menjadi keputusan desa tidak juga dilaksanakan. Bahkan gotong-royong yang berfungsi memperbaiki dan menjaga fasilitas desa kerap kali tidak terlaksana oleh pemerintah desa.
Hal ini disebabkan masyarakat tidak pernah merasa bahwa dana bantuan desa BANDES yang diperoleh pemerintah desa tidak secara transpran dipergunakan untuk pembangunan
desa. Gotong-royong dilakukan atas inisiatif melalui swadaya masyarakat sendiri dengan melakukan perbaikan fasilitas desa yng berada didekat rumah ataupun yang berada di
dusun masing-masing .Sehingga mengakibatkan sebagaian fasilitas desa tidak terpelihara dengan baik, seperti jalan-jalan yang telah rusak meskipun awalnya telah ada
pengaspalan, ataupun jalan yang telah dilakukan pengerasan rusak parah dan belum kunjung diperbaiki. Permasalahan kurangnya profesionalisme dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan kerja dalam pemerintahan desa di Desa Janjimaria ini, menunjukkan begitu lemahnya fungsi Badan Permusyaratan Desa BPD pada tahap pelaksananya. Bahkan,
masyarakat berpandangan kehadiran Badan Permusyaratan Desa BPD di Desa Janjimaria tidak memberi pengaruh yang nyata. Badan Permusyaratan Desa BPD ada di
Desa Janjimaria hanya merupakan syarat formal pemerintahan desa semata, bukan peningkatan kinerja bagi Kepala Desa dan aparaturnya dalam pemerintah desa.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya, adapun yang menjadi kesimpulan dari skripsi ini adalah:
1. Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa BPD di Desa Janjimaria dalam
pemerintahan desa masih lemah. Bahkan boleh dikatakan dalam pelaksanaan dalam sistem pemerintahan desa di Desa Janjimaria Badan Permusyaratan Desa
BPD tidak mampu memberikan pengaruh pada peningkatan kerja pemerintah desa. Dalam menyerap dan menampung segala aspirasi yang berkembang didalam
masyarakat desa, Badan Permusyaratan Desa BPD selalu melakukannya. Setelah melakukan rapat dengan pihak pemerintah desa, kemudian menimbang
tentang mendesak atau tidaknya aspirasi tersebut maka mereka akan memilih salah satu aspirasi masyarakat yang paling mendesak untuk di jalankan. Barulah
kemudian anggota Badan Permusyaratan Desa BPD bersama pemerintah desa membuat suatu program desa dan peraturan desa. Akan tetapi pelaksanaan yang
dilakukan pemerintah desa sesuai dengan program yang telah disusun. Hal ini tidak optimalnya fungsi Badan Permusyaratan Desa BPD di Desa Janjimaria
dalam melaksanakan fungsinya pada pemerintahan desa. Fungsi menyerap aspirasi dan legislasi masih dikategorikan lemah pada pelaksanaan.
2. Pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh aparat pemerintah desa. Sedangkan
fungsi Badan Permusyaratan Desa BPD dalam tahap pelaksanaan ini hanyalah sebatas mengawasi pelaksanaan pembangunan tersebut sesuai dengan yang
direncanakan. Karena adanya perbedaan persepsi dan pendapat berkaitan dengan sistem pengawasan yang dilakukan maka fungsi pengawasan yang dilakukan
Badan Permusyaratan Desa BPD tidak optimal, hanya saja pernah dilakukan. Faktor ketidakharmonisan antara Badan Permusyaratan Desa BPD dengan
pemerintah desa adalah penyebab utamanya. 3.
Dalam hal kualitas kerja yang dihasil oleh aparatur desa sebagai pelaksana pemerintahan juga muncul masalah kesalahan administratif yang menunjukkan
adanya kurang profesionalisme. Dan kesalahan yang terjadi dilakukan secara berulang-ulang, sehingga terlihat sedikit sekali rasa tanggungjawabnya yang ada.
Maka boleh dikatakan penyebabnya adalah tidak optimalnya pelaksanaan fungsi Badan Permusyaratan Desa BPD di Desa Janjimaria. Mereka hanya melakukan
tugasnya secara parsial.