ini baru dapat dirasakan jika pengguna teknologi informasi tersebut “menyadari” manfaatnya, Ficher dalam Rahmawati, 2008. Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat dalam lingkungan kerja menyebabkan pemanfaatan teknologi informasi menjadi kebutuhan yang mendesak. Hubungan teknologi informasi dengan kinerja menurut Lee, dkk dalam Kusumo, 2009, “1 individual IT knowledge and both traditional and electronic communication methods significantly contribute to the internal process performance of small firms; 2 internal process performance, organizational IT knowledge, and electronic communication methods affect customer performance; and 3 financial performance is affected by process and customer performance”. Menurut mereka 1 pengetahuan seseorang terhadap IT secara tradisional maupun dengan alat komunikasi elektronik memberikan kontribusi pada kinerja Universitas Sumatera Utara internal perusahaan kecil; 2 kinerja proses internal, organisasi TI pengetahuan, dan metode komunikasi elektronik mempengaruhi kinerja pelanggan, dan 3 kinerja keuangan adalah dipengaruhi oleh proses dan kinerja pelanggan. Penerapan teknologi informasi pada tiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki tujuan yang berbeda karena penerapan teknologi informasi pada suatu organisasi adalah untuk mendukung kepentingan usahanya. Peran teknologi informasi bagi suatu perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan kategori, Mulyadi dan Johny 2001, ada 5 peranan mendasar teknologi informasi disuatu perusahaan, yaitu: 1. Fungsi operasional akan membuat struktur organisasi menjadi lebih ramping, karena telah diambil alih fungsinya oleh teknologi informasi. 2. Fungsi monitoring and control mengandung arti bahwa keberadaan teknologi informasi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktivitas di level manajerial dalam setiap fungsi manajer, sehingga struktur organisasi unit terkait dengannya harus dapat memiliki span of control atau peer relationship yang memungkinkan terjadinya interaksi efektif dengan para manajer di perusahaan terkait. 3. Fungsi planning and decision mengangkat teknologi informasi ketataran peran yang lebih strategis lagi karena keberadaannya sebagai enabler dari rencana bisnis perusahaan dan merupakan sebuah knowledge generator bagi para pimpinan perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan penting sehari-harinya. 4. Fungsi communication secara prinsip termasuk kedalam firm infrastructure dalam era organisasi modern dimana teknologi informasi ditempatkan Universitas Sumatera Utara posisinya sebagai sarana atau media individu perusahaan dalam berkomunikasi, berkolaborasi, berkooperasi, dan berinteraksi. 5. Fungsi interorganisational merupakan sebuah peranan yang cukup unik karena dipicu oleh semangat globalisasi yang memaksa perusahaan untuk melakukan kolaborasi atau menjalin kemitraan dengan sejumlah para pimpinan perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan penting sehari-harinya. Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa teknologi informasi memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda bagi suatu perusahaan dan itu semua tergantung pada bidang usaha masing-masing perusahaan. Komponen teknologi informasi merupakan sub sistem yang terbentuk sehubungan dengan penggunaan teknologi informasi.

2.1.2 Kepuasan kerja

Kepuasaan kerja sebagai sikap, ungkapan emosi, dan hasil persepsi individu terhadap pekerjaan. Seseorang yang memiliki kepuasan yang tinggi terhadap pekerjaan cenderung merasa positif, menyukai, dan menghargai pekerjaannya dengan baik. Para ahli mendefinisikan kepuasaan kerja dari beberapa sudut pandang, meskipun demikian tampak kesamaan makna di dalamnya. Kepuasan kerja menurut Newstrom 2007, mengemukakan bahwa “job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their work”, yang mempunyai arti bahwa kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang dialami pegawai dalam bekerja. Universitas Sumatera Utara Wexley dan Yukl 1977 , mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”, bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. Dapat dikatakan bahwa kepuasan adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan, Kepuasan kerja menurut Kinicky dan Robert 2006 adalah kecenderungan emosi terhadap pekerjaan. Kecenderungan emosi ini dikemukakan Newstorm 2007 sebagai emosi suka atau tidak suka terhadap pekerjaan dan oleh Davis 1977 didefinisikan sebagai perasaan suka atau tidak suka terhadap pekerjaan. Robbins dan Timothy 2008 berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil evaluasi karakteristik- karakteristiknya. Pendapat ini sejalan dengan McShane dan Glinow 2008 yang mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah hasil penilaian seseorang terhadap pekerjaan. Meskipun demikian menurut McShane dan Glinow 2008 penilaian tersebut juga diberikan kepada konteks pekerjaan sesuai dengan persepsinya terhadap karakteristik pekerjaan, lingkungan kerja dan pengalaman emosi di dalamnya. Menurut Levi 2002 ada 5 aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Pekerjaan itu sendiri work it selft, setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sukar atau tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja, 2. Atasan supervisor, atasan yang baik adalah atasan yang mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayahibu dan sekaligus atasannya, 3. Teman sekerja workers, merupakan faktor yang berhubungan antar pegawai dengan atasannya dan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya, 4. Promosi promotion, merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan atau tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja. 5. Gajiupah pay, merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup yang dianggap layak atau tidak, Ada beberapa aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja seperti yang dikutip dari Mangkunegara 2001, antara lain: 1. Kerja yang secara mental menantang, kebanyakan karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang tidak terlalu menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang Universitas Sumatera Utara menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan, 2. Ganjaran yang pantas, para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan, tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dalam jam-jam kerja. Upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan, yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil fair dan just kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka, 3. Kondisi kerja yang mendukung, karyawan peduli akan lingkungan kerja, baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi menyatakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur suhu, cahaya, Universitas Sumatera Utara kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem terlalu banyak atau sedikit, 4. Rekan kerja yang mendukung, orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenangkan akan dapat meningkatkan kepuasan kerja. Tetapi perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan, 5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen sama dan sebangun dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dalam kerja mereka. Menurut Baron dan Byrne 2000 ada 2 kelompok faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu: 1 faktor organisasi yang berisi kebijakan perusahaan dan iklim kerja; dan 2 faktor individual atau karakteristik karyawan. Kemampuan kerja yang rendah dan pekerjaan yang rutin akan mendorong karyawan untuk mencari pekerjaan lain, hal ini menjadi penyebab ketidakpuasan dalam bekerja. Akan tetapi karyawan yang memiliki ketertarikan dan tantangan kerja akan lebih puas dengan hasil kerjanya jika dapat mengerjakan pekerjaan Universitas Sumatera Utara dengan maksimal. Fakor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Wexley dan Yulk 1977 mengemukakan bahwa kepuasan kerja dengan memperhatikan faktor pekerjaan maupun faktor individunya, antara lain gaji, kondisi kerja, mutu pengawasan, teman bekerja, jenis pekerjaan, keamanan kerja, dan kesempatan kerja untuk maju serta faktor individu yang berpengaruh antara lain kebutuhan yang dimilikinya, nilai-nilai yang dianut, dan sifat kepribadian. Pendapat lain dikemukakan oleh Ghiselli dan Brown dalam Ciptono dan Yamit, 2005 ada lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, antara lain 1 kedudukan posisi, pada umumnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada posisi pekerjaan yang tinggi akan merasa lebih puas daripada karyawan yang bekerja pada posisi yang lebih rendah. Akan tetapi pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi perubahan dalam tingkat pekerjaan yang mempengaruhi kepuasan kerja; 2 pangkat golongan, pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaaan golongan atau tingkatan, sehingga pekerjaan tersebut akan memberikan kedudukan golongan pada orang yang melakukannya; 3 usia, bahwa terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan usia karyawan. Usia diantara 25 sampai 34 tahun dan usia 40 sampai 45 tahun merupakan usia yang dapat menimbulkan perasaan kurang puas atas pekerjaan yang dilakukannya; 4 jaminan finansial dan sosial, masalah jaminan finansial dan sosial membuat banyak karyawan yang mencari atau berpindah pekerjaan yang memiliki jaminan finansial dan sosial yang lebih baik, sehingga kepuasan dalam bekerja akan timbul jika pekerjaan tersebut menjamin finansial dan sosial pekerja; 5 mutu pengawasan, kepuasan karyawan dapat ditingkatkan dengan perhatian dan hubungan yang baik antara pimpinan kepada Universitas Sumatera Utara karyawan, sehingga karyawan akan merasa dirinya merupakan bagian yang penting dari perusahaan.

2.1.3 Kejelasan Peran

Suseno 2001, menjelaskan kejelasan peran sebagai pengertian dan penerimaan seorang individu atas tugas yang dibebankan kepadanya adalah merupakan faktor yang cukup penting bagi prestasi kerja. Makin jelas pengertian seorang pekerja mengenai persyaratan dan sasaran pekerjaannya, makin banyak energi yang dapat dikerahkannya bagi kegiatan-kegiatan kearah tujuan, tentu saja dengan asumsi bahwa pekerja tersebut menerima baik peranan yang ditetapkan untuknya Steers, 1997. Dari uraian tersebut diatas dapat dipertegas bahwa salah satu syarat bagi individu dalam melaksanakan tugasnya dalam meningkatkan prestasi kerjanya adalah bagaimana individu tersebut menerima perannya secara jelas. Kejelasan tugas ini sangat penting karena jika seorang pegawai tidak tahu apa peran mereka, apa tugas mereka maka tugas atau pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut tidak akan terselesaikan dengan optimal atau bahkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan tidak akan terwujud. Snock dan Rosenthal dalam Suseno, 2001 bahwa kekaburan peran dalam susunan organisasi disebabkan oleh 3 faktor, yaitu: 1 perubahan yang cepat dalam organisasi; 2 meningkatnya kerumitan dalam organisasi; 3 falsafah manajemen mengenai komunikasi yaitu kebijakan dan tindakan yang mengakibatkan komunikasi yang buruk. Steers 1997 berpendapat bahwa dalam kegiatan organisasi terdapat 2 masalah yang berhubungan dengan peran yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerjaan, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Kekaburan peran, dalam susunan organisasi disebabkan oleh 3 faktor, yaitu: a Perubahan yang cepat dalam organisasi b Meningkatnya kerumitan dalam organisasi c Falsafah manajemen mengenai komunikasi Dalam pengelolaan dana BOS di sekolah oleh bendahara dana BOS mengalami beberapa persoalan yang berkaitan dengan kapasitas sekolah dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah RAPBS, peraturan dalam pencairan dana dari rekening sekolah, penggunaan dana, dan ketidakjelasan aturan mengenai bunga bank dan pembayaran pajak menyebabkan beberapa sekolah menggunakan peran kepala sekolah dalam memutuskan penggunaan dana BOS dan penyusunan RAPBS. 2. Konflik peran, setiap orang mempunyai harapan yang berbeda untuk aktivitas- aktivitas yang berhubungan dengan peran yang dijalankan. Perbedaan harapan ini menyebabkan tekanan pada pelaksana peran untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik antara satu orang dengan yang lain. Hal ini mengarah pada konflik peran yang mempengaruhi secara langsung terhadap efektivitas organisasi apabila ketentuan peran para pekerja yang berhubungan dengan tujuan bertentangan dengan tuntutan-tuntutan lainnya yang diminta oleh pegawai. Nimran 2004 menyatakan beberapa ciri-ciri seseorang yang berada dalam konflik peran antara lain: 1 mengerjakan hal-hal yang tidak perlu; 2 posisi diantara dua atau lebih kepentingan yang berbeda; 3 menerima perintah atau permintaan yang bertentangan; 4 mengerjakan sesuatu dengan keadaan dimana perintah pimpinan dalam organisasi tidak dipatuhi. Role conflict dan role ambiguity pada suatu pekerjaan yang mengarah pada tingkah laku Universitas Sumatera Utara disfungsional dalam pekerjaan seperti ketidakpuasan dalam bekerja, kecenderungan untuk meninggalkan organisasi, dan komitmen yang rendah.

2.1.4 Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah

Bendahara BOS merupakan individu guru dari sekolah yang diberikan tugas tambahan untuk mengurusi penyaluran dana BOS dari Pemerintah dalam rangka membebaskan iuran kepada siswa. Bendahara BOS dituntut akan kinerja yang baik dalam menjalankan tugasnya mengingat terdapat beberapa persoalan dalam pengelolaan dana BOS oleh sekolah. Kinerja bendahara BOS mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja sekolah secara keseluruhan, dimana bendahara BOS mempunyai keahlian yang tinggi, bersedia bekerja dengan upah atau honor yang telah disepakati, kerjasama, kepribadian, kepemimpinan, keselamatan, pengetahuan pekerjaan, kesetiaan, ketangguhan, dan inisiatif. Kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh individu dalam melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya dengan kriteria tertentu yang berlaku pada pekerjaan tersebut. Robbins 1998 menyatakan bahwa kinerja individu merupakan sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Gibson 1998 menyatakan bahwa respon efektif seseorang terhadap pekerjaan merupakan kepuasan individu dalam melakukan pekerjaan. Gibson 1998 juga menjelaskan suatu dimensi khusus yang menunjukkan karakteristik pekerjaan yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pekerjaan suatu individu. Kinerja individu dapat diukur dengan berbagai dimensi pekerjaan antara lain jenis pekerjaan, supervisi, gaji, promosi, serta kondisi dan suasana kerja. Kinerja bendahara BOS mengacu kepada prestasi seseorang yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan. Pengukuran kinerja hendaknya Universitas Sumatera Utara menginteraksikan dimensi pengukuran yang beragam, begitu juga halnya dengan mengukur kinerja bendahara BOS dalam menjalankan tugasnya. Tsui dalam Mas’ud, 2004 menyatakan dalam melakukan penilaian terhadap kinerja sumber daya manusia terdapat 11 kriteria berdasarkan perilaku yang spesifik yaitu: 1 kuantitas kerja karyawan; 2 kualitas kerja karyawan; 3 efisiensi karyawan; 4 standar kualitas karyawan; 5 usaha karyawan; 6 standar professional karyawan; 7 kemampuan karyawan terhadap kemampuan inti; 8 kemampuan karyawan menggunakan fikiran yang sehat; 9 ketepatan karyawan; 10 pengetahuan karyawan; dan 11 kreativitas karyawan. Peningkatan kinerja sekolah yang efisien, efektif dan produktif, penciptaan motivasi, kepuasan kerja, kinerja individu akan mampu menahan tekanan-tekanan dari pihak luar dan dalam sekolah baik secara psikologis maupun materil bagi sekolah. Bendahara BOS perlu melakukan perilaku-perilaku inovatif dan spontan, sehingga perlu melakukan perilaku-perilaku berikut untuk mencapai kinerja yang baik, antara lain: 1 kerja sama bendahara BOS dengan rekan-rekan sejawat untuk membantu dalam mencapai tujuan-tujuan sekolah; 2 tindakan-tindakan protektif dengan bekerja sama dengan individu atau organisasi lain dalam mengatasi ancaman-ancaman yang terjadi; 3 gagasan-gagasan konstruktif dalam memberikan sumbangan ide dan kreatif; 4 pendidikan dan pelatihan kepada bendahara BOS untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola dana BOS di sekolah; 5 mengembangkan sikap-sikap yang menguntungkan sekolah, diantara guru, orang tua siswa, dan masyarakat umum. Sesuai dengan publikasi Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah oleh Lembaga Administrasi Negara LAN RI 2000, maka pengukuran kinerja sangat Universitas Sumatera Utara terkait dengan aspek-aspek yang dijelaskan sebagai berikut: 1 aspek finansial, terdiri atas belanja rutin dan belanja pembangunan dari setiap instansi; 2 aspek kepuasan pelanggan Customer, yaitu bagaimana instansi pemerintah merespon tuntutan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas dengan memberikan pelayanan yang prima secara terus menerus; 3 aspek kepuasan pegawai dalam setiap organisasi, pegawai merupakan aset yang harus dikelola dengan baik, terutama dalam organisasi yang banyak melakukan inovasi dan peran strategis; 4 aspek kepuasan komunitas dan stakeholders, informasi dan pengukuran kinerja harus didesain untuk mengakomodasi kepuasan dari para stakeholder; 5 aspek waktuukuran, waktu adalah merupakan variabel penting dalam desain pengukuran kinerja. Beberapa pendapat yang menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yang dikutip dari Mathis dan Jackson 2002 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1 kemampuan mereka; 2 motivasi; 3 dukungan yang diterima; 4 keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan 5 hubungan mereka dengan organisasi. Berdasarkaan pengertian di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja output individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. menurut Mangkunegara 2001 menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain : 1 Faktor kemampuan secara psikologis kemampuan ability pegawai terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan realita pendidikan, oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya; 2 Universitas Sumatera Utara Faktor motivasi, terbentuk dari sikap attiude seorang pegawai dalam menghadapi situasi situation kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal. Mc Cleland dalam Mangkunegara, 2001, berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja kinerja dengan predikat terpuji. Selanjutnya Mc. Clelland dalam Mangkunegara, 2001, mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu : 1 memiliki tanggung jawab yang tinggi; 2 berani mengambil risiko; 3 memiliki tujuan yang realistis; 4 memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan; 5 memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan; 6 mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Menurut Gibson 1998 ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja : 1 faktor individu : kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang; 2 faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja; 3 faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan reward system. Menurut Kopelman 1988, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: individual characteristics karakteristik individual, organizational charasteristic karakteristik organisasi, dan work characteristics karakteristik kerja. Lebih lanjut oleh Kopelman dijelaskan bahwa Universitas Sumatera Utara kinerja selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan juga sangat tergantung dari karakteristik individu seperti kemampuan, pengetahuan, keterampilan, motivasi, norma dan nilai. Dalam kaitannya dengan konsep kinerja, terlihat bahwa karakteristik individu seperti kepribadian, umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan suku bangsa, keadaan sosial ekonomi, pengalaman terhadap keadaan yang lalu, akan menentukan perilaku kerja dan produktivitas kerja, baik individu maupun organisasi sehingga hal tersebut akan menimbulkan kepuasan bagi pelanggan atau pasien. Karakteristik individu selain dipengaruhi oleh lingkungan, juga dipengaruhi oleh: 1 karakteristik organisasi seperti reward system, seleksi dan pelatihan, struktur organisasi, visi dan misi organisasi serta kepemimpinan; 2 karakteristik pekerjaan, seperti deskripsi pekerjaan, desain pekerjaan dan jadwal kerja. Untuk mengetahui kinerja bendahara dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab bendahara, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja bendahara. Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai seberapa baik bendahara telah melaksanakan pekerjaannya dan apa yang harus mereka lakukan untuk menjadi lebih baik dimasa mendatang. Ini dilaksanakan dengan merujuk pada isi pekerjaan yang mereka lakukan dan apa yang mereka harapkan untuk mencapai setiap aspek dari pekerjaan. Isi dari suatu pekerjaan merupakan dasar tetap untuk perumusan sasaran yang akan dicapai dari suatu tugas utama yang dapat dirumuskan sebagai target kuantitas, standar kinerja suatu tugas atau proyek tertentu untuk diselesaikan Rivai, 2005. Kinerja bendahara BOS pada dasarnya merupakan hasil kerja bendahara dana BOS selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai aturan, misalnya Universitas Sumatera Utara standar, target atau sasaran, dan kinerja yang telah ditentukan atau telah disepakati bersama. Hal ini sejalan dengan Handoko 1998 bahwa penilaian prestasi kinerja merupakan proses dimana melalui organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai evaluasi prestasi kinerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan bendahara dana BOS dan memberikan umpan balik kepada bendahara dana BOS tentang pelaksanaan kinerja. Lebih lanjut Handoko 1998 menjelaskan bahwa kegunaan penilaian prestasi kinerja itu adalah untuk memperbaiki prestasi kinerja, dapat menyesuaikan kompensasi yaitu bisa mengevaluasi prestasi kerja bagi pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus, dan bentuk kompensasi lainnya, juga mengambil keputusan-keputusan dalam penempatan seperti promosi, transfer, dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kinerja masa lalu. Demikian juga dengan kinerja yang baik mencerminkan potensi yang harus dikembangkan, perencanaan, dan pengembangan karir juga merupakan kegunaan dalam penilaian prestasi kinerja, sebagai umpan balik prestasi dalam mengarahkan keputusan- keputusan karir, yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti, penyimpangan-penyimpangan proses staffing, dalam hal ini prestasi kinerja yang baik atau jelek akan mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia. Menggantungkan keputusan pada informasi-informasi yang tidak akurat menyebabkan keputusan personalia yang diambil tidak tepat, sehingga kegunaan penilaian prestasi kinerja dapat membantu mengetahui kesalahan-kesalahan desain pekerjaan. Penilaian prestasi kinerja membantu mengatasi kesalahan-kesalahan, sehingga dapat membuat keputusan-keputusan Universitas Sumatera Utara yang diambil tanpa diskriminasi dan menghindarkan dari faktor-faktor penganggu yang berasal dari luar orgnisasi. Menurut Desler 1992 penilaian kinerja merupakan upaya membandingkan prestasi akrual karyawan dan prestasi kerja yang diharapkan. Penilaian kinerja bendahara BOS tidak hanya menilai dari fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan mengenai berbagai bidang seperti kemampuan kerja, kerajinan, kedisiplinan, hubungan kerja, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan bidang dan tingkatan pekerjaan. Beberapa faktor penilaian kinerja bendahara BOS sebagai berikut: 1 kualitas pekerjaan, meliputi akurasi, ketelitian, penampilan, dan penerimaan hasil pekerjaan; 2 kuantitas pekerjaan, meliputi volume keluaran dan kontribusi; 3 supervisi yang dibutuhkan, meliputi kebutuhan saran, arahan, dan perbaikan; 4 kehadiran, meliputi ketepatan waktu, disiplin, dan dapat dipercaya; 5 konservasi, meliputi pencegahan pemborosan, kerusakan, dan pemeliharaan peralatan.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini terdapat 3 penelitian yang digunakan sebagai review penelitian terdahulu. Penelitian Simorangkir 2013 digunakan sebagai review dalam menguji pengaruh teknologi informasi terhadap kinerja bendahara BOS pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang. Penelitian yang dilakukan Simorangkir 2013 dengan judul pengaruh teknologi informasi, sistem pengukuran kinerja dan sistem reward terhadap kinerja manajerial dengan total quality management sebagai variabel moderating pada PT. Pelabuhan Indonesia I Persero Medan. Penelitian Simorangkir 2013 menggunakan 3 variabel independen yaitu teknologi informasi, sistem pengukuran kinerja dan sistem Universitas Sumatera Utara reward, satu variabel moderating yaitu total quality management, dan 1 variabel dependen yaitu kinerja manajerial. Hasil penelitian Simorangkir 2013 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh teknologi informasi, sistem pengukuran kinerja dan sistem reward terhadap kinerja manajerial secara parsial dan simultan pada PT. Pelabuhan Indonesia I Persero Medan. Akan tetapi total quality management bukan merupakan variabel moderating yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara teknologi informasi, sistem pengukuran kinerja, dan sistem reward dengan kinerja manajerial pada perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia-I Medan. Penelitian yang digunakan sebagai review dalam menguji kepuasan kerja terhadap kinerja bendahara BOS pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang menggunakan penelitian yang dilakukan oleh Muslim 2006. Penelitian yang dilakukan Muslim 2006 dengan judul pengaruh gaya kepemimpinan dan kepuasan karyawan terhadap kinerja karyawan Politeknik Negeri Lhokseumawe. Penelitian Muslim 2006 menggunakan dua variabel independen yaitu gaya kepemimpinan dan kepuasan karyawan, sedangkan kinerja karyawan sebagai variabel dependen. Hasil penelitian Muslim 2006 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan dan kepuasan karyawan terhadap kinerja karyawan Politeknik Negeri Lhokseumawe secara parsial dan simultan. Penelitian Dalimunthe 2010 digunakan sebagai review untuk menguji pengaruh kepuasan kerja dan kejelasan peran terhadap kinerja bendahara BOS pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang. Dalimunthe 2010 menganalisis hubungan antara kepuasan kerja, kejelasan peran, dan kinerja bendahara BOS di Sekolah Dasar Negeri Kota Medan. Hasil penelitian Universitas Sumatera Utara Dalimunthe 2010 menunjukkan bahwa kepuasan kerja, kejelasan peran dan kinerja bendahara BOS saling mempengaruhi. Secara rinci, penelitian-penelitian review tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Simorangkir, Enda Noviyanti 2013 Pengaruh Teknologi Informasi, Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Reward Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Total Quality Management Sebagai Variabel Moderating Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Persero Medan. Variabel indepeden: 1. Teknologi Informasi, 2. Sistem Pengukuran Kinerja 3. Sistem Reward Variabel dependen: Kinerja manajerial Variabel moderating: Total Quality Management Terdapat pengaruh teknologi informasi, sistem pengukuran kinerja dan sistem reward terhadap kinerja manajerial secara parsial dan simultan pada PT. Pelabuhan Indonesia I Persero Medan. Akan tetapi total quality management bukan merupakan variabel moderating. Muslim, Khairul 2006 Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Politeknik Negeri Lhokseumawe. Variabel indepeden: 1. Gaya Kepemimpinan 2. Kepuasan Karyawan Variabel dependen: Kinerja karyawan Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan dan kepuasan karyawan terhadap kinerja karyawan Politeknik Negeri Lhokseumawe secara parsial dan simultan. Dalimunthe, Muhammad Bukhori 2010 Analisis Kepuasan Kerja, Kejelasan Peran, dan Kinerja Bendahara BOS di Sekolah Dasar Negeri Kota Medan. Variabel: 1. Kepuasan kerja 2. Kejelasan peran 3. Kinerja Bendahara Kepuasan Kerja, Kejelasan Peran, dan Kinerja Bendahara BOS saling mempengaruhi. Universitas Sumatera Utara BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar Kabupaten Samosir

3 65 119

Analisis Produksi Padi Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2001 - 2011

0 36 74

Analisis Kepuasan Kerja, Kejelasan Peran, Dan Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Kota Medan

3 56 117

PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI SEKOLAH PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR SE GUGUS IRAWAN KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN.

0 3 19

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE GUGUS 1 KECAMATAN KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO.

0 1 208

PENGELOLAAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI I PATUK KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 2 128

Pengaruh Teknologi Informasi, Kepuasan Kerja, Kejelasan Peran Terhadap Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang

0 0 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Teknologi Informasi, Kepuasan Kerja, Kejelasan Peran Terhadap Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Teknologi Informasi, Kepuasan Kerja, Kejelasan Peran Terhadap Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang

0 0 10

Pengaruh Teknologi Informasi, Kepuasan Kerja, Kejelasan Peran Terhadap Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang

0 1 16