Berdasarkan surat keterangan yang didapat dari CV. Merapi Farma Herbal, simplisia kering yang digunakan dalam penelitian berasal dari herba
pegagan yang ditanam di daerah sejuk dan dikeringkan selama empat hari dengan panas alami Lampiran 1.
Determinasi dilakukan untuk memastikan kebenaran identitas simplisia. Untuk mendeterminasi simplisia pegagan diperlukan pengetahuan mengenai
morfologi simplisia pegagan. Dirjen POM 2008 dalam Farmakope Herbal Indonesia memerikan simplisia pegagan secara makroskopik yaitu berupa
lembaran daun yang menggulung dan berkeriput disertai tangkai daun yang terlepas, warna hijau kelabu, helai daun berbentuk ginjal atau bundar, tulang daun
menjari; pangkal helai daun berlekuk, ujung daun membundar, pinggir daun beringgir sampai bergerigi; stolon dan tangkai daun berwarna cokelat kelabu dan
berambut halus. Hasil determinasi sampel simplisia terdapat dalam tabel VIII.
Tabel VIII. Hasil determinasi simplisia Jenis
Suku
Centella asiatica L. Urban
Apiaceae
Hasil determinasi simplisia memastikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah pegagan, suku Apiaceae Lampiran 2.
B. Pembuatan dan Pengujian Ekstrak Kental Herba Pegagan
Untuk menghasilkan ekstrak kental dalam penelitian, simplisia diserbuk kemudian dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96 selama 48 jam. Hasil
maserasi kemudian difiltrasi untuk selanjutnya diuapkan pelarutnya dan diperoleh
ekstrak kental herba pegagan. Maserasi dipilih karena prosesnya relatif mudah, tidak memerlukan keahlian khusus, alat yang digunakan sedikit dan sederhana
Ansel, 1989. Etanol umum digunakan pada ekstraksi karena dapat menarik senyawa non polar dan polar. Etanol 96 dipilih karena asiatikosida dalam
pegagan bersifat nonpolar sehingga larut didalamnya. Penetapan kadar asiatikosida dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis
KLT densitometri, sedangkan penetapan kadar air dan kadar abu menggunakan gravimetri. KLT dipilih karena dapat digunakan untuk analisis kualitatif sekaligus
kuantitatif, alatnya sederhana, preparasi sampel mudah, pelarut yang dibutuhkan sedikit, dan biaya terjangkau Gandjar dan Rohman, 2013. Gravimetri merupakan
cara pengeringan langsung tanpa menggunakan reagen dalam prosesnya. Gravimetri dipilih karena dalam pegagan tidak mengandung zat volatile dalam
jumlah banyak dan tidak mengandung karbohidrat tinggi yang dapat menyebabkan karamelisasi membentuk kerak selama proses pengeringan.
Hasil uji ekstrak kental pegagan yang dibuat tertulis dalam tabel IX Lampiran 4.
Tabel IX. Hasil uji ekstrak kental herba pegagan
Parameter
Standar Mutu Ekstrak Kental Herba Pegagan bb
Farmakope Herbal Indonesia
Dirjen POM, 2008 Ekstrak Kental
Pegagan Hasil Ekstraksi
Rendemen ≥7,2
5 Kadar air
≤10 14,7
Kadar abu ≤16,6
11,4 Kadar asiatikosida
≥0,9 0,14
Dari tabel IX diketahui bahwa ekstrak kental herba pegagan dalam penelitian memenuhi standar mutu kadar abu, namun tidak memenuhi standar
rendemen, kadar air, dan kadar asiatikosida. Rendemen yang kurang dari standar disebabkan oleh proses pembuatan ekstrak kental yang tidak terkontrol, yaitu
tidak dilakukan pengecekan bobot tetap. Kadar air yang melebihi batas dan kadar asiatikosida yang kurang dari standar disebabkan karena metode ekstraksi tidak
dilakukan sesuai standar FHI. Ekstraksi herba pegagan dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol 70 selama 6 jam sambil diaduk dan didiamkan selama 18
jam, kemudian difiltrasi dan diuapkan pelarutnya menggunakan rotary vacuum evaporator
FHI, 2008. Penggunaan rotary vacuum evaporator akan meminimalkan kerusakan ekstrak akibat suhu saat penguapan pelarut karena suhu
yang digunakan 40 C lebih rendah dari titik didih etanol 70 ±78,5
C. Selain metode ekstraksi, beberapa hal terkait tanaman pegagan yang
dapat mempengaruhi kadar asiatikosida adalah kondisi budidaya, umur tanaman, waktu panen, dan kondisi lingkungan cuaca. Pemanenan pegagan saat mencapai
umur 3-4 bulan, dimana pegagan memiliki zat aktif dalam jumlah besar. Pegagan dipanen dengan cara dipangkas bagian daun dan batangnya setiap dua bulan sekali
Darwati, dkk., 2012. Kadar senyawa aktif dalam ekstrak pegagan, termasuk asiatikosida, menentukan efek farmakologis yang dapat dihasilkan. Efek
farmakologis gel pegagan yang diinginkan dalam penelitian ini adalah antiselulit. Efek tersebut dapat dicapai dengan penambahan jumlah ekstrak hingga kadar
asiatikosida dalam formula mencapai 0,9. Namun, penambahan jumlah ekstrak
yang terlalu banyak dapat berdampak pada penurunan tampilan fisik gel dan peningkatan viskositas gel.
C. Pembuatan Gel Ekstrak Pegagan