9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan karakter
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara UU Nomor 20 Tahun 2003. Manusia sebagai makhluk yang
diberikan akal dengan sempurna manusia senantiasa menjadi objek sekaligus subjek pendidikan. Pelaku dalam segala proses pendidikan
untuk memberdayakan sumber daya manusia serta potensi yang dimiliki dengan maksimal. Banyak hal yang dibahas ketika mendefinisikan
pengertian pendidikan. Pendidikan tidak hanya sarana mentranfer ilmu pengetahuan saja
akan tetapi sebagai sarana proses pengkulturan dan penyaluran nilai enkulturasi dan sosialisasi. Sekolah merupakan lembaga yang berperan
sebagai penyelenggaraan
pendidikan dan
pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Tujuan pendidikan ialah membentuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepribadian, kemandirian, keterampilan, sosial dan karakter. Dengan kata lain, pendidikan harus mampu mengemban misi pembentukan karakter
character building, sehingga para peserta didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di masa-masa
mendatang tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia. Secara etimologis, kata karakter Character berasal dari bahasa
Yunani Greek, yaitu charassein yang berarti “to engrave” Ryan
Bohlin, 1999: 5. Kata “to engrave” bisa di terjemahkan mengukir,
memahatkan, atau menggoreskan Echols Shadily, 1987: 214. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat,
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter juga dapat dipahami sebagai sifat
dasar, kepribadian, perilakutingkah laku, dan kebiasaan yang berpola. Menurut Lickona 1991: 51 makna karakter yaitu
“A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.”
Selanjutnya Lickona menambahkan, “Character so conceived has tree
interrealed parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”. Karakter mulia good character meliputi pengetahuan tentang kebaikan,
lalu menimbulkan komitmen niat terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu
kepada pemikiran cognitives, perasaan affectives, dan perilaku behaviors yang sudah menjadi kebiasaan habits.
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian
benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar dan merespon sesuatu.
Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku ayah dan ibunya atau sering disebut buah jatuh
tidak jauh dari pohonnya. Lingkunganpun bisa merubah suatu karakter, mulai dari lingkungan sosial dan alam. Menurut Ryan dan Bohlin bahwa
karater mengandung tiga unsur karakter, yaitu pendidikan karakter mencakup tiga unsur pokok yaitu: mengetahui kebaikan knowing the
good, mencintai kebaikan desiring the good, dan melakukan kebaikan doing the good.
Mengacu pada berbagai pengertian karakter dan definisi di atas, dan serta faktor-faktor yang mempengaruhi karakter, maka karakter dapat
dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan,
yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Lickona dalam Samani
Hariyanto, 2013: 14 pendidikan karakter adalah sebagai upaya yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Dengan adanya nilai yang
berharga dan layak diperjuangkan, ia dapat mengatasi keterbatasan yang
dimiliki.
Pendidikan karakter mengajarkan anak didik berfikir cerdas, mengaktivasi otak tengah secara alami. Pendidikan karakter juga dapat
diartikan pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan cognitive, perasaan feeling, dan tindakan action. Tanpa
ketiga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak efektif. Lickona dalam Samani Hariyanto, 2013:44 mendefinisikan pendidikan karakter
sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter siswa.
Untuk membentuk karakter melalui pendidikan karakter sendiri diperlukan empat unsur yaitu: 1 Olah pikir intellectual development:
cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, serta reflektif, 2
Olah jiwa spiritual and emotional development: beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil
resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik, 3 Olah karsa atau rasa affective and creativity development: saling menghargai,
toleran, peduli,
suka menolong,
gotong royong,
nasionalis, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, dan kerja keras, 4 Olah raga dan kinestetik
physical and kinesthetic development: disiplin, sportif, tangguh, andal, berandal, berdaya tahan, bersahabat, ceria, dan gigih.
Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan mengenai pendidikan karakter adalah pendidikan yang berusaha menanamkan dan
mengembangkan karakter luhur yang dimiliki oleh siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan yang ada dalam masyarakat serta
dapat menerapkandalam kehidupan sehari-hari.
b. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum 2013