Selulit Gelling Agent Humektan Bahan Pengawet

4. Pembuatan Ekstrak Kental Herba Pegagan

Ekstrak kental herba pegagan adalah ekstrak yang dibuat dari herba pegagan, mengandung tidak kurang dari 0,90 asiatikosida, berwarna coklat tua, dan berbau tidak khas. Syarat hasil ekstraksi antara lain: rendemen sebesar 7,2, kadar air tidak lebih dari 10, dan kadar abu total tidak lebih dari 16,6 Dirjen POM, 2008. Untuk membuat ekstrak kental herba pegagan, simplisia pegagan diserbuk kemudian dilakukan maserasi dengan etanol 70 selama minimal 48 jam. Larutan kemudian disaring hingga menghasilkan maserat. Pelarut dalam maserat dihilangkan dengan cara diuapkan Darwati, dkk., 2012.

5. Sediaan

Sediaan dari pegagan yang beredar di Indonesia bernama dagang Madecassol®, berisi ekstrak pegagan TECA yang mengandung 40 asiaticoside , 30 asiatic acid, dan 1 madecassic acid. Sediaan ini tersedia dalam bentuk tablet, serbuk tabur, kasa steril, dan salep Kartnig, 1988. Tidak tersedia dalam bentuk gel. Dosis topikal asiatikosida untuk sediaan topikal sebesar 0,1-0,5, maksimal 1 bb dari berat sediaan Kartnig, 1988.

B. Selulit

Salah satu masalah estetika kulit yang dialami 85 wanita usia di atas 20 tahun adalah selulit. Selulit biasanya muncul di daerah pinggul, pantat, perut, paha, dan lengan dengan penampakan seperti kulit jeruk. Selulit dapat terbentuk karena peningkatan ukuran sel adiposa di bawah kulit. Jaringan yang berkonstriksi akan menyebabkan sel lemak terjebak dan menggelembung hingga nampak ke epidermis. Matriks ekstraseluler dan kolagen yang tidak diproduksi dengan baik akan semakin memicu timbulnya selulit. Pengobatan sinergis dari dalam obat oral dan perawatan dari luar topikal adalah cara terbaik untuk memperbaiki tanda dan gejala selulit Rawlings, 2006.

C. Gel

Gel merupakan sistem semi padat, penampakannya jernih dan tembus cahaya. Gel mempunyai kekakuan yang disebabkan oleh jaringan yang saling menganyam, yaitu fase terdispers yang berikatan dengan medium pendispers. Ansel, 1989. Hidrogel adalah gel dengan pelarut air. Hidrogel terbentuk dari molekul polimer hidrofilik yang sambung-menyambung melalui ikatan kimia atau gaya kohesi. Gel tipe ini bersifat lembut dan lunak sehingga meminimalkan iritasi pada kulit, biasanya berpenampilan jernih, memberi efek dingin pada kulit saat diaplikasikan, mempunyai daya sebar yang baik pada kulit, serta tidak lengket dan mudah dicuci dengan air. Pada pemakaian di kulit, setelah kering gel akan meninggalkan lapisan film yang transparan. Viskositasnya hidrogel cenderung rendah sehingga diperlukan optimasi formula untuk menghasilkan hidrogel dengan viskositas yang baik Lieberman, dkk., 1989.

1. Karakteristik gel

Lieberman, Rieger, dan Banker 1989 menyampaikan beberapa karakteristik gel, seperti swelling yaitu mengembangnya gel karena gelling agent dapat mengabsorpsi larutan, dan sineresis yaitu peristiwa keluarnya cairan larutan ke permukaan gel. Hal ini terjadi karena kekuatan ikatan pada matriks gel berkurang sehingga jarak antar matriks berubah. Gel biasanya terbentuk melalui penurunan suhu, namun dapat juga terbentuk dengan pemanasan hingga suhu tertentu. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase gel karena peningkatan suhu disebut thermogelation. Perubahan temperatur dapat menyebabkan gel kehilangan viskositasnya. Gel memiliki sifat tiksotropi yang membuat gel menjadi encer setelah pengadukan dan menjadi semi padat kembali setelah didiamkan beberapa saat. Tiksotropi adalah sifat yang diinginkan dalam suatu sistem sediaan farmasetis untuk mendapatkan sediaan dengan viskositas tinggi namun dapat dituang dari wadahnya dan memiliki daya sebar yang baik Ansel, 1989.

2. Bahan penyusun formula sediaan gel

Secara umum formula gel terdiri dari zat aktif, gelling agent, humektan, serta bahan tambahan misalnya pengawet Voigt, 1995. Bahan antioksidan bisa ditambahkan untuk mencegah terjadinya oksidasi yang dapat merusak gel. Antioksidan yang biasa digunakan pada gel berbasis air adalah asam askorbat dan natrium sulfit, sedangkan untuk basis minyak digunakan alfatoker vitamin E atau BHA buthylated hydroxyanisole. Chelating agent seperti EDTA dapat ditambahkan untuk mengikat ion logam yang berpotensi merusak kestabilan gel. Bahan penambah aroma ditambahkan untuk menutupi bau dari zat aktif atau obat yang kurang menyenangkan. Dapat digunakan essence dari bunga atau buah. Hal- hal yang hendaknya diperhatikan dalam formulasi gel topikal antara lain pemilihan gelling agent dan pelarut, serta inkompatibilitas antar komponen dalam formula Ansel, 1989.

3. Sifat alir gel

Rheologi pertama kali digunakan untuk menggambarkan aliran cairan. Hal yang berhubungan dengan rheologi adalah viskositas dan elastisitas. Viskositas adalah suatu tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas makan tahanannya akan semakin besar. Air memiliki viskositas tetapi tidak memiliki elastisitas sehingga disebut cairan Newton Mitsui, 1993. Viskositas bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk melihat sifat alirnya dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser menggunakan viskometer Martin, Swarbrick, dan Cammarata, 1993. Martin, dkk. 1993 menyatakan, umumnya sediaan semisolid memiliki sifat alir sistem non-Newton, yaitu aliran yang tidak mengikuti persamaan aliran Newton. Cairan non-Newton yang tidak dipengaruhi waktu dibagi manjadi tiga yaitu: a. Plastis Cairan ini tidak akan mengalir sebelum ada gaya tertentu yang dilampauinya, disebut yield value. Yield value disebabkan oleh kontak antar partikel-partikel berdekatan yang harus dipecah untuk menghasilkan aliran. Kurvanya tidak melalui titik 0,0 tetapi memotong shearing stress pada yield value . b. Pseudoplastis Sediaan farmasi seperti polimer menunjukkan aliran pseudoplastis. Aliran ini tidak mempunyai yield value. Viskositas akan berkurang dengan meningkatnya rate of share. Kurva aliran ini melalui titik 0,0. c. Dilatan Viskositas cairan ini akan meningkat seiiring dengan peningkatan rate of share karena volume dari sediaan akan naik jika rate of share ditingkatkan.

D. Gelling Agent

Gelling agent atau basis gel digunakan sebagai bahan pengikat pada sediaan semisolid. Bahan pengikat ini akan meningkatkan viskositas sediaan dengan cara meningkatkan viskositas fase cair sehingga dapat mencegah pemisahan komponen padat dari cairan medium dispers, terutama pada saat penyimpanan. Penggunaannya juga dapat mencegah terjadinya sineresis. Gelling agent dapat berupa gum alam atau gum sintetis, resin, atau hidrokoloid lain. Gelling agent yang sering digunakan adalah karbopol dan Sodium Carboxymethylcellulose CMC-Na Lieberman, dkk., 1989.

E. Humektan

Humektan adalah bahan yang ditambahkan dalam formula untuk mencegah hilangnya kelembapan produk. Gel diformulasikan dengan konsentrasi humektan maksimal 80, umumnya 10-20. Macam-macam humektan antara lain sorbitol, gliserol dan propilen glikol. Glikol sering ditambahkan untuk mencegah penguapan pelarut pada hidrogel, melihat sifat hidrogel yang mudah diaplikasikan serta memberikan kelembapan instan tetapi dalam penggunaan jangka panjang menyebabkan tempat aplikasi menjadi kering karena evaporasi pelarut Lieberman, dkk., 1989.

F. Bahan Pengawet

Bahan pengawet yang ditambahkan dalam formula harus memenuhi kriteria: mempunyai aktivitas terhadap mikroorganisme seperti fungi; ragi; dan bakteri, toksisitas rendah, stabil dalam pemanasan dan penyimpanan, serta kompatibel secara kimia dengan bahan lain dalam formula. Penambahan bahan pengawet dalam formula gel berguna untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri yang dapat merusak gel Lieberman, dkk., 1989.

G. Uraian Bahan

Dokumen yang terkait

UJI EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR GEL EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centella asiatica L. URBAN) DENGAN GELLING AGENT Uji Efek Penyembuhan Luka Bakar Gel Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Dengan Gelling Agent Carbopol 934 Pada Kulit Punggung Kelin

1 5 15

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK HERBA PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA L. URBAN) DENGAN HPMC SH 60 Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Herba Pegagan (Centella Asiatica L. Urban) Dengan HPMC SH 60 Sebagai Gelling Agent Dan Uji Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Punggung

2 4 12

Pengaruh konsentrasi hpmc dan propilen glikol terhadap sifat dan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban).

6 45 123

Formulasi dan evaluasi sifat fisik sediaan gel ekstrak pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban) dengan gelling agent karpobol 940 dan humektan propilen glikol.

5 44 95

Pengaruh Konsentrasi HPMC sebagai Gelling Agent terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Gel Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

0 0 8

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI CMC NA SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA GEL ANTISEPTIK TANGAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.)

0 0 16

Pengaruh variasi jumlah CMC-Na sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan sabun cuci tangan antibakteri ekstrak etanol daun beluntas (pluchea indica (l.) less) - USD Repository

0 0 134

Pengaruh konsentrasi cmc-na sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri daun mint (oleum mentha piperita l.) - USD Repository

0 0 86

Pengaruh konsentrasi propilen glikol sebagai humektan terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel ekstrak kulit buah manggis (garcinia mangostana l.) - USD Repository

0 0 120

Pengaruh penambahan konsentrasi CMC-Na sebagai gelling agent pada sediaan sunscreen gel ekstrak temugiring (Curcuma heyneana Val.) terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan dengan propilen glikol sebagai humectant - USD Repository

0 0 110