Badan Permusyaratan Desa BPD

Desa BPD terdiri dari ketua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota Badan Permusyaratan Desa BPD adalah 6 enam tahun dan dapat diangkatdiusulkan kembali untuk 1 satu kali masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 lima orang dan paling banyak 11 sebelas orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa. Peresmian anggota Badan Permusyaratan Desa BPD ditetapkan dengan keputusan BupatiWalikota dihadapan masyarakat dan dipandu oleh. Pimpinan BPD yang terdri dari 1 satu orang ketua, 1 satu orang wakil ketua, dan 1 satu orang sekretaris. Pimpinan Badan Permusyaratan Desa BPD, dipilih dari dan oleh anggota Badan Permusyaratan Desa BPD secara langsung dalam rapat Badan Permusyaratan Desa BPD yang diadakan secara khusus, Rapat pemilihan pimpinan Badan Permusyaratan Desa BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Badan Permusyaratan Desa BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.. Rapat Badan Permusyaratan Desa BPD dipimpin oleh pimpinan Badan Permusyaratan Desa BPD. Rapat Badan Permusyaratan Desa BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya satu per dua dari jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa BPD, dan keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. Dalam hal tertentu rapat Badan Permusyaratan Desa BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua per tiga dari jumlah anggota Badan Permusyaratn Desa BPD,dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya satu perdua ditambah 1 satu dari jumlah anggota Badan Permusyartan Desa BPD yang hadir. Hasil rapat Badan Permusyaratan Desa BPD ditetapkan dengan keputusan Badan Permusyaratan Desa BPD dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD. Pimpinan dan anggota Badan Permusyaratan Desa BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan desa. Tunjangan pimpinan dan anggota Badan Permusyaratan Desa BPD ditetapkan dalam APB desa. Untuk kegiatan Badan Permusyaratan Desa BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris Badan Permusyaratan Desa BPD. Biaya ditetapkan setiap tahun dalam APB desa. Pimpinan dan anggota Badan Permusyaratan Desa BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan perangkat Desa. Pimpinan dan Anggota Badan Permusyaratan Desa BPD dilarang: a. Sebagai pelaksan proyek desa. b. Merugikan kepentingan umum, meresahakan sekelompok masyarkat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain. c. Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya. d. Menyalah gunakan wewenang. e. Melanggar sumpahjanji jabatan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Permusyaratan Desa BPD, ditetapkan dengan peraturan Daerah KabupatenKota. Peraturan daerah Kabupaten Kota sekurang-kurangnya: a. Persyaratan untuk menjadi anggota sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. b. Mekanisme musyawarah dan mufakat penetapan anggota. c. Pengesahan penetapan anggota. d. Fungsi, dan wewenang. e. Hak, kewajiban dan larangan. f. Pemberhentian dan masa keanggotaan. g. Penggantian anggota dan kepemimpinan. h. Tata cara pengucapan sumpah dan janji. i. Pengaturan tata tertib dan mekanisme kerja. j. Tata cara menggali, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. k. Hubungan kerja dengan kepala desa dan lembaga kemasyarakatan. l. Keuangan dan administratif.

3. Otonomi Daerah

Menurut Loggeman dalam tulisannya ” Het staatsrecht derzelfregerenda Gemenschappe ” istilah ototnomi mempunyai makna kebebasan atas kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan terbatas yang harus dipertanggung jawabkan. Dalam pemberian tanggung jawab terkandung dua unsur: a. Pemberian tugas dalam arti sejumlah pekerjaan yang harus dilaksanakan serta kewenangan untuk melaksanakannya. b. Pemberian kepercayaan berupa kewenangan untuk memikirkan dan menetapkan sendiri bagaimana penyelesaian itu. Pemberian kekuasaan dalam istilah otonomi dalam arti bertanggung jawab atas pengaturan dan pengurusan pemerintahan daerah mempunyai sifat mendorong atau memberikan perangsangan untuk berusaha menumbuh dan mengembangkan keinginan sendiri, sifat itu membangkitkan otoaktivitas dan mempertinggi harga diri dalam arti yang sebaik-baiknya Syafruddin,1984;6. Otonomi daerah secara sederhana dapat diartikan sebagai hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri oleh satuan organisasi pemerintahan di daerah. Otonomi yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah inilah yang disebut dengan otonomi daerah Garna,2000:246 Pengertaian otonomi daerah mengandung beberapa segi: Pertama, bahwa otonomi daerah bukan skema kedaulatan daerah dalam konteks Negara federa. Otonomi dalam rangka undang-undang 1945 pasal 18 yang menyebutkan pembagian daerah Indonesia atas daerah besar klan kecil dengan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyaratan dalam sistem pemerintahan Negara klan hak asal usul dalam Negara yang bersifat istimewa. Kedua, kebijakan otonomi lebih merupakan perubahan dalam tatanan susunan kekuasaan, termasuk di dalam perubahan dalam prinsip kerja pemerintah dimana daerah mendapatkan kemenangan untuk mengatur urusan daerahnya sesuai dengan perundang- undangan yang berlaku, dengan demikian otonomi mempunyai arti adanya skema otonmi dipandang sebagai pendekatan baru dalam menjalankan pembangunan. Pendekatan baru

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (Studi Tentang Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Telaga Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

27 261 148

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

5 96 117

Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Otonomi Desa

3 68 100

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Tentang Proyek Desa Di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan)

35 350 77

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Pemberdayaan Pemerintahan Desa dalam Upaya Mewujudkan Otonomi Desa

2 68 88

Peranan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pengelolaan Pajak Daerah Kabupaten Samosir

3 45 95

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

PELAKSANAAN PROSES SOSIALISASI POLITIK TENTANG FUNGST-FUNGSI BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DI BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DESA TAMBANG EMAS.

0 1 8