Definisi dan Batasan Operasional

dengan menggunakan skala ordinal Suparanto 1997, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Skala Partisipasi Responden Tingkat Partisipasi Responden Pilihan Jawaban Terhadap Pertanyaan Skor A 5 B 4 C 3 D 2 E 1

5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

5.1. Defenisi Operasional

1. Penerimaan agribisnis adalah total nilai produksi yang berasal dari pengolahan mangrove dan hasil tangkapan laut dari kegiatan konservasi yang kemudian dijual di pasar dalam satuan rupiah. Pengolahan hutan mangrove tersebut merupakan bagian dari konservasi mangrove di daerah penelitian. 2. Pendapatan adalah jumlah uang dapat dihasilkan oleh seorang responden yang berasal dari hasil usaha dan atau hasil agrobisnis mangrove. 3. Tingkat partisipasi masyarakat merupakan besarnya peran masyarakat terhadap pelestarian tanaman mangrove di daerah penelitian, dalam skala 0-100. Universitas Sumatera Utara 4. Umur adalah usia sampel yang melakukan kegiatan konservasi pada saat penelitian dilakukan dalam satuan tahun. 5. Lama bermukim yaitu masa yang telah dihabiskan oleh setiap sampel untuk menempati atau bermukim di daerah penelitian. 6. Tingkat pendidikan adalah masa pendidikan formal yang dilalui oleh setiap sampel, dalam skala ordinal yaitu: 4 : Tidak sekolah 3: Tamat Sekolah Dasar SD 2: Tamat Sekolah Menengah Pertama SMP atau sederajat 1: Tamat Sekolah Menengah Atas SMA atau sederajat 7. Jenis kegiatan rehabilitasi mangrove yaitu kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk melakukan perbaikan pada ekosistem mangrove yaitu intensitas penanaman, pemeliharaan sendiri oleh masyarakat, pengawasan, pertemuan-pertemuan, jumlah bibit dan luas lahan yang pernah ditanam. 8. Jenis tangkapan adalah hasil melaut yang dapat diperoleh oleh warga yaitu udang, ikan, kepiting, dan sotong. 9. Hasil agribisnis hutan mangrove adalah hasil tangkapan masyarakat yang telah diolah menjadi keripik, antara lain keripik teri, ikan dan jeruju. 10. Intensitas penanaman adalah frekuensi penanaman mangrove yang pernah dilakukan oleh masyarakat di daerah penelitian. 11. Penanaman kehendak sendiri adalah jumlah bibit mangrove yang ditanam secara perorangan. Universitas Sumatera Utara 12. Pelaksanaan pengawasan adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga, memelihara, dan mencegah terjadinya kerusakan wilayah hutan mangrove di daerah penelitian. 13. Jumlah bibit yang ditanam adalah banyaknya bibit mangrove yang pernah ditanam oleh masyarakat di daerah penelitian. 14. Jumlah pendapatan perhari adalah besarnya jumlah rata-rata pendapatan setiap responden selama selama bulan maret.

5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. 2. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013. 3. Sampel masyarakat adalah seluruh nelayan anggota “Kelompok Konservasi Hutan Mangrove Muara Maimbai” di daerah penelitian yang ikut berpartisipasi melakukan kegiatan konservasi mangrove di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. 4. Kegiatan penanaman mangrove dilaksanakan di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan secara bertahap yaitu pada tahun 1994, tahun 2004 dan tahun 2009 dengan jumlah bibit keseluruhan 23.000 bibit bakau. Universitas Sumatera Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Karakteristik Geografis Daerah Penelitian