Survei Produk Jamu Pegel Linu Hasil Orientasi Percobaan

Tabel II. Rangkuman rata – rata bobot udema beserta hasil uji SCHEFFE pada orientasi selang waktu pemotongan kaki. Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompok Kelompok X±SE mg 1 2 3 4 1 52,3 ± 5,052 ― tb tb b 2 43,57 ± 1,877 tb ― b b 3 66,2 ± 5,672 tb b ― tb 4 75,87 ± 3,573 b b tb ― Keterangan: 1 = pemotongan kaki 1 jam setelah penyuntikan karagenin 2 = pemotongan kaki 2 jam setelah penyuntikan karagenin 3 = pemotongan kaki 3 jam setelah penyuntikan karagenin 4 = pemotongan kaki 4 jam setelah penyuntikan karagenin b = berbeda bermakna tb = berbeda tidak bermakna X = rata-rata bobot udema SE = standart eror Dari data yang telah disajikan diatas, terlihat bahwa kelompok 4 kelompok dengan waktu pemotongan 4 jam setelah penyuntikan karagenin 1 menunjukkan bobot udema yang paling tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa karagenin pada saat itu sudah berefek optimal dalam menimbulkan udema. Secara statistik, Kelompok 4 berbeda bermakna dengan kelompok 1 dan 2 namun berbeda tidak bermakna dengan kelompok 3. Artinya, bobot udema kaki mencit dengan waktu pemotongan 4 jam setelah penyuntikan karagenin 1 dan bobot udema kaki mencit dengan waktu pemotongan 3 jam setelah penyuntikan karagenin 1 berbeda tapi perbedaan yang terjadi tidak bermakna. Dengan kata lain, jika kaki mencit dipotong 3 jam dan 4 jam setelah penyuntikan maka bobot udema keduanya dapat dikatakan sama. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk membandingkan daya anti-inflamasi dua produk jamu pegal linu yang berbeda maka penulis memilih menggunakan waktu pemotongan kaki 4 jam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI setelah penyuntikan karagenin agar didapat bobot udema yang lebih maksimal sehingga memudahkan pengamatan. 2. Orientasi dosis efektif natrium diklofenak Orientasi dosis natrium diklofenak ini bertujuan untuk menentukan dosis natrium diklofenak yang dapat menimbulkan penurunan udema yang terbesar. Penetapan dosis efektif natrium diklofenak ini dilakukan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya Handani,2002, dimana dosis yang digunakan merupakan dosis untuk manusia yang dikonversikan ke mencit. Tiga peringkat dosis yang digunakan adalah 9,75 mgKg BB; 10,795 mgKg BB; dan 11,95 mgkg BB. Pada tahap ini, terlebih dahulu mencit diberi natrium diklofenak secara oral. Setelah 15 menit, kaki kiri mencit disuntik karagenin 1 secara subplantar dengan dosis 25 mgkg BB sedangkan pada kaki kanan dilakukan shame injection sebagai faktor koreksi. Setelah 4 jam, mencit dikurbankan kemudian kedua kaki belakang dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Data bobot udema kaki mencit untuk setiap kelompok dosis natrium diklofenak dapat dilihat pada lampiran 7 sedangkan grafiknya dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin setelah pemberian berbagai variasi dosis natrium diklofenak. Bobot udema yang diperoleh pada dosis natrium diklofenak 9,75 mgkg BB, 10,795 mgkg BB, dan 11,95 mgkg BB adalah 46,7 mg, 53,7 mg, dan 34,67 mg. Data bobot udema yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi data. Pada analisis ini diketahui bahwa data yang diperoleh merupakan data yang terdistribusi normal karena memiliki nilai p sebesar 0,809. Setelah diketahui bahwa data terdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan analisis ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95 yang bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan antar kelompok perlakuan. Hasil uji ANOVA satu arah dapat dilihat pada lampiran 7 Berdasarkan hasil uji ANOVA satu arah, ternyata didapatkan nilai p sebesar 0,173 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata bobot udema antar kelompok secara statistik tidak berbeda. Karena tidak ada perbedaan antar kelompok perlakuan maka tidak perlu dilakukan uji SCHEFFE. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dari hasil uji ANOVA satu arah dapat disimpulkan bahwa natrium diklofenak dengan dosis 9,75 mgKg BB; 10,795 mgKg BB; dan 11,95 mgkg BB menimbulkan udema yang sama pada kaki mencit sehingga dosis natrium diklofenak yang akan digunakan dapat dipilih diantara ketiganya. Oleh sebab itu, pemilihan dosis yang paling optimal didasarkan pada dosis yang mampu menimbulkan penurunan udema yang paling besar. Dilihat dari grafik rata-rata bobot udema gambar 3, ternyata dosis yang mampu menimbulkan penurunan udema yang paling besar adalah 11,95 mgKg BB. Hal inilah yang menjadi dasar pemilihan dosis 11,95 mgkg BB sebagai dosis natrium diklofenak yang digunakan dalam penelitian ini. 3. Orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak Orientasi ini bertujuan untuk mengetahui selang waktu 15, 30, 45 atau 60 menit pemberian natrium diklofenak sebelum penyuntikan karagenin yang dapat menimbulkan penurunan udema yang terbesar. Pada tahap ini, mencit diberi natrium diklofenak dengan dosis 11,95 mgkg BB secara oral. Kemudian kaki mencit tersebut di suntik karagenin secara subplantar pada selang waktu yang telah ditentukan. Kaki kiri mencit disuntik karagenin 1 secara subplantar dengan dosis 25 mgkg BB sedangkan pada kaki kanan mencit dilakukan shame injection sebagai faktor koreksi. Setelah 4 jam, mencit dikurbankan kemudian kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data bobot udema kaki mencit setelah penyuntikan natrium diklofenak pada selang waktu tertentu dapat dilihat pada lampiran 9 . Data rata-rata bobot udema dapat dilihat pada tabel III dan grafiknya dapat dilihat pada gambar 6 Tabel III. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin dalam berbagai variasi selang waktu pemberian natrium diklofenak Selang waktu pemberian natrium Rata-rata bobot udema mg diklofenak menit 15 48,17 30 42,27 45 25,3 60 66,5 Gambar 6. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin dalam berbagai variasi selang waktu pemberian natrium diklofenak . Data dari rata – rata bobot udema kemudian dianalisis dengan uji kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data. Hasil uji tersebut menyatakan bahwa data terdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan analisisnya dengan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95. Hasil uji ANOVA satu arah dapat dilihat pada lampiran 9 dan rangkuman hasil uji SCHEFFE dapat dilihat pada tabel IV. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel IV. Rangkuman bobot udema rata-rata beserta hasil uji SCHEFFE pada orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompok Kelompok X±SE mg 1 2 3 4 1 48,17 ± 1,102 ― tb b b 2 42,27 ± 4,008 tb ― b b 3 25,3 ± 4,028 b b ― b 4 66,5 ± 3,287 b b b ― Keterangan: 1 = pemberian natrium diklofenak 15 menit sebelum penyuntikan karagenin 2 = pemberian natrium diklofenak 30 menit sebelum penyuntikan karagenin 3 = pemberian natrium diklofenak 45 menit sebelum penyuntikan karagenin 4 = pemberian natrium diklofenak 60 menit sebelum penyuntikan karagenin b = berbeda bermakna tb = berbeda tidak bermakna X = rata-rata bobot udema SE = standart error Dilihat dari grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat karagenin dalam berbagai variasi selang waktu pemberian natrium diklofenak, diketahui bahwa bobot udema mengalami penurunan dari selang waktu 15 menit sampai 45 menit namun pada selang waktu 60 menit terjadi peningkatan bobot udema. Hal ini diperkirakan terjadi karena pada selang waktu 60 menit, natrium diklofenak sudah mengalami penurunan daya anti inflamasi. Dari literatur diketahui bahwa waktu paruh natrium diklofenak adalah 1 – 2 jam. Jika dilihat dari grafik, bobot udema terkecil atau penurunan bobot udema terbesar terjadi pada pemberian natrium diklofenak 45 menit sebelum penyuntikan karagenin. Hal ini menunjukkan bahwa pada selang waktu pemberian natrium diklofenak tersebut natrium diklofenak bekerja paling optimal dalam menghambat terbentuknya udema. Dari hasil uji SCHEFFE, kelompok 1 yang merupakan kelompok dengan selang waktu pemberian natrium diklofenak 15 menit sebelum penyuntikan karagenin berbeda tidak bermakna dengan kelompok selang waktu 30 menit. Hal ini berarti jika natrium diklofenak diberikan 15 atau 30 menit sebelum penyuntikan karagenin, maka penurun udema yang terjadi dapat dikatakan sama. Kelompok dengan selang waktu pemberian natrium diklofenak 45 menit sebelum penyuntikan karagenin memiliki perbedaan yang bermakna terhadap setiap kelompok selang waktu pemberian natrium diklofenak. Hal yang serupa juga terjadi pada kelompok dengan selang waktu pemberian natrium diklofenak 60 menit sebelum penyuntikan karagenin. Bobot udema kaki mencit meningkat secara berarti pada pemberian natrium diklofenak 60 menit sebelum penyuntikan karagenin artinya daya anti-inflamasi natrium diklofenak pada saat itu sudah menurun akibatnya udema tidak dapat dihambat secara optimal. Bobot udema kaki mencit mengalami penurunan yang paling berarti pada kelompok pemberian natrium diklofenak 45 menit sebelum injeksi karagenin 1 . Hal inilah yang menjadi dasar pemilihan selang waktu 45 menit sebelum injeksi karagenin 1 sebagai selang waktu pemberian natrium diklofenak dan jamu yang berfungsi sebagai anti-inflamasi pada penelitian ini.

C. Pengujian Efek dan Perbandingan Daya Anti-Inflamasi

Pengujian daya anti-inflamasi bertujuan untuk mengetahui apakah Jamu Ngeres Linu ® yang diproduksi oleh P.T. Nyonya Meneer, Semarang dan Jamu Pegel Linu ® produksi P.T. Jamu Iboe Jaya, Surabaya, memiliki daya anti- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI inflamasi. Daya anti-inflamasi ditandai dengan penurunan bobot udema pada telapak kaki mencit yang telah disuntik karagenin 1 secara subplantar. Penelitian mengenai aktivitas anti-inflamasi produk jamu pegel linu ini dilakukan dengan menggunakan metode paw oedema test pada telapak kaki belakang mencit dan didasarkan pada uji yang dilakukan Langford dkk. 1972 yang telah dimodifikasi. Besarnya efek anti-inflamasi yang ditimbulkan dapat dihitung dengan persentase daya anti-inflamasi. Metode ini dipilih karena caranya yang sederhana, baik dari segi pengujian, pengamatan, pengolahan data, maupun peralatan yang digunakan. Pengelompokan dan perlakuan pada hewan uji terbagi dalam 8 kelompok yaitu: kelompok I adalah kelompok aquadest sebagai kontrol negatif, kelompok II adalah kelompok natrium diklofenak sebagai kontrol positif, kelompok III, IV, dan V, adalah kelompok perlakuan produk Jamu Ngeres Linu ® yang diproduksi oleh P.T. Nyonya Meneer, VI ,VII dan VIII adalah kelompok perlakuan produk Jamu Pegel Linu ® produksi P.T. Jamu Iboe Jaya dengan tiga peringkat dosis yang berbeda untuk tiap-tiap kelompok perlakuan produk jamu pegel linu. Penggunaan tiga peringkat dosis untuk setiap produk jamu pegel linu bertujuan untuk mengetahui perbandingan efek anti-inflamasi antar dosis. Dosis yang digunakan adalah dosis terapi seperti yang tertera pada kemasan jamu, dosis atas dan dosis bawah. Dosis terapi yang tertera pada kemasan adalah 7 g untuk sekali minum. Dengan mengkonversikan dosis untuk manusia ke dosis untuk mencit maka didapatkan dosis terapi sebesar 1274 mgkg BB Dosis atas dan dosis bawah diperoleh dengan menggunakan faktor pengali terhadap dosis terapi. Faktor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengali yang digunakan adalah dua sehingga didapatkan dosis bawah 637 mgkg BB, dan dosis atas 2548 mgkg BB. Produk jamu pegel linu diberikan secara oral 45 menit sebelum penyuntikan karagenin pada telapak kaki mencit. Empat jam kemudian mencit dikurbankan dan kedua kaki belakang dipotong pada sendi torsocrural kemudian ditimbang. Sebagai zat penginduksi udema, digunakanlah karagenin. Alasan pemilihan karagenin adalah karena udema yang dihasilkan reproduksibel dan tidak merusak jaringan. Selain itu karagenin juga merupakan salah satu iritan penginduksi udema yang paling banyak digunakan untuk memprediksi efektifitas potensial obat-obat anti inflamasi. Udema yang diinduksi karagenin melalui dua fase. Pada fase pertama yang terjadi sekitar 60 menit setelah induksi karagenin terjadi pelepasan histamin, serotonin dan bradikinin. Fase kedua berlangsung selama 60 menit setelah injeksi sampai kurang lebih 3 jam. Fase ini berhubungan dengan pelepasan radikal bebas neutrofil seperti hidrogen peroksida, super oksida, radikal hidroksil serta prostaglandin Suleyman dkk, 2004. Kontrol negatif yang digunakan adalah aquadest karena sediaan jamu pegal linu dibuat dengan menambahkan aquadest pada sediaan serbuk jamunya. Kontrol negatif ini diperlukan untuk mengetahui apakah aquadest memiliki pengaruh terhadap aktivitas anti-inflamasi baik dari sediaan jamu maupun natrium diklofenak. Pemberian aquadest dilakukan 45 menit setelah injeksi karagenin, sesuai waktu pemberian produk jamu pegel linu. Natrium diklofenak digunakan sebagai kontrol positif. Penggunaan natrium diklofenak sebagai pembanding karena natrium diklofenak merupakan obat anti-inflamasi yang termasuk pada golongan OAINS Obat Anti-Inflamasi Non Steroid. Mekanisme kerja dari natrium diklofenak adalah dengan menghambat siklooksigenase dan lipoksigenase yang dapat menghasilkan mediator inflamasi seperti prostaglandin dan leukotrien. Kontrol positif ini dimaksudkan sebagai pembanding untuk mengetahui apakah bahan yang diuji memiliki efek anti-inflamasi mendekati, sama, atau bahkan lebih baik daripada efek anti-inflamasi yang ditimbulkan oleh natrium diklofenak. Dosis natrium diklofenak yang digunakan adalah 11,95 mgkg BB dengan waktu pemberian pada 45 menit sebelum injeksi karagenin. Hasil uji tersebut berupa bobot udema kaki mencit. Hasil penelitian tersebut selanjutnya dicari persentase respon anti-inflamasinya menurut metode Langford dkk yang telah dimodifikasi. Dari persentase daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan kemudian diuji secara statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov untuk melihat kenormalan distribusinya. Dari uji tersebut diketahui bahwa data terdistribusi normal karena memiliki nilai p sebesar 0,099. Karena data terdistribusi normal, maka analisis dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA Satu Arah dengan taraf kepercayaan 95 . Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antar kelompok perlakuan. Pada uji ini didapatkan nilai p sebesar 0,00 sehingga diketahui bahwa tiap kelompok tersebut berbeda secara statistik. Selanjutnya dilakukan uji SCHEFFE untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut bermakna atau tidak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Air Dalam Jamu Pegal Linu Secara Destilasi Toluen

0 9 34

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DALAM JAMU PEGAL LINU YANG DI JUAL DI SURAKARTA MENGGUNAKAN Analisis Bahan Kimia Obat Dalam Jamu Pegal Linu Yang Di Jual Di Surakarta Menggunakan Metode Spektrofotometri UV.

0 2 12

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DALAM JAMU PEGAL LINU YANG DI JUAL DI SURAKARTA MENGGUNAKAN Analisis Bahan Kimia Obat Dalam Jamu Pegal Linu Yang Di Jual Di Surakarta Menggunakan Metode Spektrofotometri UV.

0 3 15

Uji efek dan perbandingan daya anti-inflamasi jamu Pegal Linu Sido Muncul dan jamu Prolinu Air Mancur pada mencit jantan dengan metode Langford dkk., yang dimodifikasi.

0 7 96

Analisis Parasetamol pada Jamu Pegal Linu yang Beredar di Surakarta dengan Metode KLT-Densitometri.

0 0 16

Analisis Parasetamol Pada Jamu Pegal Linu Yang Beredar Di Surakarta Dengan Metode KLT-Densitometri Doc241

0 0 1

Analisis Adulterasi Jamu Pegal Linu yang Diperoleh dari Pasar di Jakarta dan Sekitarnya (Analysis of Adulterated Jamu Pegal Linu Obtained from the Market in Jakarta)

0 3 6

Uji efek dan perbandingan daya anti-inflamasi jamu Pegel Linu Air Mancur dan jamu Pegal Linu Jamu Jago pada mencit jantan dengan metode Langford dkk, yang dimodifokasi - USD Repository

0 0 117

Uji efek dan perbandingan daya anti-inflamasi jamu Ngeres Linu Ny. Meneer dan jamu Pegal Linu Iboe pada mencit jantan dengan metode Langford dkk yang dimodifikasi - USD Repository

0 1 107

Uji efek dan perbandingan daya anti-inflamasi jamu Pegal Linu Sido Muncul dan jamu Prolinu Air Mancur pada mencit jantan dengan metode Langford dkk., yang dimodifikasi - USD Repository

0 0 94