sesudah pemberian secara oral, tetapi bioavaibilitas sistemiknya hanya antara 30–70 karena metabolisme lintas pertama. Obat ini mempunyai paruh waktu 1
sampai 2 jam. Diklofenak dimetabolisme di hati oleh sitokrom P
450
lalu diekskresikan melalui urin 65 dan cairan empedu 35 Katzung, 2002.
Obat ini banyak digunakan sebagai obat rematik, gangguan otot skelet lainnya, gout akut, dan nyeri paska bedah. Dosis oral yang dianjurkan adalah 75-
150 mghari dalam 2 - 3 dosis Anonim, 2000
a
. Diklofenak-Na termasuk turunan fenilasetat. Absorbsi obat ini melalui
saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99 pada protein dan mengalami efek lintas awal sebesar 40-50. Walaupun waktu paruh singkat
yaitu 1 - 2 jam, diklofenak diakumulasi di cairan sinovia yang menjelaskan efek terapi di sendi lebih lama dari waktu paruh obat tersebut Wilmana, 1995.
Aktivitasnya dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat. Diklofenak-Na termasuk OAINS yang terkuat daya anti
radang dengan efek samping yang kurang keras dibanding dengan obat anti inflamasinon steroid lainnya seperti indometasin, piroxicam Tjay dan Rahardja,
2002. Efek samping yang terjadi meliputi pendarahan gastrointestinal dan
timbulnya ulserasi lambung walaupun lebih jarang dibanding AINS lain Katzung, 2001. Diklofenak juga dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan
gangguan haid Tjay dan Rahardja, 2002 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Metode Pengujian Aktivitas Anti-Inflamasi
Secara umum metode pengujian aktivitas anti-inflamasi dibagi menjadi dua yaitu secara in vitro dan in vivo.
Percobaan in vitro berguna untuk mengetahui peran dan pengaruh substansi-substansi fisiologis seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan lain-
lain dalam terjadinya inflamasi. Contoh beberapa percobaan invitro adalah ikatan reseptor bradikinin-H
3
, ikatan reseptor neurokinin, dan uji kemotaksis leukosit polimorfonuklear
Vogel, 2002 Salah satu metode pengujian aktivitas anti-inflamasi secara in vitro adalah
pengikatan reseptor
3
H-Bradykinin. Bradykinin berperan dalam menyebabkan rasa nyeri dengan menstimulasi saraf dan menurunkan tekanan darah dengan
vasodilatasi. Pengikatan reseptor
3
H-Bradykinin digunakan untuk mendeteksi senyawa yang menghambat pengikatan
3
H-Bradykinin pada preparat membran yang diperoleh dari ileum guinea pig. Pada metode ini, daya anti-inflamasi
ditunjukkan dengan persen penghambatan ikatan
3
H-Bradykinin. Vogel, 2002 Model inflamasi in vivo dibedakan menjadi dua sesuai dengan jenis
inflamasi, yaitu model inflamasi akut dan model inflamasi kronik. Inflamasi akut dapat dibuat dengan beberapa cara, yaitu dengan induksi edema kaki tikus,
pembentukan eritema respon kemerahan dan pembentukan eksudatif inflamasi. Inflamasi kronik dibuat dengan cara pembentukan granuloma dan induksi arthritis
Gryglewski, 1977. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.
Uji Eritema
Tanda paling awal dari reaksi inflamasi dikulit adalah kemerahan eritema yang berhubungan dengan vasodilatasi, dimana belum disertai eksudasi
plasma dan udema. Pada marmot albino reaksi eritema terlihat dua jam setelah penyinaran UV pada kulit yang telah dicukur. Uji eritema yang disebabkan UV
dapat digunakan untuk mengukur fase vasodilatasi pada reaksi inflamasi. Mekanisme dari reaksi ini tidak diketahui, tapi pelepasan prostaglandin
kelihatannya berperan pada fenomena ini Gryglewski, 1977. Keuntungan dari uji ini adalah sederhana tapi membutuhkan latihan bagi penggunanya untuk
menggunakan fotometer refleksi dengan tujuan untuk menghilangkan penilaian
subjektif Vogel, 2002.
2.
Inflamasi eritema dan udema pada telingan rodentia
Metode ini menggunakan hewan uji mencit untuk eritema dan udema sedangkan tikus untuk pengukuran udema. Bahan penginduksi eritema atau
udema menggunakan minyak kroton, asam arakhidonat, dan etil fenil propionat. Antagonis pembandingnya adalah indometasin, kuersetin, hidrokortison dan
propanolol. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian dibagi dalam 5 - 7 per kelompok dosis. Bahan anti-inflamasi yang akan diujikan diaplikasikan pada
pinna telinga menggunakan mikropipet ± 15 menit sebelum pemberian iritan pada area yang sama. Penilaian untuk eritema dilakukan dengan pengamatan
pada telinga hewan uji. Jika terjadi eritema diberi tanda ++, ringan +, dan jika tidak ada eritema 0, sedangkan penilaian udema dilakukan dengan pemotongan
salah satu telinga dan ditimbang Williamson, Okpako dan Evans, 1996.