lingkaran utuh, siswa dapat mengerjakan dengan tepat. Pada soal menghitung keliling
½
lingkaran dan
¾
lingkaran, siswa mengerjakan dengan menerapkan rumus keliling lingkaran tanpa ikut memperhitungkan panjang garis yang
membatasi lingkaran, sehingga secara keseluruhan siswa mengalami kesalahan pada pengerjaan soal ini. Pada soal berikutnya yaitu membandingkan keliling 1
lingkaran dengan
¾
lingkaran, siswa memilih lebih besar keliling 1 lingkaran. Dari hasil pekerjaan siswa tersebut, tampak bahwa pada umumnya siswa kurang
menguasai konsep keliling lingkaran khususnya pada lingkaran yang tidak utuh. Siswa tidak dapat menyelesaikan soal latihan menghitung keliling lingkaran
dengan benar ketika soal dikembangkan menjadi
½
lingkaran atau
¼
lingkaran atau
¾
lingkaran. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dari 11 orang siswa, hanya 1 siswa yang mendapat nilai tuntas. Kalau dilihat dari kategori ketuntasan
klasikal hanya mencapai 9,09 sedangkan yang tidak tuntas mencapai 90,91 . Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mencoba mengangkat
permasalahan tersebut guna membantu siswa lebih memahami konsep mengenai keliling lingkaran dengan terlebih dahulu membantu siswa untuk mengetahui nilai
phi dan menentukan cara menghitung keliling lingkaran menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik. Proses penemuan kembali nilai phi dilakukan
dengan bimbingan guru sebagai orang dewasa secara bertahap. Penulis membuat desain pembelajaran yang akan diimplementasikan di kelas V SD Budya Wacana
Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah lintasan belajar siswa untuk menemukan kembali nilai phi dan cara menentukan keliling lingkaran yang berkembang dari bentuk
informal ke bentuk formal di kelas V ? 2.
Bagaimanakah pemahaman siswa dalam menemukan kembali nilai phi dan cara menentukan keliling lingkaran melalui Hypothetical Learning
Trajectory HLT yang didesain untuk siswa kelas V ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Menghasilkan lintasan belajar siswa untuk menemukan kembali nilai phi dan cara menentukan keliling lingkaran yang berkembang dari bentuk
informal ke bentuk formal di kelas V. 2.
Mengetahui pemahaman siswa dalam menemukan kembali nilai phi dan cara menentukan keliling lingkaran melalui Hypothetical Learning
Trajectory HLT yang didesain untuk siswa kelas V.
D. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah yang diuraikan pada latar belakang tersebut serta mengingat keterbatasan waktu, maka penelitian ini dibatasi pada :
1. Tempat pelaksanaan penelitian yaitu di SD Budya Wacana Yogyakarta.
2. Topik yang akan diteliti yaitu mengenai menemukan kembali nilai phi dan
cara menentukan keliling lingkaran melalui Hypothetical Learning Trajectory HLT yang didesain oleh peneliti.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagi peneliti a.
Peneliti mendapatkan pengalaman untuk mendalami dan melakukan penelitian desain dalam merancang lintasan belajar bagi siswa untuk
menemukan kembali nilai phi dan cara menentukan keliling lingkaran. b.
Peneliti mendapatkan pengalaman untuk menganalisa lintasan belajar tersebut terhadap proses berpikir siswa.
2. Bagi guru Sekolah Dasar
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman untuk dapat
menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik guna menemukan kembali nilai phi dan cara menentukan keliling lingkaran.
b. Penelitian ini sebagai pengalaman baru untuk dapat menentukan
metode pembelajaran yang tepat. 3.
Bagi pemerhati pendidikan a.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan sumbangan wawasan
untuk mengembangkan
pendekatan pembelajaran
matematika realistik pada proses belajar matematika. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Sebagai bahan acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian
berikutnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika Realistik PMR
1. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran matematika realistik PMR merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang diawali dari Realistic
Mathematics Education RME yang telah dikembangkan di Netherland sejak tahun 1970. Sekitar tahun 1971, Freudenthal memperkenalkan suatu
pendekatan baru dalam pembelajaran matematika yang akhirnya dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education RME. Dalam Bahasa
Indonesia adalah Pendidikan Matematika Realistik atau secara operasional disebut sebagai Pembelajaran Matematika Realistik PMR. Menurut
Freudhental, matematika merupakan aktivitas manusia mathematics as a human activity dan harus dikaitkan dengan realita De Lange, 1999 ;
Gravemeijer, 1994. Menurut Zainurie 2007 pembelajaran matematika realistik adalah
matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah realistik
digunakan sebagai sumber munculnya konsep – konsep matematika atau
pengetahuan matematika formal. Pembelajaran matematika realistik di kelas berorientasi pada karakteristik Realistic Mathematics Education
RME, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep
– konsep matematika atau pengetahuan matematika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
formal. Selanjutnya siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep –
konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari – hari atau masalah
dalam bidang lain. Realistic Mathematics Education RME atau Pembelajaran
Matematika Realistik PMR yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan masalah realistik untuk mengarahkan peserta didik dalam
memahami suatu konsep matematika. Soedjadi 2001: 2 mengemukakan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik pada
dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika
sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika yang lebih baik daripada masa yang telah lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal
– hal yang nyata atau kongkret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat
membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga
maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari
– hari. Pendekatan Realistic Mathematics Education RME di Indonesia
yang dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan
realitas dan pengalaman peserta didik sebagai titik awal pembelajaran. Masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep
– konsep matematika atau pengetahuan matematika formal sehingga peserta didik